Semangat dalam menjalankan kehidupan ini dan jangan lupa berdoa,brusaha dan teliti juga bersyukurlah walaupun itu pahit.. karna kepahitan nantinya akan berbuah manis jg.. smangat n trus percaya pada sang pencipta {Alloh SWT} u/ Sukses, , Wassalamualaikum.. wr/wb. :D
Mari Berusaha, Berdo'a Kemudian Tawakal
Saya Hanya Manusia Biasa
Kamis, 27 Juli 2017
Alat-alat Klimatologi
Smangat
Penakar hujan otomatis, prinsip secara menimbang air hujan yang ditampung. Melalui cara mekanis timbangan ini ditransfer ke jarum petunjuk berpena di atas kertas pias.
alat-alat
klimatologi
Menentukan iklim suatu daerah
diperlukan data yang telah terkumpul lama, hasil dari pengukuran alat ukur
khusus yang disebut instrumentasi klimatologi. Instrumentasi tak jauh beda
bahkan kadang sama dengan instrumentasi meteorologi. Alat-alat ini harus tahan
setiap waktu terhadap pengaruh-pengaruh buruk cuaca sehingga ketelitiannya
tidak berubah. Pemeliharaan alat akan membuat ketelitian yang baik pula
sehingga pengukuran dapat dipercaya. Data yang terkumpul untuk iklim diperlukan
waktu yang lama, tak cukup satu tahun bahkan 10-30 tahun.
Pemasangan alat di tempat terbuka
memerlukan persyaratan tertentu tertentu agar tak salah ukur misalnya
dipikirkan tentang halangan berupa bangunan-bangunan dekat alat ataupun
pepohonan. Alat-alat pengukur memerlukan penetapan waktu tertentu mengikuti
prosedur tertentu yang sama di semua tempat. Maksudnya agar data dapat
dibandingkan sehingga perbedaan data bukanlah akibat kesalahan prosedur tapi betul-betul
karena iklimnya berbeda. Jadi perlu keseragaman dalam: peralatan, pemasangan
alat, waktu pengamatan dan pengumpulan data.
Alat-alat yang umum digunakan di
stasiun klimatologi data cuaca menghasilkan data yang makro. Alat-alat terbagi
dua golongan, manual dan otomatis (mempunyai perekam). Unsur-unsur iklim yang
diukur adalah: radiasi surya, suhu udara dan suhu tanah, kelembapan udara,
curah hujan, evaporasi dan angin.
RADIASI
Alat ukur radiasi umumnya dua tipe:
1) pengukur jumlah energi radiasi
(Cal/cm2/waktu)
2) pengukur lamanya penyinaran surya
(jam).
Aktinograf
Berperekam atau otomatis mengukur setiap saat pada siang
hari radiasi surya yang jatuh ke alat. Sensor atau yang peka bila kena sinar
surya terdiri atas bimetal (dwilogam) berwarna hitam mudah menyerap radiasi
surya. Panas karena radiasi yang diserap ini membuat bimetal melengkung.
Besarnya lengkungan sebanding radiasi yang diterima sensor. Lengkungan ini
disampaikan secara mekanis ke jarum penulis di atas pias yang berputar menurut
waktu. Hasil rekaman sehari ini berbentuk grafik. Luas grafik/integral dari
grafik sebanding dengan jumlah radiasi surya yang ditangkap oleh sensor selama
sehari.
Gun Bellani
Prinsip alat adalah menangkap radiasi pada benda berbentuk bola
sensor. Panas yang timbul akan menguapkan zat cair dalam bola hitam. Ruang uap
zat cair berhubungan dengan tabung kondensasi. Uap zat cair yang timbul akan
dikondensasi dalam tabung berbentuk buret yang berskala. Banyaknya air
kondensasi sebanding dengan radiasi surya diterima oleh sensor dalam sehari.
Pengukuran dilakukan sekali dalam 24 jam, yaitu pada pagi hari dibandingkan
dengan alat yang pertama hasilnya lebih kasar.
Campbell Stokes
Prinsip alat adalah pembakaran pias. Panjang pias yang
terbakar dinyatakan dalam jam. Alat ini mengukur lama penyinaran surya. Hanya
pada keadaan matahari terang saja pias terbakar, sehingga yang terukur adalah
lama penyinaran surya terang.
Pias
ditaruh pada titik api bola lensa. Pembakaran pias terlihat seperti garis lurus
di bawah bola lensa. Kertas pias adalah kertas khusus yang tak mudah terbakar
kecuali pada titik api lensa.
Alat
dipasang di tempat terbuka, tak ada halangan ke arah Timur matahari terbit dan
ke barat matahari terbenam. Kemiringan sumbu bola lensa disesuaikan dengan
letak lintang setempat. Posisi alat tak berubah sepanjang waktu hanya pemakaian
pias dapat diganti-ganti setiap hari. Ada 3 tipe pias yang digunakan pada alat
yang sama:
*
Pias waktu matahari di ekuator
* Pias waktu matahari di utara
* Pias waktu matahari di selatan
* Pias waktu matahari di utara
* Pias waktu matahari di selatan
SUHU
Setiap
benda yang perubahan bentuknya sebagai fungsi dari suhu dapat digunakan sebagai
thermometer. Perubahan bentuk ini akibat pemuaian thermal. Pada umumnya yang
dipakai dalam instrumen klimatologi adalah air raksa dalam tabung kapiler
gelas.
Termometer
Maksimum
Ciri khas dari termometer ini adalah terdapat penyempitan
pada pipa kapiler di dekat reservoir. Air raksa dapat melalui bagian yang
sempit ini pada suhu naik dan pada suhu turun air raksa tak bisa kembali ke
reservoir, sehingga air raksa tetap berada posisi sama dengan suhu tertinggi.
