Smangat
Lama penyinaran matahari
Memahami Konversi IP Address Dari Binary Ke Decimal Dan Juga Konversi Dari Decimal Ke Binary Adalah Konsep Penting Dalam Design Jaringan Anda Membuat design infrastrucktur jaringan komputer dalam suatu organisasi tidak lepas dari pemahaman masalah IP address, bagaimana melakukan konversi IP address dari biner ke decimal dan sebaliknya.
Class IP Address
Address Network dan Address host
Address Network dan Address host
Class IP Address
Address Network dan Address host
Address Network dan Address host
Setiap Class IP address meliputi pembagian antara network ID dan host ID. Kita juga harus tahu mana bagian dari network IP dan mana bagian dari host.
2 pangkat (n – 1) dimana n adalah posisi bit
Pada posisi bit ke 8 dengan nilai bit 1 mempunyai harga decimal (2 pangkat 7) = 128 dst.
ALAT –ALAT KLIMATOLOGI
Oleh:
Nama : Kustam
NIM : A1L111053
Kelas : Agroteknologi P
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
1.
Campbell
Stokes
Gambar
1. Campbell
Stokes
Lama penyinaran matahari
Stasiun
pengamatan cuaca BMKG mencatat jumlah atau persentase lama penyinaran matahari
setiap harinya mulai dari jam 08.00 hingga 16.00. Instrumen yang digunakan
dalam pengamatan lama penyinaran matahari ini disebut Campbell-Stokes.
Alat ini terdiri dari sebuah bola kaca berisi air yang memfokuskan cahaya
matahari sehingga membakar kartu indeks (pias) dan meninggalkan lubang pembakaran
pada kartu tersebut. Seiring dengan pergerakan matahari, lubang hasil
pembakaran tersebut juga ikut bergerak dan menunjukkan berapa lama waktu
penyinaran yang terjadi pada hari itu [11]. Jenis pias yang digunakan pun
terdiri dari 3 macam yaitu : winter card
lengkung panjang (digunakan pada 11
Oktober hingga 28 Februari), equinox card
lurus (digunakan pada 11September hingga 10 Oktober dan 1 Maret hingga 10
April), dan summer card
lengkung pendek (digunakan pada 11 April hingga 10 Agustus). Selain Campbell-Stokes,
dapat pula digunakan actinograph bimetal yang mengukur intensitas penyinaran
matahari secara otomatis dengan satuan pengukuran K Cal/m2 (Langley).
Prinsip alat Campbell Stokes adalah
pembakaran pias. Panjang pias yang terbakar dinyatakan dalam jam. Alat ini
mengukur lama penyinaran surya. Hanya pada keadaan matahari terang saja pias
terbakar, sehingga yang terukur adalah lama penyinaran surya terang. Pias
ditaruh pada titik api bola lensa. Pembakaran pias terlihat seperti garis lurus
di bawah bola lensa. Kertas pias adalah kertas khusus yang tak mudah terbakar
kecuali pada titik api lensa. Alat dipasang di tempat terbuka, tak ada halangan
kea rah Timur matahari terbit dan kebarat matahari terbenam. Kemiringan sumbu
bola lensa disesuaikan dengan letak lintang setempat. Posisi alat tak berubah
sepanjang waktu hanya pemakaian pias dapat diganti-ganti setiap hari.
Pengamatan lamanya Penyinaran
Matahari menggunakan alat yang dinamakan Sun Shine Recorder type Campbell
Stokes. Alat ini berupa bola kaca dan dibawahnya tepat di titik api dipasang
kertas yang sudah ada skala jamnya. Pada waktu ada sinar matahari titik api
akan memanasi kertas tadi hingga membuat jejak gosong yang memanjang.
Jejak kosong tersebut menunjukkan
lama penyinaran Matahari atau jumlah-waktu sinar Matahari sampai kepermukaan
karena tidak terhalang oleh partikel/benda lain seperti awan dan sebagainya.
Sedangkan kartun pencatatnya seperti
ini.
Gambar
2. Campbell
Stokes
Yup, itu summer card. Perhatikan di bagian bawah ada tulisan “12 APR 02
SEPT”.
Kartu pencatat didesain untuk
digunakan per hari, sehingga tiap hari harus diganti dengan yang baru. Dalam
kartu itu, terdapat penanda waktu dalam jam. Perhatikan gambar di atas,
terlihat garis panjang dengan angka 9 di atasnya juga garis panjang dengan angka
12 di atasnya; jelas maksudnya jam 9 dan 12 dong. Bekas terbakarnya sendiri
terlihat di bagian kebawah, kecoklatan gitu.