Setelah dibaca posisi ujung air raksa tertinggi, air raksa dapat dikembalikan
ke reservoir dengan perlakuan khusus (diayun-ayunkan). Termometer maksimum
diletakkan pada posisi hampir mendatar, agar mudah terjadi pemuaian .
Pengamatan sekali dalam 24 jam.
Termometer
minimum
Mengukur suhu udara ekstrim rendah. Zat cair dalam kapiler
gelas adalah alkohol yang bening. Pada bagian ujung atas alkohol yang memuai
atau menyusut terdapat indeks. Indeks ini hanya dapat didorong ke bawah pada
suhu rendah oleh tegangan permukaan bagian ujung kapiler alkohol. Bila suhu
naik alkohol memuai, indeks tetap menunjukkan posisi suhu terendah.
Setelah
ujung indeks yang dekat miniskus alkohol dibaca dan dicatat, dengan perlakuan
khusus indeks dikembalikan mendekati miniskus alkohol. Posisi termometer pada
waktu mengukur hampir sama dengan termometer maksimum yaitu agak mendatar.
Perlu diperhatikan bahwa kapiler alkohol harus dalam keadaan bersambung, tidak
boleh terputus-putus. Bila kapiler alkohol terputus, termometer tidak boleh
lagi dipakai sebagai alat pengukur suhu, harus dibetulkan terlebih dahulu,
Pengamatan sekali dalam 24 jam.
Termometer
biasa
Mengukur suhu udara sesaat, zat cair yang digunakan adalah
air raksa. Umumnya termometer ini disebut termometer bola kering yang dipasang
berdampingan dengan termometer bola basah. Kedua termometer ini dipasang dalam
keadaan tegak. Semua termometer pengukur suhu udara pada waktu pengukuran
berada di dalam sangkar cuaca. Maksudnya adalah termometer tidak dipengaruhi
radiasi surya langsung maupun radiasi dari bumi. Kemudian terlindung dari hujan
ataupun angin kencang. Warna sangkar cuaca putih menghindari penyerapan radiasi
surya. Panas ini dapat mempengaruhi pengukuran suhu udara.
Termometer
tanah
Prinsipnya hampir sama dengan termometer biasa, hanya bentuk
dan panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu udara.
Perubahannya lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar daripada
udara.
Suhu
tanah yang diukur umumnya pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm.
Macam alat disesuaikan dengan kedalaman yang akan diukur. Termometer tanah
untuk kedalaman 50 cm dan 100 cm bentuknya berbeda dengan kedalaman lain.
Termometer berada dalam tabung gelas yang berisi parafin, kemudian tabung
diikat dengan rantai lalu diturunkan dalam selongsong tabung logam ke dalam
tanah sampai kedalaman 50 cm atau 100 cm. Pembacaan dilakukan dengan mengangkat
termometer dari dalam tabung logam, kemudian dibaca. Adanya parafin
memperlambat perubahan suhu ketika termometer terbaca di udara. Termometer
tanah pada kedua kedalaman ini bila meruapakan suatu kapiler yang panjang dari
mulai permukaan tanah, mudah sekali patah apabila tanah bergerak turun atau
pecah karena kekeringan.
KELEMBAPAN
Ada
beberapa tipe dan prinsip kerja alat pengukur kelembapan udara. Pada umumnya
alat yang digunakan adalah psikrometer. Alat ini terdiri dari dua termometer
yang disebut termometer bola basah dan termometer bola kering. Kelembapan udara
sebanding dengan selisih kedua termometer yang dapat dicari melalui tabel atau
rumus. Alat pengukur kelembapan lain adalah sensor rambut. Prinsipnya bila
udara lembab rambut bertambah panjang dan udara kering rambut menyusut. Perubahan
panjang ini secara mekanis dapat ditransfer ke jarum penunjuk pada skala antara
0 sampai 100 %. Alat pengukur kelembapan udara tipe ini disebut higrometer.
Termohigrograf
Menggunakan prinsip dengan sensor
rambut untuk mengukur kelembapan udara dan menggunakan bimetal untuk sensor
suhu udara. Kedua sensor dihubungkan secara mekanis ke jarum penunjuk yang
merupakan pena penulis di atas kertas pias yang berputar menurut waktu. Alat
dapat mencatat suhu dan kelembapan setiap waktu secara otomatis pada pias.
Melalui suatu koreksi dengan psikrometer kelembapan udara dari saat ke saat
tertentu.
Psikrometer standar
Alat pengukur kelembapan udara
terdiri dari dua termometer bola basah dan bola kering. Pembasah termometer
bola basah harus dijaga agar jangan sampai kotor. Gantilah kain pembasah bila
kotor atau daya airnya telah berkurang. Dua minggu atau sebulan sekali perlu
diganti, tergantung cepatnya kotor. Musim kemarau pembasah cepat sekali kotor
oleh debu. Air pembasah harus bersih dan jernih. Pakailah air bebas ion atau
aquades. Air banyak mengandung mineral akan mengakibatkan terjadinya endapan
garam pada termometer bola basah dan mengganggu pengukuran. Waktu pembacaan
terlebih dahulu bacalah termometer bola kering kemudian termometer bola basah.
Suhu udara yang ditunjukkan termometer bola kering lebih mudah berubah daripada
termometer bola basah. Semua alat pengukur kelembapan udara ditaruh dalam
sangkar cuaca terlindung dari radiasi surya langsung atau radiasi bumi serta
hujan.
CURAH HUJAN
Alat pengukur hujan, mengukur tinggi hujan seolah-olah air
yang jatuh ke tanah menumpuk ke atas merupakan kolom air. Bila air yang
tertampung volumenya dibagi dengan luas corong penampung maka hasilnya dalah
tinggi. Satuan yang dipakai adalah milimeter (mm).