Contoh pembacaan? Pada kartu di
atas, bisa dibaca bahwa jam 12 siang sampai 2 siang sinar matahari terhalang.
2. Alat
Penakar Hujan Analog dan Digital
a. Observatorium
Mengukur
tinggi hujan seolah-olah air yang jatuh ke tanah menumpuk ke atas merupakan
kolom air. Bila air yang tertampung volumenya dibagi dengan luas corong
penampung maka hasilnya adalah tinggi. Satuan yang dipakai adalah milimeter
(mm). Penakar hujan yang baku digunakan di Indonesia adalah tipe observatorium.
Semua alat penakar hujan yang beragam bentuknya atau yang otomatis dibandingkan
dengan alat penakar hujan otomatis (OBS). Penakar hujan OBS adalah manual, jumlah
air hujan yang tertampung diukur dengan gelas ukur yang telah dikonversi dalam
satuan tinggi atau gelas ukur yang kemudian dibagi sepuluh karena luas
penampangnya adalah 100 cm sehingga dihasilkan satuan mm. Pengamatan dilakukan
sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi hari
adalah hujan kemarin bukan hari ini. [14]
Gambar 3. Penakar Hujan Observatorium
b.
Penakar
Hujan Hellman
Alat
ini merupakan penakar hujan otomatis dengan tipe siphon. Bila air hujan
terukur setinggi 10 mm, siphon bekerja mengeluarkan air dari tabung
penampungan dengan cepat, kemudian siap mengukur lagi dan kemudian seterusnya.
Di dalam penampung terdapat pelampung yang dihubungkan dengan jarum pena penunjuk
yang secara mekanis membuat garis pada kertas pias posisi dari tinggi air hujan
yang tertampung. Bentuk pias ada dua macam, harian dan mingguan. Pada umumnya
lebih baik menggunakan yang harian agar garis yang dibuat pena tidak terlalu
rapat ketika terjadi hujan lebat. Banyak data dapat dianalisa dari pias, tinggi
hujan harian, waktu datangnya hujan, derasnya hujan atau lebatnya hujan per
satuan waktu. [14]
Gambar
4. Penakar Hujan Hellman
c. Penakar Hujan Bendix
Penakar hujan otomatis,
prinsip secara menimbang air hujan yang ditampung. Melalui cara mekanis
timbangan ini ditransfer ke jarum petunjuk berpena di atas kertas pias. [14]
Gambar
5. Penakar Hujan Bendix
d. Penakar Hujan Tilting Siphon
Prinsip
alat, air hujan ditampung dalam tabung penampung. Bila penampung penuh, tabung menjadi miring
dan siphon mulai bekerja megeluarkan air dari dalam tabung. Setiap pergerakan air dalam tabung penampung
tercatat pada pias sama
seperti alat penakar hujan otomatis lainnya. [14]
Gambar
6. Penakar Hujan Tilting Siphon
e. Penakar Hujan Tipping Bucket
Prinsip
alat, air hujan ditampung pada bejana yang berjungkit.
Bila air mengisi bejana
penampung yang setara dengan tinggi hujan 0,5 mm akan berjungkit dan air
dikeluarkan. Terdapat dua buah bejana yang saling bergantian menampung air
hujan. Tiap gerakan bejana berjungkit secara mekanis tercapat pada pias atau
menggerakkan counter (penghitung). Jumlah hitungan dikalikan dengan 0,5
mm adalah tinggi hujan yang terjadi. Curah hujan di bawah 0,5 mm tidak
tercatat. Semua alat penakar hujan di atas harus diperhatikan penempatannya di
lapangan terbuka bebas dari halangan. Alat yang teliti dengan menempatkan yang
salah akan mengukur besaran yang salah pula. Alat yang otomatis,
pemeliharaannya harus lebih intensif. Keadaan alat baik yang manual ataupun
yang otomatis harus diperiksa dari kebocoran, saluran penampung yang tersumbat
kotoran, tinta pena jangan sampai kering dan jam pemutar silinder pias dalam
keadaan berjalan dengan baik. [14]
Gambar 7. Penakar Hujan Tipping Bucket
f.