Penakar hujan yang baku digunakan di
Indonesia adalah tipe observatorium. Semua alat penakar hujan yang beragam
bentuknya atau yang otomatis dibandingkan dengan alat penakar hujan otomatis
(OBS). Penakar hujan OBS adalah manual. Jumlah air hujan yang tertampung diukur
dengan gelas ukur yang telah dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas ukur
yang kemudian dibagi sepuluh karena luas penampangnya adalah 100 cm sehingga
dihasilkan satuan mm. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi
hari. Hujan yang diukur pada pagi hari adalah hujan kemarin bukan hari ini.
Penakar
hujan Hellman
Alat ini merupakan penakar hujan
otomatis dengan tipe siphon. Bila air hujan terukur setinggi 10 mm, siphon
bekerja mengeluarkan air dari tabung penampungan dengan cepat, kemudian siap
mengukur lagi dan kemudian seterusnya. Di dalam penampung terdapat pelampung
yang dihubungkan dengan jarum pena penunjuk yang secara mekanis membuat garis
pada kertas pias posisi dari tinggi air hujan yang tertampung. Bentuk pias ada
dua macam, harian dan mingguan. Pada umumnya lebih baik menggunakan yang harian
agar garis yang dibuat pena tidak terlalu rapat ketika terjadi hujan lebat.
Banyak data dapat dianalisadari pias, tinggi hujan harian, waktu datangnya
hujan, derasnya hujan atau lebatnya hujan per satuan waktu.
Penakar
hujan Bendix
Penakar hujan otomatis, prinsip secara menimbang air hujan yang ditampung. Melalui cara mekanis timbangan ini ditransfer ke jarum petunjuk berpena di atas kertas pias.
Penakar
hujan Tilting Siphon
Prinsip alat, air hujan ditampung
dalam tabung penampung. Bila penampung penuh, tabung menjadi miring dan siphon
mulai bekerja megeluarkan air dari dalam tabung. Setiap pergerakan air dalam
tabung penampung tercatat pada pias sama seperti alat penakar hujan otomatis lainnya.
Penakar
hujan Tipping Bucket
Prinsip alat, air hujan ditampung
pada bejana yang berjungkit. Bila air mengisi bejana penampung yang setara
dengan tinggi hujan 0,5 mm akan berjungkit dan air dikeluarkan. Terdapat dua
buah bejana yang saling bergantian menampung air hujan. Tiap gerakan bejana
berjungkit secara mekanis tercapat pada pias atau menggerakkan counter
(penghitung). Jumlah hitungan dikalikan dengan 0,5 mm adalah tinggi hujan yang
terjadi. Curah hujan di bawah 0,5 mm tidak tercatat.
Semua alat
penakar hujan di atas harus diperhatikan penempatannya di lapangan terbuka
bebas dari halangan. Alat yang teliti dengan menempatkan yang salah akan
mengukur besaran yang salah pula. Alat yang otomatis, pemeliharaannya harus
lebih intensif. Keadaan alat baik yang manual ataupun yang otomatis harus
diperiksa dari kebocoran, saluran penampung yang tersumbat kotoran, tinta pena
jangan sampai kering dan jam pemutar silinder pias dalam keadaan berjalan
dengan baik.
EVAPORASI
Pengukuran air yang hilang melalui
penguapan (evaporasi) perlu diukur untuk mengetahui keadaan kesetimbangan air
antara yang didapat melalui curah hujan dan air yang hilang melalui evaporasi.
Alat pengukur evaporasi yang paling banyak digunakan sekarang adalah Panci
kelas A. Evaporasi yang diukur dengan panci ini dipengaruhi oleh radiasi surya
yang datang, kelembapan udara, suhu udara dan besarnya angin pada tempat
pengukuran. Ada dua macam peralatan pengukur tinggi muka air dalam panci.
Pertama alat ukur micrometer pancing dan yang kedua alat ukur ujung paku yang
dipasang tetap (fixed point). Kesalahan yang besar dari pengukuran evaporasi
terletak pada tinggi air dalam panci. Oleh sebab itu muka air selamanya harus
dikembalikan pada tinggi semula yaitu 5 cm di bawah bibir panci. Makin rendah
muka air dalam panci, makin rendah pula terjadinya penguapan. Kejernihan air
dalam panci perlu diperhatikan. Air yang keruh, evaporasi yang terukur akan
rendah pula. Usahakan air jangan sampai berlumut. Tinggi air diukur dengan
satuan mm. Alat ukur mikrometer mampu mengukur dalam mm dengan ketelitian
seperti seratus mm. Ketelitian pengukuran itu diperlukan karena tinggi yang
diukur tidak sama besar meliputi 5 sampai 8 mm. Pada musim penghujan nilainya
kecil sedangkan pada musim kemarau besar. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24
jam ketika pagi hari. Pengamat yang setiap hari mengukur evaporasi harus
mempunyai keterampilan dan kejelian melihat batas air yang diukur. Alat
perlengkapannya adalah tabung peredam, termometer maksimum-minimum permukaan
air yang tertampung, termometer maksimum-minimum di permukaan panci dan
anemometer cup counter setinggi 30 cm di atas tanah. Sekeliling panci harus
ditumbuhi rumput pendek. Permukaan tanah yang terbuka atau gundul menyebabkan
evaporasi yang terukur tinggi (efek oase). Pasanglah alat pada tempat yang
terbuka tidak terhalang oleh benda-benda lain dan berada di tengah-tengah
lapang rumput dari stasiun klimatologi.
ANGIN
Angin merupakan suatu vektor yang
mempunyai besaran dan arah. Besaran yang dimaksud adalah kecepatannya sedang
arahnya adalah darimana datangnya angin. Kecepatan angin dapat dihitung dari
jelajah angin (cup counter anemometer) dibagi waktu (lamanya periode
pengukuran). Ada alat pengukuran angin yang langsung mengukur kecepatannya.
Jadi jarum penunjuk suatu kecepatan tertentu bila ada angin. Arah angin
ditunjukkan oleh wind-vane yang dihubungkan dengan alat penunjuk arah mata
angin atau dalam angka. Angka 360 derajat berarti ada angin dari utara, angka
90 ada angin dari timur demikian seterusnya.
Perlu diperhatikan bahwa tidak ada
angka nol, karena angka nol menandakan tak ada angin. Mengukur arah angin
haruslah ada angin atau cup counter anemometer dalam keadaan bergerak.
Sebagaimana alat lainnya pemasangan alat di lapang terbuka penting sekali
karena mempengaruhi besaran yang akan diukur. Di lapangan terbuka tak ada
pohon-pohonan tinggi alat dipasang 2 meter di atas tanah. Bila ada halangan,
alat dipasang pada ketinggian 10 sampai 15 meter dari atas tanah. Waktu
pengamatan tergantung dari data yang diinginkan. Bila data harian, pengamatan
sekali dalam 24 jam untuk jelajah angin yaitu pada pagi hari.
Waktu pengamatan arah angin lebih dari sekali dalam 24 jam.
Arah yang paling banyak ditunjuk dalam 24 jam merupakan arah rata-rata dalam
hari tersebut.
Sensor yang menghubungkan dengan alat mencatat otomatis
disebut anemograf. Alat ini mencatat kecepatan dan arah angin setiap saat pada
kertas pias. Alat pencatat ini ada yang harian, mingguan ataupun bulanan.
Diposkan
oleh hiyu di 08:25
Materi Kuliah Perlindungan Tanaman (Proteksi Tanaman)
Smangat
Materi
Kuliah Perlindungan Tanaman
PERAN
PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM BUDIDAYA PERTANIAN
PADA
ERA GLOBALISASI٭)
Oleh
:
YV.
Pardjo Notosandjojo٭٭)
I. PENDAHULUAN
Pembangunan sektor pertanian baik
dunia maupun kawasan bertujuan untuk menaikkan produksi pertanian guna
meningkatkan pendapatan petani dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat,
terutama kebutuhan pangan bagi penduduk yang populasinya meningkat dengan
cepat. Meningkatnya jumlah penduduk, berkembangnya budaya bangsa, transportasi,
komunikasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia menuntut adanya
kebutuhan pangan yang berkualitas tinggi, sandang, perumahan, pendidikan,
kesehatan, dangayahidup yang semakin meningkat. Hal tersebut berarti diperlukan
lahan pertanian yang semakin luas, produksi lahan pangan, sandang, dan papan
yang semakin meningkat baik jumlah maupun mutunya.
Di Indonesia peningkatan produksi
pertanian diupayakan melalui ektensifikasi, intensifikasi, dan deversifikasi.
Upaya ekstensifikasi dilakukan antara lain dengan perluasan daerah irigasi,
pembukaan lahan pasang-surut di Kalimantan dan Sumatera, serta pembukaan lahan
1.000.000 hektar persawahan di lahan gambut di Sumatera. Upaya-upaya tersebut
belum mampu mengatasi masalah pangan bagi negara kita yang laju pertumbuhan
penduduknya sangat cepat. Upaya lain adalah dengan intensifikasi, yaitu
meningkatkan produksi pertanian per satuan luas. Intensifikasi dilakukan
melalui panca-usaha pertanian sebagai berikut : (1) Pemilihan bibit unggul yang
berpenghasilan tinggi, sedapat mungkin yang tahan terhadap hama dan penyakit,
serta memiliki rasa enak; (2) Penggunaan pupuk berimbang dan rasional; (3)
Mengusahakan irigasi yang teratur; (4) Meningkatkan teknik bercocok tanam yang
lebih menguntungkan; (5) Pengendalian terhadap OPT melalui higenis pertanaman,
dan penggunaan bahan kimia pestisida yang rasional. Upaya deversifikasi
dilakukan dengan meningkatkan keragaman pertanaman, bukan monokultur.
Upaya intensifikasi telah dirasakan
memberikan peningkatan hasil positip, ini ditandai dengan meningkatnya produksi
pertanian secara nyata sehingga mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk.
Puncak produksi pangan khususnya beras dicapai pada tahun 1996 dikenal sebagai
swa sembada beras. Namun pada tahun 1999Indonesiatelah mengimpor beras kembali
dari luar negeri. Mengapa demikian ?; Karena peningkatan produksi pertanian
masih merupakan hal yang cukup rawan, mengingat banyak hal yang dihadapi.
Kendala tersebut antara lain pengaruh dari dua faktor yang sangat dominan,
yaitu faktor abiotik dan faktor biotik.
________________________________________________________________________
٭) Makalah Pengantar
Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian UNS Surakarta Klas AB-3 C & D
٭٭) Dosen Pengampu MK
Perlindungan Tanaman
Kendala faktor abiotik seperti
adanya musim kering berkepanjangan, berkurangnya lapisan ozon mengakibatkan
ribuan bahkan jutaan hektar pertanaman padi kering dan tidak dapat dipanen.
Bencana banjir sering melanda ribuan bahkan jutaan hektar pertanaman, yang
mengakibatkan tanaman puso. Angin puyuh sering mengakibatkan tanaman roboh,
patah, defoliasi, aborsi bunga atau buah, dan kerusakan lain pada tanaman.
Logam berat yang berasal dari limbah industri sering mengganggu pertumbuhan
tanaman. Bencana alam gunung berapi, seperti lava (panas atau dingin), awan
panas, dan hujan abu dapat menurunkan produksi tanaman atau bahkan memusnahkan
tanaman pertanian.