Evaporasi
Pengukuran
air yang hilang melalui penguapan (evaporasi) perlu diukur untuk mengetahui keadaan
kesetimbangan air antara yang didapat melalui curah hujan dan air yang hilang
melalui evaporasi. Alat pengukur evaporasi yang paling banyak digunakan
sekarang adalah Panci kelas A. Evaporasi yang diukur dengan panci ini
dipengaruhi oleh radiasi surya yang datang, kelembapan udara, suhu udara dan
besarnya angin pada tempat pengukuran. Ada dua macam peralatan pengukur tinggi
muka air dalam panci. Pertama alat ukur micrometer pancing dan yang
kedua alat ukur ujung paku yang dipasang tetap (fixed point). Kesalahan
yang besar dari pengukuran evaporasi terletak pada tinggi air dalam
panci. Oleh sebab itu muka air selamanya harus dikembalikan pada tinggi semula
yaitu 5 cm di bawah bibir panci. Makin rendah muka air dalam panci, makin
rendah pula terjadinya penguapan. Kejernihan air dalam panci perlu
diperhatikan. Air yang keruh, evaporasi yang terukur akan rendah pula.
Usahakan air jangan sampai berlumut. Tinggi air diukur dengan satuan mm. Alat
ukur mikrometer mampu mengukur dalam mm
dengan ketelitian seperti seratus mm. Ketelitian pengukuran itu
diperlukan karena tinggi yang diukur tidak sama besar meliputi 5 sampai 8 mm.
Pada musim penghujan nilainya kecil sedangkan pada musim kemarau besar. Pengamatan
dilakukan sekali dalam 24 jam ketika pagi hari. Pengamat yang setiap hari mengukur evaporasi
harus mempunyai keterampilan dan kejelian
melihat batas air yang diukur. Alat perlengkapannya adalah tabung
peredam, 10 termometer maksimum-minimum
permukaan air yang tertampung, thermometer
maksimum-minimum di permukaan panci dan anemometer cup counter setinggi 30 cm di atas tanah.
Sekeliling panci harus ditumbuhi rumput pendek. Permukaan tanah yang terbuka
atau gundul menyebabkan evaporasi yang terukur tinggi (efek oase).
Pasanglah alat pada tempat yang terbuka tidak terhalang oleh benda-benda lain dan berada di tengah-tengah
lapang rumput dari stasiun
klimatologi. [14]
Gambar
8. Penakar Hujan Evaporasi
3.
Cara merubah bilangan decimal 0 – 9 ke bilangan
biner 01, 01 atau sebaliknya:
Bilangan Desimal
Bilangan
desimal adalah bilangan yang menggunakan 10 angka yaitu angka 0 sampai 9 dan
angka berikutnya adalah 10, 11, 12 dan seterusnya. bilangan desimal sering juga
disebut sebagai bilangan yang berbasis 10. berikut contoh penulisan bilangan
desimal.
Contoh
penulisan bilangan desimal : 1710. bilangan desimal berbasis
10, maka angka 10-lah yang menjadi subscript pada penulisan bilangan
desimal.
Bilangan Biner
Bilangan
biner adalah bilangan yang hanya menggunakan 2 angka yaitu 0 dan 1. Bilangan
biner juga sering disebut sebagai bilangan yang berbasis 2. dan setiap bilangan
pada biangan biner disebut bit yang dimana 1 byte = 8 bit
contoh
penulisan bilangan biner yaitu 110010012
Mengkonversi
bilangan decimal ke biner dan biner ke decimal
Dalam bahasa komputer itu ada 4 basis
bilangan… Keempat basis bilangan itu adalah biner (basis 2), octal (basis8),
desimal (basis 10) dan hexadesimal (basis 16). Keempat bilangan berbasis 2, 8,
10 dan 16 tersebut saling berkaitan satu sama lain, sekarang kita perlu tau
bagaimana caranya supaya kita bisa mengkonversikan dari salah satu bilangan
berbasis tadi ke bilangan berbasis lainnya.
Sebelum mengkonversikan bilangan Biner ke
Desimal sebaiknya kita mengenal dulu keempat bilangan berbasis tersebut yaitu :
Bilangan Biner : 1 dan 0
Bilangan Biner : 1 dan 0
Bilangan Desimal : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,7, 8
dan 9
Konversi dari bilangan desimal ke biner, dgn
cara pembagian bilangan desimal tersebut dgn basis dari bilangan biner (2), dan
hasil dari pembagian itulah yang menjadi nilai binernya.
Contoh:
10 (10) = …… (2)
10 (10) = …… (2)
Dari contoh di atas udah ketauan nilai
desimalnya adalah 10, di tanya berapakah nilai binernya. Kalo ingin dapat nilai
binernya dilakukan perhitungan dengan pembagian dengan bilangan basis dari
biner yaitu 2. Karena kita mencari bilangan biner (1 dan 0) maka hasil
pembagian kita pun harus mencapai angka 1 dan 0.
pembagian pertama : 10 dibagi 2 = 5, sisa = 0.
pembagian kedua : 5 dibagi 2 = 2, sisa = 1.
pembagian ketiga : 2 dibagi 2 = 1, sisa = 0.
pembagian pertama : 10 dibagi 2 = 5, sisa = 0.
pembagian kedua : 5 dibagi 2 = 2, sisa = 1.
pembagian ketiga : 2 dibagi 2 = 1, sisa = 0.
Cara membaca dari hasil pembagian di atas
menjadi bilangan biner (berbasis 2) adalah seperti ini :
Seperti pada kalkulator setiap
penulisan angka adalah dimulai dari digit terkecil sampai ke digit terbesar
atau dengan kata lain dari digit satuan ke digit puluhan, ratusan dan seterusnya
(dari kanan ke kiri). Begitu juga untuk membaca hasil dari perhitungan
pembagian di atas, sisa dari pembagian pertama adalah 0, tuliskan angka 0 ini
paling kanan. Kemudian hasil dari pembagian kedua dan sisanya adalah 1, tulis
angka 1 ini di sebelah kiri angka 0 yang pertama kita tuliskan tadi. Pembagian
yang ketiga menghasilkan 1 dan sisa 0, angka sisa harus di tulis terlebih dahlu
sebelum hasil dari pembagian tersebut. Jadi tuliskan angka 0 dari sisa
pembagian ketiga di sebelah angka1 (sisa pembagian kedua) dan dilanjutkan
dengan penulisan yang terakhir angka 1 yang merupakan hasil pembagian ketiga
sehingga menjadi 1010.
Buat merubah atau mengkonversi bilangan biner
ke desimal kita perlu menguraikan bilangan biner tersebut menjadi bilangan
berpangkat berbasis 2.
Bilangan biner 1010(2) = ……(10)
diuraikan menjadi:
Bilangan biner 1010(2) = ……(10)
diuraikan menjadi:
(1×23) + (0×22) + (1×21) + (0×20) =
8 + 0 + 2 + 0 = 10
jadi untuk bilangan biner 1010 = 10 desimal
Memahami Konversi IP Address
8 + 0 + 2 + 0 = 10
jadi untuk bilangan biner 1010 = 10 desimal
Memahami Konversi IP Address
Memahami Konversi IP Address Dari Binary Ke Decimal Dan Juga Konversi Dari Decimal Ke Binary Adalah Konsep Penting Dalam Design Jaringan Anda Membuat design infrastrucktur jaringan komputer dalam suatu organisasi tidak lepas dari pemahaman masalah IP address, bagaimana melakukan konversi IP address dari biner ke decimal dan sebaliknya.
Class IP Address
Address Network dan Address host
Address Network dan Address host
Extended News Memahami Konversi IP Address
Dari Binary Ke Decimal Dan Juga Konversi Dari Decimal Ke Binary Adalah Konsep
Penting Dalam Design Jaringan Anda
Membuat design infrastrucktur jaringan komputer dalam suatu organisasi tidak lepas dari pemahaman masalah IP address, bagaimana melakukan konversi IP address dari biner ke decimal dan sebaliknya.
Membuat design infrastrucktur jaringan komputer dalam suatu organisasi tidak lepas dari pemahaman masalah IP address, bagaimana melakukan konversi IP address dari biner ke decimal dan sebaliknya.
Class IP Address
Address Network dan Address host
Address Network dan Address host
Setiap Class IP address meliputi pembagian antara network ID dan host ID. Kita juga harus tahu mana bagian dari network IP dan mana bagian dari host.
Class A – 1 byte untuk network, 3 byte untuk
(16,777,214) hosts
Class B – 2 byte untuk network, 2 byte untuk
(65,534) hosts
Class C – 3 byte untuk network, 1 byte untuk
(254) hosts
Class D – digunakan untuk multicast
Class E – dicadangkan untuk experiment
Registrasi IP address
Seperti diketahui bahwa TCP/IP adalah
protocol yang digunakan dalam komunikasi pada internet. Internet menghubungkan
hosts dan jaringan diseluruh dunia kedalam suatu koneksi internetwork yang
besar. Setiap device pada jaringan memerlukan suatu IP address yang unik,
sehingga tidak saling konflik. Group berikut adalah yang bertanggungjawab dalam
registrasi IP address public.