Kendala yang berasal dari faktor
biotik adalah gangguan dari organisme pengganggu tanaman (OPT), yang terdiri
atashama, penyakit, dan gulma. Gangguan adalah setiap perubahan
pertanaman yang mengarah kepada pengurangan kuantitas dan atau kualitas dari
hasil yang diharapkan. Pengurangan kuantitas dan atau kualitas berdampak pada
kerugian ekonomik.
Perlindungan tanaman perlu dilakukan
dalam rangka mengeliminasi gangguan OPT. Perlindungan dapat dilakukan melalui
cara preventif (mencegah OPT masuk ke pertanaman) dan cara kuratif
(mengendalikan OPT yang telah ada pada pertanaman). Perlindungan tanaman
terhadap OPT dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai taktik pengendalian
secara terpadu, dengan memperhatikan terhadap kelestarian lingkungan hidup,
sosial, ekonomik, dan kesehatan masyarakat. Dengan demikian taktik
pengendalianhamadengan pestisida merupakan pilihan terakhir apabila taktik
pengendalian lain tidak mampu membendung laju populasihamaatau tingkat
kerusakan tanaman. Sebagai dasar penggunaan pestisida adalah Ambang Ekonomi,
atau Ambang Kendali. Mengingat pestisida merupakan sumber pencemaran bahan
kimia beracun baik pada tanaman atau produknya, air, tanah, maupun udara.
Pengendalian semacam itu lebih dikenal sebagai Sistem Pengendalian atau
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).
Kedudukan Perlindungan Tanaman dalam
budidaya tanaman adalah sangat penting dan mutlak dilakukan, mengingat
Perlindungan Tanaman merupakan jaminan dalam mempertahankan produksi tanaman
terhadap gangguan OPT. Tanpa dilakukan Perlindungan Tanaman pada budidaya
tanaman sulit dipastikan bahwa petani akan mampu panen sesuai dengan harapan
mereka.
II.
PENGERTIAN DAN ARTI PENTING ORGANISME
OPT, terdiri atas binatang,
mikro-organisme, dan tumbuhan liar (gulma). Binatang yang berperan sebagai OPT
dapat berasal dari binatang menyusui (Klas Mammalia), binatang lunak (Klas
Mollusca), binatang cacing parasit tanaman (Klas Nematoda), dan binatang
Serangga (Klas Insekta dan Klas Arachnida). Dari binatang menyusui misalnya
babi hutan, kera, dan rusa yang menjadi musuh petani di luar Jawa terutama di
kawasan pemukiman transmigrasi. Gajah bahkan sering merusak ladang petani
maupun perkebunan tebu di Sumatera Selatan dan Lampung. Tidak kalah pentingnya
adalahhamatikus sawah yang mampu menyerang dan membinasakan ribuan bahkan
jutaan hektar pertanaman padi yang sudah siap panen. Tidak hanya pertanaman
padi yang diserang tetapi pertanaman pangan lain, palawija, dan tebu. Tidak
hanya tikus sawah yang menimbulkan masalah, tetapi juga tikus rumah yang sering
menimbulkan masalah pada bahan dan produk pertanian yang disimpan di dalam
gudang. Disamping itu sangat mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Tikus
pohon juga banyak menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa atau kelapa sawit,
salak, padi, dan jagung. Demikian juga tupai yang banyak menimbulkan masalah
pada pertanaman kelapa, mengerat buah kakao, mangga, dan durian. Kalong dan
codhot (bangsa kelelawar) banyak menimbulkan masalah karena menyerang
buah-buahan di pedesaan. Burung (bangsa Aves) juga sering dijumpai mengganggu
tanaman budidaya pertanian terutama burung-burung pemakan biji-bijian seperti
burung gelatik, burung pipit, burung gereja. Namun beberapa jenis burung
memakan buah-buahan.
Binatang lunak yang sering
menimbulkan masalah adalah bangsa siput seperti siput Singapura (bekecot),
keong emas, dan jenis siput lain baik yang bercangkang maupun tidak
bercangkang. Cacing parasit tanaman (bangsa Nematoda) banyak menimbulkan
masalah baik lokal, nasional, maupun internasional. Nematoda puru akar banyak
menimbulkan permasalahan pada pertanaman terutama dari familia Solanaceae,
seperti tanaman tembakau, kentang, tomat, cabai, terung. Namun sifat nematoda
puru akar adalah polifag sehingga nematoda tersebut mampu menyerang berbagai
komoditi pangan, palawija, hortikultura, bahkan tanaman perkebunan. Nematoda
dari marga Pratylenchus, Radopholus, dan Radinaphelenchus mampu merusak tanaman
kopi, lada, pisang, dan kelapa/kelapa sawit. Marga lain misalnya
Aphelenchoides, Ditylenchus, dan Anguina mampu menyerang padi, gandum, tanaman
hias, dan hortikultura. Pada tahun 2000 an Indonesia heboh dengan masuknya
“golden nematode” dari Marga Globodera, jenis nematoda ini menyerang pertanaman
kentang, pada hal nematoda tersebut merupakan masalah besar di Amerika dan
Eropa. Masuknya nematoda tersebut menunjukkan bahwa sistem perlindungan tanaman
kita terutama Dinas Karantina Tumbuhan masih lemah.
Binatang serangga menduduki sekitar
75% dari seluruh binatang yang ada di dunia ini. Dengan demikian peran serangga
dalam sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan sangat
penting. Serangga yang memiliki dua klas, yaitu klas insekta dan klas arachnida
memiliki anggota yang besar yang berperan sebagai OPT. Dari klas insekta
dikenal Bangsa-Bangsa penting, antara lain, Bangsa kupu-kupu
(Lepidoptera), bangsa kumbang (Coleoptera), bangsa lalat (Diptera), bangsa
lebah (Hymenoptera), bangsa belalang (Orthoptera), bangsa kepik atau kepinding
(Hemiptera), bangsa kutu & wereng (Homoptera), bangsa trip (Thysanoptera),
bangsa rayap (Isoptera), dan bangsa capung (Odonata). Dari klas arachnida
dikenal bangsa tungau (Mite). OPT binatang tersebut untuk selanjutnya disebut binatanghamaatauhamasaja.
OPT mikro-organisme dapat berupa
jamur patogen tanaman, bakteri, virus, mikoplasma, protozoa. Dikenal jamur
embun tepung yang menyerang pertanaman apel di daerah Batu, Pujon (Malang,
Jatim) meluas sampai daerah Nongkojajar (Pasuruan, Jatim). Jamur Fusarium dan
Phytophthora yang sangat berbahaya pada tanaman tembakau, kentang, tomat, teh,
dan lain-lain. Bakteri busuk batang sangat berbahaya pada tanaman panili,
bakteri lanas berbahaya pada tanaman tembakau, kentang dan tomat. Virus CVPD
telah terbukti mampu menghancurkan ribuan bahkan jutaan tanaman jeruk
diIndonesia. Virus mozaik sangat menurunkan kualitas daun tembakau dan teh.
Masih banyak lagi peran mikro-organisme sebagai OPT terlebih bila
mikro-organisme tersebut ditularkan via serangga vektor. OPT mikro-organisme
tersebut untuk selanjutnya disebut penyakit tanaman.
OPT berasal dari tumbuhan liar
(gulma) mengganggu pertanaman budidaya pertanian dalam berbagai hal, antara
lain : persaingan (kompetisi) dalam memperoleh unsur hara, tempat tinggal,
cahaya matahari, kadang terjadi alelopati. Rumput alang-alang merupakan masalah
di lahan pertanian luar Jawa, baik di Sumatera danKalimantan. Enceng gondok
yang dahulu sebagai tanaman hias di kolam-kolam telah berubah menjadi gulma
baik di persawahan maupun di waduk, dam, atau rawa-rawa. Hampir setiap lahan
pertanian, perkebunan, maupun tegalan pasti selalu tumbuh gulma baik berupa
rumput-rumputan, gulma berdaun sempit, maupun berdaun lebar, yang tentunya
sebagai pesaing berat bagi tanaman budidaya. OPT tumbuhan liar tersebut untuk
selanjutnya disebut gulma.
Berdasarkan uraian di atas tentunya
dapat dibedakan secara mudah antarahama, penyakit, dan gulma. Dari segi jasat
pengganggunya, dari cara jasat tersebut mengganggu, dan dampak dari gangguan
yang ditimbulkan.
Tidak semua organisme di dunia ini
selalu berperan sebagai OPT, namun ada sebagian organisme yang berperan
membantu tanaman atau membantu petani yang lebih dikenal sebagai Organisme
Benefisial (OB). Dari golongan binatang menyusui dikenal kucing dan anjing yang
merupakan pemangsa tikus dan babi hutan. Binatang melata seperti ular sangat
efektif memangsa tikus. Di perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara telah
dipelihara burung hantu sebagai pemangsa tikus pohon.Adajenis-jenis nematoda
yang berperan sebagai pemangsa nematoda parasit tanaman, ada yang memangsa
jamur patogen atau bakteri. Demikian pula serangga yang banyak berperan sebagai
pemangsa (predator) seperti kumbang buas, kepik buas, lebah buas, capung, dan
laba-laba buas. Namun ada jenis-jenis serangga yang hidupnya menumpang pada
serangga lain dan dapat menyebabkan kematian pada serangga tersebut, yang lebih
dikenal sebagai parasitoid. OB serangga dapat pula membantu dalam proses
penyerbukan tanaman, menghasilkan lak sebagai bahan baku cat atau pelitur, dan
menghasilkan madu serta royal jelly. Kelompok mikro-organisme juga ada yang
bermanfaat manakala mereka berperan sebagai patogenhama, yang
menyebabkanhamamenjadi sakit, dan mati. Jenis-jenis mikro-organisme lain
bermanfaat bagi proses fermentasi dalam pembuatan tape, anggur, dan minuman
keras (brem, ciu, arak), pembuatan susu asam (kefir, yakult), juga bermanfaat
dalam pembuatantempedan tauco. Bahkan dapat dimanfaatkan sebagai obat
antibiotika sepert penisilin. Demikian pula tumbuhan liar tidak selalu sebagai
gulma, tetapi ada yang bermanfaat seperti sebagai penahan longsor, penahan air,
sarana olah raga (lapangan sepak bola, golf), untuk taman-taman, dapat
menghasilkan pakan (polen, nektar, madu) bagi imago parasitoid, dan merupakan
sumber pakan bagi ternak (kambing, sapi, kerbau, kuda, kelinci).
III. HUBUNGAN
ANTARA TANAMAN DENGAN OPT
Tanaman bagi OPT binatang merupakan
sumber pakan, tempat berlindung atau tempat hidup, dan tempat melakukan
kopulasi. Sedang keberadaan OPT binatang bagi tanaman merupakan sumber
gangguan, karena binatang mampu memakan tanaman mulai dari bagian akar sampai
pucuk bahkan bunga, buah, ataupun bijinya. Beberapa binatang merusak secara
mekanik seperti daun berlobang-lobang karena dimakan ulat daun atau belalang
atau kumbang, akar-akar rusak bahkan terputus karena dimakan Lundi, tanaman
padi nampak patah-patah porak poranda karena dimakan tikus sawah. Binatang juga
dapat mengeluarkan semacam ludah yang bersifat toksik (beracun) bagi tanaman,
seperti layu pucuk kapas karena dicucuk dan dihisap cairan selnya oleh kepik
hijau. Serangan binatang juga mampu mempengaruhi pertumbuhan sel atau jaringan
tanaman sehingga menyimpang dari normal, terjadinya puru pada akar tanaman
karena adanya penyimpangan sel-sel akar akibat terserang nematoda Meloidogyne.
Lebih bahaya lagi apabila saat binatang memakan tanaman, sekaligus menularkan
patogen tanaman, dengan demikian terjadilah serangan ganda.
Tanaman sebagai sumber pakan sering
disebut inang, inang yang paling disukai dikenal sebagai inang utama, namun
tentunya binatang tidak mau mati kelaparan mana kala inang utamanya tidak ada
dan mereka akan memakan tanaman lain meskipun tidak suka atau sekedar untuk
mempertahankan hidup saja, tanaman lain tersebut disebut inang alternatif.
Banyak sedikitnya tanaman sebagai inang dikenal sebagai kisaran inang, bila
binatang memiliki inang banyak artinya binatang tersebut memiliki kisaran inang
luas (euro-phagic), sebaliknya bila kisaran inangnya sedikit disebut kisaran
inangnya sempit (steno-phagic). Bila binatang memiliki kisaran inang luas dan
jenis-jenis tanaman tersebut berasal dari banyak suku (familia) maka
binatang tersebut disebut polifag, namun bila kisaran inangnya sempit hanya
beberapa jenis tanaman yang berasal dari beberapa marga (genus) dinamakan
oligofag, sedang bila tanaman inangnya hanya beberapa jenis saja dari satu
marga dinamakan monofag. Binatang yang mengkonsumsi tanaman sebagai sumber
pakan dinamakan herbivora, namun ada yang mengkonsumsi ganda baik tanaman maupun
binatang dinamakan omnivora, sedang bila binatang hanya mengkonsumsi binatang
saja dinamakan karnivora. Dengan demikian jelas bahwa OPT binatang berupa
herbivora dan omnivora.
Tanaman bagi OPT mikro-organisme
sebagai media tumbuh dan berkembang biak. Keberadaan OPT mikro-organisme sangat
mengganggu dalam proses fisiologi tanaman sehingga terjadi
penyimpangan-penyimpangan pertumbuhan tanaman yang mengarah kepenurunan angka
hasil dan mutu hasil. Namun kadang penyimpangan tersebut justru meningkatkan
nilai ekonomi komoditi tersebut, sepertu bunga tulip yang terserang virus
kelihatan lebih indah dan lebih mahal. Kelapa kopyor sangat digemari orang dan
mahal harganya.
Tanaman bagi OPT gulma sebenarnya
sebagai pesaing, sama seperti gulma bagi tanaman. Tanaman dan gulma sama-sama
tumbuhan tingkat tinggi jadi wajarlah bila persaingan tersebut didasarkan pada
kebutuhan hidup bagi tanaman, yaitu kebutuhan akan unsur hara, kebutuhan cahaya
matahari untuk proses fotosintesis, dan kebutuhan tempat tinggal atau ruang hidup.
Namun kadang akar gulma mampu mengeluarkan senyawa yang bersifat racun bagi
tanaman sehingga terjadilah alelopati. Dengan demikian keberadaan gulma pada
pertanaman budidaya sangat mengganggu penyediaan unsur hara tanaman,
berkurangnya fotosintesa, terjadinya etiolasi, sampai pertumbuhan tanaman
merana.
IV.
KERUSAKAN TANAMAN DAN KERUGIAN EKONOMIK
Setiap kali terjadi serangan
hamatentu akan menimbulkan luka (injury), dan luka tersebut akan
mengakibatkan kerusakan (damage) pada tanaman. Jadi luka lebih difokuskan
kepadahama dan aktifitasnya, sedang kerusakan lebih difokuskan kepada
penyimpangan dari normal dan respon tanaman tersebut terhadap serangan. Dampak
kerusakan adalah penurunan angka hasil (kuantitas) dan atau mutu hasil
(kualitas). Bila penurunan angka hasil dan atau mutu hasil dirasakan secara
ekonomik, maka OPT tersebut baru dapat dikategorikan sebagaihama, penyakit,
maupun gulma. Jadi tolok ukurnya adalah nilai ekonomik kerusakan tanaman
tersebut.
Sebagai ilustrasi dapat disampaikan
beberapa contoh kejadian-kejadian sebagai berikut : serangan ulat kipat pada
tanaman kedondong dan jambu mete mengakibatkan daun-daun kedondong dan mete
meranggas bahkan habis dimakan oleh ulat tersebut yang populasinya ratusan
sampai ribuan ekor per tanaman. Serangan ulat tersebut tidak pernah dihiraukan
oleh pemiliknya, karena pemiliknya tahu bahwa dampak serangan itu akan membawa
keuntungan ganda, yaitu setelah ulat menjadi kepompong maka kepompong tersebut
bernilai ekonomik karena kandungan proteinnya tinggi. Sedang keuntungan kedua
adalah tidak lama lagi tanaman akan bersemi kembali sambil muncul bunga-bunga
yang cukup lebat. Dan tentunya hasil panennya lebih tinggi dibanding bila tidak
terjadi serangan ulat tersebut. Apakah ulat kipat dapat dikategorikan sebagaihama?.
Kelapa kopyor adalah penyimpangan buah akibat terserang virus, namun kelapa
kopyor memiliki nilai ekonomik lebih tinggi dibanding kelapa biasa. Demikian
juga bunga tulip yang terserang virus akan terjadi trotol-trotol yang membawa
bunga tulip tersebut bernilai ekonomik lebih tinggi. Apakah patogen tersebut
dapat dikategorikan sebagai penyakit tanaman ?
Ditinjau dari segi ekonomik ada
beberapa istilah yang perlu diketahui, yaitu : Aras Luka Ekonomik (Economic
Injury Level) adalah aras populasi hama terendah yang telah dapat
menimbulkan kerugian secara ekonomik. Oleh karena itu tugas perlindungan
tanaman adalah menjaga tingkat populasi hama agar tidak pernah sampai pada aras
tersebut. Tidak kalah pentingnya adalah Ambang Ekonomik (Economic Threshold)
adalah aras populasihama atau tingkat kerusakan tanaman yang pada aras tersebut
telah dibenarkan penggunaan taktik pestisida untuk menekan populasihama agar
tidak pernah sampai ke Aras Luka Ekonomik. Nilai ALE dan AE senantiasa berubah
(dinamis) karena dipengaruhi oleh faktor pendukung yang tidak tetap seperti
harga komoditi, biaya pengendalian OPT, kepekaan komoditi tersebut terhadap
OPT, dan minat masyarakat terhadap komoditi tersebut.
V.
RANGKUMAN
Semakin sempitnya lahan pertanian
karena terjadinya alih fungsi dari lahan pertanian ke perumahan, gedung-gedung,
pabrik-pabrik industri, jalan-jalan bebas hambatan, depo penyediaan BBM
(premium, solar, premix), stadion-stadion, terminal-terminal angkutan,
pasar-pasar, dan lain-lain, maka dalam proses budidaya tanaman perlu diupayakan
intensifikasi dan ekstensifikasi. Upaya tersebut juga dalam rangka memenuhi
kebutuhan pangan penduduk yang meningkat secara cepat, dan meningkatkan
penghasilan petani.
Dalam budidaya pertanian selalu ada
kendala-kendala baik secara abiotik, yaitu terjadinya bencana alam yang tak
mungkin kita kuasai seperti banjir dimusim penghujan, turunnya hujan es,
sambaran petir, terjadinya tanah longsor, banjir lahar dingin, serangan angin
puyuh, bencana kekeringan pada musim kemarau, hujan abu, gunung meletus, awan
domba (awan panas), terjadinya fros. Tidak kalah pentingnya adalah kendala
biotik yang dikenal sebagai OPT. OPT pada garis besarnya terbagi menjadi tiga
golongan besar, yaitu golongan binatang (Vertebrata dan Avertebrata), golongan
mikro-organisme, dan golongan tumbuhan liar. Gangguan yang ditimbulkan dari
golongan binatang dinamakanhama, dari mikro-organisme dinamakan penyakit, dan
dari tumbuhan liar dinamakan gulma.
Tidak semua binatang berperan
sebagai OPT, tetapi banyak juga yang berperan sebagai OB (Organisme Benefisial)
misalnya berperan sebagai predator, parasitoid, pollinator, penghasil madu,
lak. Demikian juga dari golongan mikro-organisme tidak selalu sebagai OPT,
tetapi banyak juga yang bersifat sebagai OB seperti sebagai patogen hama,
patogen gulma, membantu proses fermentasi, ragi tape, ragi tempe, penghasil zat
antibiotika, perombak bahan organik dan masih banyak lagi. Tumbuhan liar juga
tidk selalu sebagai OPT, tetapi banyak juga yang berperan sebagai OB seperti
gulma penahan longsor, penahan air, memperindah taman, lapangan bola, golf,
pakan ternak, penggembalaan ternak, tempat berlindung musuh alami hama,
menyediakan pakan bagi parasitoid imago seperti nektar, polen, madu, dan
sebagai ramuan obat-obatan. Oleh karena itu suatu kewajiban untuk mengenal
organisme secara mendalam, mana yang berperan sebagai OPT dan mana OB. Dengan
demikian memudahkan dalam pengendalian OPT, dan selalu berorientasi untuk
pelestarian OB.
Perlindungan tanaman terhadap OPT
perlu dilakukan untuk mengeliminasi gangguan tersebut sehingga tidak berdampak
pada kerugian ekonomik. Berbagai cara dapat dilakukan baik secara preventif
(mencegah masuknya gangguan) maupun kuratif (mengendalikan gangguan yang ada).
Baik mencegah maupun mengendalikan OPT dikenal berbagai taktik pengendalian
yang pada garis besarnya dibagi menjadi dua, yaitu taktik non-pestisida dan
taktik pestisida. Taktik non-pestisida meliputi taktik mekanis, fisis, kultur
teknis, penanaman varietas tahan, taktik pemanfaatan musuh alami (biologis),
taktik pemanfaatan senyawa atraktan, repellen, tatik rekayasa genetik,
dan taktik regulasi (peraturan, perundang-undangan). Taktik pestisida adalah
taktik yang berisiko tinggi, berbahaya terhadap manusia, berbahaya terhadap
lingkungan hidup, mengurangi bahkan menghilangkan fungsi OB. Taktik-taktik
tersebut digunakan secara terpadu dalam satu tindakan pengendalian OPT yang
dikenal sebagai Pengendalian atau Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Karena taktik
pestisida berisiko tinggi maka taktik tersebut merupakan pilihan terakhir bila
taktik non-pestisida tidak mampu menanggulangi OPT sasaran. Batas diperbolehkan
menggunakan taktik pestisida dinamakan Ambang Ekonomi.
Dalam rangka mengikuti dinamika
populasi OPT atau tingkat kerusakan tanaman maka perlu dilakukan pemantauan
atau monitoring secara rutin dan cermat. Hal tersebut perlu dilakukan agar
langkah-langkah perlindungan tanaman dapat dilakukan secara cepat, tepat, dan
efisien. Dengan demikian penurunan hasil tanaman akibat gangguan OPT dapat
dieliminasi, produksi dapat diselamatkan, dan pendapatan petani akan meningkat.
Selamat
Belajar Semoga Berhasil
Langganan:
Postingan (Atom)