American Registry for Internet Numbers (ARIN)
untuk wilayah Amerika utara dan selatan, Caribian, dan Afrika – Sahara
Reseaux IP Europeens (RIPE)- untuk wilayah
Eropa
Asia Pacific Network IUnformation Center
(APNIC) untuk wilayah Asia Pacific
APNIC memberikan beberapa blok IP address
kepada ISP, dan anda bisa mendapatkan IP address public dari ISP anda. Semua
jaringan yang ingin dikoneksikan ke dalam jaringan internet harus mendapatkan
IP address public setidaknya dari ISP dimana kita berlangganan Internet. Perlu
diingat bahwa jika kita mendapatkan IP address dari ISP, maka jika kita
berganti ISP – berganti pula IP yang kita daftarkan.
Konversi Binary ke Decimal
IP address dapat direpresentasikan kedalam 2 macam cara:
IP address dapat direpresentasikan kedalam 2 macam cara:
Decimal (misal 131.107.2.200)
Binary (misal 1000 0011. 01101011. 00000010.
11001000)
Manusia menggunakan IP address dengan
menggunakan format notasi bertitik seperti 131.107.2.200, sementara computer
secara internal menggunakan system binary untuk berkomunikasi antar hosts.
Jangan meremehkan kemampuan anda untuk melakukan konversi dari decimal ke
binary atau sebaliknya.
Kemampuan ini sangat berguna sekali untuk
membuat custom network address pada jaringan.
Table berikut adalah patokan untuk
mengkonversikan decimal ke binary. Baris pertama adalah posisi bit yang dari
kanan menuju ke kiri dimulai dari nilai 0 sampai 7. Posisi bit pertama dengan
nilai 0 dan sampai posisi bit terakhir (posisi ke 8 ) dengan nilai 7. Sementara
nilai bit hanya 1 atau 0 sebagai bilangan binary. Misalkan pada posisi bit ke 4
dengan nilai bit 1 mempunyai harga decimal (2 pangkat 3) = 8, dengan rumusan:
2 pangkat (n – 1) dimana n adalah posisi bit
Pada posisi bit ke 8 dengan nilai bit 1 mempunyai harga decimal (2 pangkat 7) = 128 dst.
Contoh
Konversi Bilangan Biner Ke Desimal
Soal : 100100002
Cara Konversi Bilangan Biner ke Bilangan Desimal :
= (angka Pertama x 2 atau (basis Bilangan Biner) + angka Selanjutnya pada bilangan
biner tersebut)
= (angka Hasil selanjutnya x 2 atau ( basis Bilangan Biner ) + angka selanjutnya pada
bilangan biner tersebut )
Soal : 100100002
Cara Konversi Bilangan Biner ke Bilangan Desimal :
= (angka Pertama x 2 atau (basis Bilangan Biner) + angka Selanjutnya pada bilangan
biner tersebut)
= (angka Hasil selanjutnya x 2 atau ( basis Bilangan Biner ) + angka selanjutnya pada
bilangan biner tersebut )
100100002 = 1 x 2 + 0 = 2
2 x 2 + 0 = 4
4 x 2 + 1 = 9
9 x 2 + 0 = 18
18 x 2 + 0 = 36
36 x 2 + 0 = 72
72 x 2 + 0 = 144
14410 ,
Kenapa 144 menjadi berbasis 10? Karena angka 144 ialah Hasil Konversi Bilangan
Biner yang berbasis 2 menjadi Bilangan Desimal yang Berbasis 10 jadi 14410
adalah Bilangan Desimal.
4. Contoh Konversi Bilangan Desimal Ke Biner.
Soal = 14410
14410 di-Konversikan kedalam Bilangan Biner.
144/2 = 72 sisa 0
72/2 = 36 sisa 0
36/2 = 18 sisa 0
18/2 = 9 sisa 0
9/2 = 4 sisa 1
4/2 = 2 sisa 0
2/2 = 1 sisa 0
1
4. Contoh Konversi Bilangan Desimal Ke Biner.
Soal = 14410
14410 di-Konversikan kedalam Bilangan Biner.
144/2 = 72 sisa 0
72/2 = 36 sisa 0
36/2 = 18 sisa 0
18/2 = 9 sisa 0
9/2 = 4 sisa 1
4/2 = 2 sisa 0
2/2 = 1 sisa 0
1
Dibagi 2
Karena di-Konversikan ke dalam Bilangan Biner.Dalam menghitung Bilangan
biner,dalam penulisan di-Tulis dari Bawah ke Atas jadi hasilnya ialah 100100002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar