Semangat dalam menjalankan kehidupan ini dan jangan lupa berdoa,brusaha dan teliti juga bersyukurlah walaupun itu pahit.. karna kepahitan nantinya akan berbuah manis jg.. smangat n trus percaya pada sang pencipta {Alloh SWT} u/ Sukses, , Wassalamualaikum.. wr/wb. :D
Mari Berusaha, Berdo'a Kemudian Tawakal
Saya Hanya Manusia Biasa
Sabtu, 30 Juni 2012
Dua dunia (pelajaran berharga)
Label:
Smangat ira
Lokasi:Indonesia
Purwokerto, Indonesia
Jumat, 29 Juni 2012
Kamis, 28 Juni 2012
BIOTEKNOLOGI
Smangat
Bioteknologi mencakup berbagai aktifitas dengan cara memanfaatkan kemampuan dasar dari organisme hidup. Seperti diketahui sel merupakan unit dasar organisme biologis. Organisme sel banyak tersusun oleh berbagai kelompok sel yang masing-masing mempunyai peranan dan tugas tertentu, dan masing-masing kelompok tersebut akan menyokong fungsi keseluruhan untuk hidupnya. Dalam hal lain pada mikroba terdiri dari satu sel, maka masing-masing sel merupakan satu kesatuan yang terpisah, yang dapat melangsungkan semua fungsi yang diperlukan untuk tertap hidup.
Ciri organisme hidup adalah bagaimana mengorganisasi biomolekul untuk saling berinteraksi dan melakukan proses reaksi biokimia, yang pada intinya adalah berupa reaksi metabolism pembentuk senyawa (anabolisme) atau penguraian (katabolisme). Bahan dasar metabolism tersebut bias diperoleh dari lingkungannya dalam bentuk nutrient yang selanjutnya akan diubah menjadi ribuan jenis bahan kimia yang berbeda, masing-masing dengan peranan biologis khusus.evolusi telah memberikan kemampuan mikroorganisme yang luar biasa dimanfaatkan untuk proses bioteknologi. Mikroba yang paling banyak digunakan untuk tujuan bioteknologi adalah bakteri, ganggang dan kapang.
Prinsip dasar biomolekul yaitu molekul yang terlibat dan mengontrol reaksi biologis. Biomolekul terutama berupa makromolekul seperti lemak, karbohidrat, protein dan asam nukleat.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber energi utama dan sumber serat makanan. Komponen ini disusun oleh 3 unsur utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Jenis-jenis karbohidrat sangat beragam dan mereka dibedakan satu dengan yang lain berdasarkan susunan atom-atomnya, panjang/pendeknya rantai serta jenis ikatan akan membedakan karbohidrat yang satu dengan lain. Dari kompleksitas strukturnya dikenal kelompok karbohidrat sederhana (seperti monosakarida dan disakarida) dan karbohidrat dengan struktur yang kompleks atau polisakarida (seperti pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa).
2. Lemak
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter , Kloroform , benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut.
Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan makhluk hidup.adapun lemak dan minyak ini antara lain:
a. Memberikan rasa gurih dan aroma yang spesipek
b. Sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul
c. Sumber energi yang efektif dibandingkan dengan protein dan karbohidrat,karena lemak dan minyak jika dioksidasi secara sempurna akan menghasilkan 9 kalori/liter gram lemak atau minyak. Sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kalori tiap 1 gram protein atau karbohidrat.
d. Karena titik didih minyak yang tinggi, maka minyak biasanya digunakan untuk menggoreng makanan di mana bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya atau menjadi kering.
e. Memberikan konsistensi empuk,halus dan berlapis-lapis dalam pembuatan roti.
3. Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsure C, H, O dan yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Protein disusun oleh 20 asam amino esiensial membentuk ikatan peptide.
4. Asam Nukleat
Asam nukleat adalah makromolekul terbesar dalam sel, berupa polimer linier sangat panjang disebut juga polinukletida yang terdiri dari 106 atau lebih nukletida. Nukleotida terdiri dari molekul gula dengan 5 atom C, satu atau lebih gugus fosfat, dan basa nitrogen.
Asam Deoksiribonukleat (DNA) merupakan aasam nukleat yang mengandung informassi genetic dan biasanya dalam bentuk kompleks nucleoprotein (DNA-protein) yang disebut kromosom. Tiap kromosom membawa infoermasi genetic yang dibutuhkan pada sintesis senyawa yang diperlukan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan replikasi sel.
DNA merupakan molekul yang sangat besar dengan struktur sederhana, berupa 4 sub unit nukleotida yang terikat dalam suatu rantai dengan urutan tertentu. Urutan nukleotida dalam DNA berfungsi sebagai sandi untuk menyampaikan semua informasi kepada sel guna membuat segala sesuatu untuk kebutuhan kehidupannya.
Kemampuan mikroorgaisme untuk hidup dan bereproduksi bergantung sepenuhnya kepada pembentukkan protein yang besar pada saat yang tepat. Bioteknologi masa kini dibagung diatas pengertian mendalam mengenai proses bagaimana organism, terutama mikroba dapat membentuk senyawa kimiawi yang diinginkan serta bagaimana cara pemanfaatan kemampuan tersebut.
Label:
study
Lokasi:Indonesia
Jalan Profesor Doktor Bunyamin, Purwokerto Utara, Indonesia
Pupuk
Smangat
Pupuk
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu. Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya deposit garam kalsium di Jerman pada tahun 1839.
Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk tersebut. Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang menunjukkan jenis dan unsur hara yang dikandungnya. Kadangkala petunjuk pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan.karena itu, sangat penting untuk membaca label kandungan pupuk sebelum memutuskan untuk membelinya. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasinya yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman.
A. Penggolongan Pupuk
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi.
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya mengandung unsur nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi harga pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor.
Menurut cara aplikasinya, pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun tanaman. Contoh pupuk daun adalah Gandasil B dan D, Grow More, dan Vitabloom. Pupuk akar diserap tanaman lewat akar dengan cara penebaran di tanah. Contoh pupuk akar adalah urea, NPK, dan Dolomit.
Menurut cara melepaskan unsur hara, pupuk akar dibedakan menjadi dua yakni pupuk fast release dan pupuk slow release. Jika pupuk fast release ditebarkan ke tanah dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga menguap atau tercuci oleh air. Yang termasuk pupuk fast release antara lain urea, ZA dan KCL.
Pupuk slow release atau yang sering disebut dengan pupuk lepas terkendali (controlled release) akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian, manfaat yang dirasakan dari satu kali aplikasi lebih lama bila dibandingkan dengan pupuk fast release. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang dikandung pupuk slow releasedilindungi secara kimiawi dan mekanis.
Perlindungan secara mekanis berupa pembungkus bahan pupuk dengan selaput polimer atau selaput yang mirip dengan bahan pembungkus kapsul. Contohnya, polimer coated urea dan sulfur coated urea. Perlindungan secara kimiawi dilakukan dengan cara mencampur bahan pupuk menggunakan zat kimia, sehingga bahan tersebut lepas secara terkendali. Contohnya Methylin urea, Urea Formaldehide dan Isobutilidern Diurea. Pupuk jenis ini harganya sangat mahal sehingga hanya digunakan untuk tanaman-tanaman yang bernilai ekonomis tinggi.
B. Jenis-jenis Pupuk
1. Pupuk Sumber Nitrogen
Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat atau amonium yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman. Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh mikroorganisme tanah, kecuali pada tembakau dan padi. Tembakau tidak dapat mentoleransi jumlah amonium yang tinggi. Untuk menyediakan nitrogen pada tembakau, gunakan pupuk berbentuk nitrat (NO3-) dengan kandungan nitrogen minimal 50%. Pada padi sawah, lebih baik gunakan pupuk berbentuk amonium (NH4+) karena pada tanah yang tergenang, nitrogen mudah berubah menjadi gas N2. umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati.
a. Amonium Nitrat
Kandungan nitratnya membuat pupuk ini cocok untuk daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini dapat membakar tanaman jika diberikan terlalu dekat dengan akara atau langsung kontak dengan daun. Ketersediaan bagi tanaman sangat cepat sehingga frekuensi pemberiannya harus lebih sering. Amonium nitrat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat disimpan terlalu lama.
b. Amonium Sulfat (NH4)2 SO4
Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk ZA. Mengandung 21% nitrogen (N) dan 26% sulfur (S), berbentuk kristal dan kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak lambat sehingga cocok untuk pupuk dasar. Sifat reksinya asam, sehingga tidak disarankan untuk tanah ber-pH rendah. Selain itu, pupuk ini sangat baik untuk sumber sulfur. Lebih disarankan dipakai didaerah panas.
c. Kalsium Nitrat
Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat cepat larut didalam air, dan sebagai sumber kalsium yang sangat baik karena mengandung 19% kalsium Ca. sifat lainnya adalah bereaksi basa dan higroskopis.
d. Urea (CO(NH2)2)
Pupuk urea mengandung 46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis. Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia.
2. Pupuk Sumber Fosfor
a. SP36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5.pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis dan bersifat membakar.
b. Amonium Phospat
Monoamonium Phospat (MAP) memiliki analisis 11.52.0. Diamonium Phospat memiliki (DAP) analisis 16.48.0 atau 18.46.0. pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal tanaman (styarter fertillizer). Bentuknya berupa butiran berwarna cokelat kekuningan. Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut di dalam air. Sifat lainnya adalah tidak higroskopis sehingga tahan disimpan lebih lama dan tidak bersifat membakar karena indeks garamnya rendah.
3. Pupuk Sumber Kalium
a. Kalium Chlorida (KCl)
Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat higroskopis. Khlor berpengaruh negatif terhadap tanaman yang membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan tembakau.
b. Kalium Sulfat (K2SO4)
Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%. Bentuknya berupa tepung putih yang larut didalam air, sifatnya agak mengasamkan tanah. Dapat digunakan untuk pupuk dasar sesudah tanam. Tanaman yang peka terhadap keracunan unsur Cl, seperti tembakau disarankan untuk menggunakan pupuk ini.
c. Kalium Nitrat (KNO3
Mengandung 13% N dan 44% K2O. berbentuk butiran berwarna putih yang tidak bersifat higroskopis dengan reaksi yang netral.
4. Pupuk Sumber Unsur Hara Sekunder
a. Kapur Dolomit
Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan. Dikenal sebagai bahan untuk menaikkan pH tanah. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup baik. Kelarutannya agak rendah dan kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butiran. Semakin halus butirannya akan semakin baik kualitasnya.
b. Kapur Kalsit
Berfungsi untuk meningkatkan pH tanah. Dikenal sebagai kapur pertanian yang berbentuk bubuk. Warnanya putih dan butirannya halus. Pupuk ini mengandung 90-99% Ca. Bersifat lebih cepat larut dalam air.
c. Paten Kali (Kalium Magnesium Sulfat)
Berbentuk butiran berwarna kuning. Mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12% MgO. Sifatnya agak sukar larut dalam air. Selain untuk memperbaiki defisiensi Mg, pupuk ini juga bermanfaat untuk memperbaiki kejenuhan basa pada tanah asam.
d. Kapur Gypsum
Berbentuk bubuk dan berwarna putih. Mengandung 39% Ca, 53% S dan sedikit Mg. Ditebarkan dalam sekali aplikasi. Jika terkena air, gypsum yang ditebarkan akan menggumpal dan mengeras seperti tanah liat (cake). Gypsum digunakan untuk menetralisir tanah yang terganggu karena kadar garam yang tinggi, misalnya pada tanah di daerah pantai. Aplikasi gypsum tidak banyak berpengaruh pada perubahan pH tanah.
e. Bubuk Belerang (Elemental Sulfur)
Umumnya, sulfor disuplai dalam bentuk sulfat yang terdapat pada berbagai jenis pupuk. Kandungan sulfat tersebut tidak berpengaruh dalam penurunan pH tanah. Selain terdapat dalam berbagai jenis pupuk, bubuk belerang adalah sumber sulfur yang terbesar, kandungannya dapat mencapai 909%. Namun, bubuk ini tidak lazim digunakan untuk mengatasi masalah defisiensi sulfur, tetapi tidak lebih banyak digunakan untuk menurunkan pH tanah. Penggunaannya tidak boleh melebihi 25 gram/m2, karena bubuk sulfur dapat mengakibatkan gejala terbakarnya daun tanaman (burning effect).
5. Pupuk Sumber Unsur Hara Mikro
Saat ini kebutuhan pupuk mikro sudah mulai terasa di Indonesia. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa tanaman padi sawah dan teh di beberapa daerah di Jawa sudah memulai membutuhkan tambahan Zn dari pupuk.
Pupuk sebagai unsur hara mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk garam anorganik dan bentuk organik sintesis. Kedua bentuk ini mudah larut dalam air. Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam organik adalah Cu, Fe, Zn dan Mn yang seluruhnya bergabung dengan sulfat. Sebagai sumber boron, umumnya digunakan sodium tetra borat yang banyak digunakan sebagai pupuk daun. Sumber Mo umumnya menggunakan sodium atau amonium molibdat.
Bentuk organik sintesis ditandai dengan adanya agen pengikat unsur logam yang disebut chelat. Chelat adalah bahan kimia organik yang dapat mengikat ion logam seperti yang dilakukan oleh koloid tanah. Unsur hara mikro yang tersedia dalam bentuk chelat adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn.
Selain disediakan oleh kedua jenis pupuk diatas, unsur hara mikro juga disediakan oleh pupuk majemuk yang beredar di pasaran. Pupukslow release dan pupuk daun biasanya dilengkapi dengan satu atau lebih unsur mikro.
a. Pupuk Majemuk
Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk, kualitas dan analisis telah tersedia di pasaran.kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena kandungan haranya lebih lengkap. Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besaran butiran yang seragam dan tidak terlalu higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. Hampir semua pupuk majemuk bereaksi asam, kecuali yang telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg.
Variasi analisis pupuk mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian, perbedaan variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara NPK 15.15.15 dan NPK 16.16.16. Variasi analisis pupuk, seperti 15.15.15, 16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan ketersediaaan unsur hara yang seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini antara lain untuk mempercepat perkembangan bibit; sebagai pupuk pada awal peneneman; dan sebagai puk susulan saat tanaman memasuki fase generatif, seperti saat mulai berbunga.
Dalam memilih pupuk majemuk perlu dipertimbangkan beberapa faktor, antara lain kandungan unsur hara yang tinggi, kandungan unsur hara mikro dan harga perkilogramnya.contoh cara mempertimbangkan pemilihan pupuk majemuk, variasi analisis pupuk NPK 20.20.20 memiliki kandungan hara yang lebih tinggi daripada NPK 15.15.15, tetapi sifatnya sangat higroskopis sehingga mudah sekali menggumpal. Karena itu, variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak dipilih karena bagian yang menggumpal tidak dapat digunakan.
b. Pupuk Daun
Daun memiliki mulut yang dukenal dengan nama stomata. Sebagian besar stomata terletak di bagian bawah daun. Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan daun.
Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Bahkan pupuk daun sering lebih lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur mikro. Pemilihan analisis yang tepat pada pupuk daun perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang sama dengan analisis pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya adalah manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan tanaman dan peningkatan hasil panen.
Pupuk daun berbentuk serbuk dan cair. Kualitasnya dianggap baik jika mudah larut di dalam air tanpa menyisakan endapan. Karena mudah larut dalam air, sifat pupuk daun menjadi sangat higroskopis. Akibatnya tidak dapat disimpan terlalu lama jika kemasannya telah dibuka.
Kentungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar. Dalam pemakaian pupuk daun dikenal istilah konsentrasi pupuk atau kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang harus dilarutkan kedalam satuan volume air. Penentuan volume air dapat diketahui dengan membaca skala pada alat semprot. Angka konsentrasi ini sering dicantumkan p[ada kemasan pupuk. Jika konsentrasi pupuk yang digunakan melebihi konsentrasi yang disarankan, daun akan terbakar.
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore hari karena bertepatan pada saat membukanya stomata. Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata. Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun pada saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk daun yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14.12.14 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn.
c. Pupuk Organik
Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk organik jauh lebih kecil daripada yang sempat di dalam pupuk buatan. Cara aplikasinya juga lebih sulit karena pupuk organik dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar daripada pupuk kimia dan tenaga kerja yang diperlukan juga lebih banyak. Namun, hingga sekarang pupuk organik tetap digunakan karena fungsinya belum tergantikan oleh pupuk buatan. Berikut ini beberapa manfaat dari pupuk organik.
Mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang jauh lebih kecil.
Memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.
Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah.
Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan pH tanah.
Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air.
Jenis pupuk organik yang banyak dikenal sebagai berikut
- Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak. Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak, dan cara penampungan pupuk kandang.
Pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak lain. Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya, kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada kotoran padat.seperti kompos, sebelum digunakan, pupuk kandang perlu mengalami proses penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan oleh C/N rasio.
Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas. Pupuk dingin terjadi sebaliknya, C/N yang tinggi menyebabkan pupuk kandang terurai lebih lama dan tidak menimbulkan panas.
Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yaitu berwarna cokelat kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal, dan tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil.
- Kompos
Kompos adalah kasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N ratio).
Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibanding dengan C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15.
Bahan kompos seperti sekam, jerami padi, batang jagung dan serbuk gergaji memiliki C/N rasio antara 50-100. daun segar memiliki C/N rasio sekitar 10-20. Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio hingga 12-15. sampai dengan proses penguraian sempurna, tanaman akan bersaing dengan mikroorganisme tanah untuk memperebutkan unsur hara. Karena itu disarankan untuk menambah pupuk buatan apabila bahan kompos yang belum terurai sempurna terpaksa digunakan.
Kandungan unsur hara dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan unsur hara kompos sebagai berikut.
- Nitrogen 0,1 – 0,6%
- Fosfor 0,1 – 0,4%
- Kalium 0,8 – 1,5%
- Kalsium 0,8 – 1,5%
Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah daripada untuk menyediakan unsur hara.
- Mikroba Penyubur Tanah
Kemajuan ilmu mikrobiologi tanah berhasil memperbanyak mikroba tanah yang bermanfaat dan mengemasnya sebagai pupuk cair. Mikroba yang telah dikemas ini kemudian disemprotkan ke tanah hingga berkembang biak dan memberi dampak positif bagi kesuburan tanah.
Jenis bakteri dan jamur yang biasa digunakan diantaranya Rhizobium, Lactobacillus, Streptomyces, Micoriza, dan Aspergillus. Jenis dan fungsi mikroba sangat beragam, cara penggunaanpun berbeda-beda. Karena itu sebaiknya baca petunjuk pada label atau brosur dengan seksamasebelum menggunakannya.
Mikroba juga membutuhkan waktu untuk berkembang biak sehingga hasil aplikasi mikroba penyubur tanah tidak langsung terlihat pada tanaman. Jumlah mikroba yang telah disemprotkan pun sangat mungkin akan berkurang karena faktor cuaca. Aplikasi mikroba sebaiknya dilaksanakan secara rutin setiap dua minggu sekali. Alat semprot yang digunakan sebaiknya bukan yang biasa dipakai untuk menyemprot pestisida, karena pestisida akan mematikan mikroba. Selain itu, tidak disarankan menyemprotkan pestisida terutama fungisida pada tanah yang telah diaplikasi mikroba.
C. Cara Aplikasi
1. Cara Aplikasi Pupuk Kimia
a. Larikan
Caranya, buat parit kecil disamping barisan tanaman sedalam 6-10 cm. Tempatkan pupuk di dalam larikan tersebut, kemudian tutup kembali. Cara ini dapat dilakukan pada satu atau kedua sisi baris tanaman. Pada jenis pepohonan, larikan dapat dibuat melingkar di sekeliling pohon dengan jari-jari 0,5-1 kali jari-jari tajuk. Pupuk yang tidak mudah menguap dapat langsung ditempatkan di atas tanah.
Setelah itu, larikan tidak perlu ditutup kembali dengan tanah. Hindari membuat larikan hanya pada salah satu sisi baris tanam karena menyebabkan perkembangan akar tidak seimbang. Karena itu, aplikasi pupuk kedua harus ditempatkan pada sisi yang belum mendapatkan pupuk (bergantian). Biasanya cara ini dilakukan untuk memberikan pupuk susulan. Tanaman dengan pertumbuhan cepat dan perakaran yang terbatas disarankan untuk menggunakan cara larikan.
b. Penebaran Secara Merata di Atas Permukaan Tanah
Cara ini biasanya dilakukan sebelum penanaman. Setelah penebaran pupuk, lanjutkan dengan pengolahan tanah, seperti pada aplikasi kapur dan pupuk organik. Cara ini menyebabkan distribusi unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akarpun lebih seimbang. Tidak disarankan untuk menebar pupuk urea karena sangat mudah menguap.
c. Pop Up
Caranya, pupuk dimasukkan ke lubang tanam pada saat penanaman benih atau bibit. Pupuk yang digunakan harus memiliki indeks garam yang rendah agar tidak merusak benih atau biji. Cara ini lazim menggunakan pupuk jenis SP36, pupuk organik, atau pupuk slow release.
d. Penugalan
Caranya, tempatkan pupuk ke dalam lubang di samping tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang tersebut dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang dengan tanah untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri dan samping kanan baris tanaman atau sekeliling pohon. Jenis pupuk yang dapat diaplikasikan dengan cara ini adalah pupuk slow release dan pupuk tablet.
e. Fertigasi
Pupuk dilarutkan dalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi. Lazimnya, cara ini dilakukan untuk tanaman yang pengairannya menggunakan sistem sprinkle. Cara ini telah banyak diterapkan pada pembibitan tanaman Hutan Tanaman Industri (HTI), lapangan golf, atau nursery tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Lewat cara ini, akurasi dan penyerapan pupuk oleh akar dapat lebih tinggi.
Pada pertanian intensif pemupukan sering dilakukan berkali-kali sehingga beberapa cara diatas dapat dilakukan bersama-sama dalam satu musim tanam.
2. Cara Aplikasi Pupuk Organik
Tanah berpasir, bekas pertambangan, tanah tererosi, atau tanah sangat padat yang mudah retak pada musim kemarau, sebaiknya diberi pupuk organik dalam jumlah besar sebelum digunakan untuk bercocok tanam. Setelah diberi pupuk organik, dilanjutkan dengan pengolahan tanah. Kedua perlakuan tersebut dilakukan supaya sifat fisik tanah membaik dan pemakaian pupuk kimia menjadi lebih efisien.
Kebutuhan dosis pupuk organik yang sangat besar seringkali menyulitkan proses penebarannya. Namun, sekarang telah dipasarkan pupuk organik yang dipadatkan dalam bentuk pelet atau konsentrat. Pupuk organik dalam bentuk tersebut lebih mudah diaplikasikan dan dosis yang diperlukan menjadi lebih kecil. Pupuk organik seperti ini diantaranya dipasarkan dengan merk dagang Ostindo, OCF, dan Green Pride.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pupuk organik adalah sebagai berikut.
- penebaran pupuk organik sebaiknya diikuti dengan pengolahan tanah seperti pembajakan atau penggemburan tanah agar pupuk organik dapat mencapai lapisan tanah yang lebih dalam.
- Pemberian pupuk organik dengan dosis kecil tetapi sering lebih baik dari pada dosis banyak yang diberikan sekaligus.
- Pada jagung, cabai, tomat, dan beberapa jenis sayuran, pupuk organik sebaiknya ditempatkan pada lubang tanam satu minggu sebelum bibit ditanam.
- Pada media tanam dalam pot, perbandingan antara kompos dan tanah yang ideal adalah 1:1. sementara itu, perbandingan pupuk kandang dan tanah yang ideal adalah 1:3.
- Jika harus menggunakan pupuk organik yang belum terurai sempurna (rasio C/N masih tinggi) harus diberi jeda waktu antara pemberian pupuk organik dan penanaman bibit yakni minimal satu minggu. Hal itu dilakukan untuk menghindari dampak buruk yang mungkin terjadi pada tanaman ketika proses penguraian pupuk organik berlangsung.
Blog : http://wong168.wordpress.com/2012/01/19/pupuk/
Sumber: http://eone87.wordpress.com/2010/04/03/jenis-jenis-pupuk-dan-cara-aplikasinya/
Pupuk
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu. Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya deposit garam kalsium di Jerman pada tahun 1839.
Dalam pemilihan pupuk perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan jenis unsur hara yang dikandungnya, serta manfaat dari berbagai unsur hara pembentuk pupuk tersebut. Setiap kemasan pupuk yang diberi label yang menunjukkan jenis dan unsur hara yang dikandungnya. Kadangkala petunjuk pemakaiannya juga dicantumkan pada kemasan.karena itu, sangat penting untuk membaca label kandungan pupuk sebelum memutuskan untuk membelinya. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasinya yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman. Bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman.
A. Penggolongan Pupuk
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi.
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya mengandung unsur nitrogen.
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi harga pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor.
Menurut cara aplikasinya, pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada daun tanaman. Contoh pupuk daun adalah Gandasil B dan D, Grow More, dan Vitabloom. Pupuk akar diserap tanaman lewat akar dengan cara penebaran di tanah. Contoh pupuk akar adalah urea, NPK, dan Dolomit.
Menurut cara melepaskan unsur hara, pupuk akar dibedakan menjadi dua yakni pupuk fast release dan pupuk slow release. Jika pupuk fast release ditebarkan ke tanah dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau terkandung langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini adalah terlalu cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga menguap atau tercuci oleh air. Yang termasuk pupuk fast release antara lain urea, ZA dan KCL.
Pupuk slow release atau yang sering disebut dengan pupuk lepas terkendali (controlled release) akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian, manfaat yang dirasakan dari satu kali aplikasi lebih lama bila dibandingkan dengan pupuk fast release. Mekanisme ini dapat terjadi karena unsur hara yang dikandung pupuk slow releasedilindungi secara kimiawi dan mekanis.
Perlindungan secara mekanis berupa pembungkus bahan pupuk dengan selaput polimer atau selaput yang mirip dengan bahan pembungkus kapsul. Contohnya, polimer coated urea dan sulfur coated urea. Perlindungan secara kimiawi dilakukan dengan cara mencampur bahan pupuk menggunakan zat kimia, sehingga bahan tersebut lepas secara terkendali. Contohnya Methylin urea, Urea Formaldehide dan Isobutilidern Diurea. Pupuk jenis ini harganya sangat mahal sehingga hanya digunakan untuk tanaman-tanaman yang bernilai ekonomis tinggi.
B. Jenis-jenis Pupuk
1. Pupuk Sumber Nitrogen
Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat atau amonium yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman. Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh mikroorganisme tanah, kecuali pada tembakau dan padi. Tembakau tidak dapat mentoleransi jumlah amonium yang tinggi. Untuk menyediakan nitrogen pada tembakau, gunakan pupuk berbentuk nitrat (NO3-) dengan kandungan nitrogen minimal 50%. Pada padi sawah, lebih baik gunakan pupuk berbentuk amonium (NH4+) karena pada tanah yang tergenang, nitrogen mudah berubah menjadi gas N2. umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati.
a. Amonium Nitrat
Kandungan nitratnya membuat pupuk ini cocok untuk daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini dapat membakar tanaman jika diberikan terlalu dekat dengan akara atau langsung kontak dengan daun. Ketersediaan bagi tanaman sangat cepat sehingga frekuensi pemberiannya harus lebih sering. Amonium nitrat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat disimpan terlalu lama.
b. Amonium Sulfat (NH4)2 SO4
Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk ZA. Mengandung 21% nitrogen (N) dan 26% sulfur (S), berbentuk kristal dan kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak lambat sehingga cocok untuk pupuk dasar. Sifat reksinya asam, sehingga tidak disarankan untuk tanah ber-pH rendah. Selain itu, pupuk ini sangat baik untuk sumber sulfur. Lebih disarankan dipakai didaerah panas.
c. Kalsium Nitrat
Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat cepat larut didalam air, dan sebagai sumber kalsium yang sangat baik karena mengandung 19% kalsium Ca. sifat lainnya adalah bereaksi basa dan higroskopis.
d. Urea (CO(NH2)2)
Pupuk urea mengandung 46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis. Urea sangat mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia.
2. Pupuk Sumber Fosfor
a. SP36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5.pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis dan bersifat membakar.
b. Amonium Phospat
Monoamonium Phospat (MAP) memiliki analisis 11.52.0. Diamonium Phospat memiliki (DAP) analisis 16.48.0 atau 18.46.0. pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal tanaman (styarter fertillizer). Bentuknya berupa butiran berwarna cokelat kekuningan. Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut di dalam air. Sifat lainnya adalah tidak higroskopis sehingga tahan disimpan lebih lama dan tidak bersifat membakar karena indeks garamnya rendah.
3. Pupuk Sumber Kalium
a. Kalium Chlorida (KCl)
Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat higroskopis. Khlor berpengaruh negatif terhadap tanaman yang membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan tembakau.
b. Kalium Sulfat (K2SO4)
Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%. Bentuknya berupa tepung putih yang larut didalam air, sifatnya agak mengasamkan tanah. Dapat digunakan untuk pupuk dasar sesudah tanam. Tanaman yang peka terhadap keracunan unsur Cl, seperti tembakau disarankan untuk menggunakan pupuk ini.
c. Kalium Nitrat (KNO3
Mengandung 13% N dan 44% K2O. berbentuk butiran berwarna putih yang tidak bersifat higroskopis dengan reaksi yang netral.
4. Pupuk Sumber Unsur Hara Sekunder
a. Kapur Dolomit
Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan. Dikenal sebagai bahan untuk menaikkan pH tanah. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup baik. Kelarutannya agak rendah dan kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butiran. Semakin halus butirannya akan semakin baik kualitasnya.
b. Kapur Kalsit
Berfungsi untuk meningkatkan pH tanah. Dikenal sebagai kapur pertanian yang berbentuk bubuk. Warnanya putih dan butirannya halus. Pupuk ini mengandung 90-99% Ca. Bersifat lebih cepat larut dalam air.
c. Paten Kali (Kalium Magnesium Sulfat)
Berbentuk butiran berwarna kuning. Mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12% MgO. Sifatnya agak sukar larut dalam air. Selain untuk memperbaiki defisiensi Mg, pupuk ini juga bermanfaat untuk memperbaiki kejenuhan basa pada tanah asam.
d. Kapur Gypsum
Berbentuk bubuk dan berwarna putih. Mengandung 39% Ca, 53% S dan sedikit Mg. Ditebarkan dalam sekali aplikasi. Jika terkena air, gypsum yang ditebarkan akan menggumpal dan mengeras seperti tanah liat (cake). Gypsum digunakan untuk menetralisir tanah yang terganggu karena kadar garam yang tinggi, misalnya pada tanah di daerah pantai. Aplikasi gypsum tidak banyak berpengaruh pada perubahan pH tanah.
e. Bubuk Belerang (Elemental Sulfur)
Umumnya, sulfor disuplai dalam bentuk sulfat yang terdapat pada berbagai jenis pupuk. Kandungan sulfat tersebut tidak berpengaruh dalam penurunan pH tanah. Selain terdapat dalam berbagai jenis pupuk, bubuk belerang adalah sumber sulfur yang terbesar, kandungannya dapat mencapai 909%. Namun, bubuk ini tidak lazim digunakan untuk mengatasi masalah defisiensi sulfur, tetapi tidak lebih banyak digunakan untuk menurunkan pH tanah. Penggunaannya tidak boleh melebihi 25 gram/m2, karena bubuk sulfur dapat mengakibatkan gejala terbakarnya daun tanaman (burning effect).
5. Pupuk Sumber Unsur Hara Mikro
Saat ini kebutuhan pupuk mikro sudah mulai terasa di Indonesia. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa tanaman padi sawah dan teh di beberapa daerah di Jawa sudah memulai membutuhkan tambahan Zn dari pupuk.
Pupuk sebagai unsur hara mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk garam anorganik dan bentuk organik sintesis. Kedua bentuk ini mudah larut dalam air. Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam organik adalah Cu, Fe, Zn dan Mn yang seluruhnya bergabung dengan sulfat. Sebagai sumber boron, umumnya digunakan sodium tetra borat yang banyak digunakan sebagai pupuk daun. Sumber Mo umumnya menggunakan sodium atau amonium molibdat.
Bentuk organik sintesis ditandai dengan adanya agen pengikat unsur logam yang disebut chelat. Chelat adalah bahan kimia organik yang dapat mengikat ion logam seperti yang dilakukan oleh koloid tanah. Unsur hara mikro yang tersedia dalam bentuk chelat adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn.
Selain disediakan oleh kedua jenis pupuk diatas, unsur hara mikro juga disediakan oleh pupuk majemuk yang beredar di pasaran. Pupukslow release dan pupuk daun biasanya dilengkapi dengan satu atau lebih unsur mikro.
a. Pupuk Majemuk
Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk, kualitas dan analisis telah tersedia di pasaran.kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena kandungan haranya lebih lengkap. Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besaran butiran yang seragam dan tidak terlalu higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. Hampir semua pupuk majemuk bereaksi asam, kecuali yang telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg.
Variasi analisis pupuk mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian, perbedaan variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara NPK 15.15.15 dan NPK 16.16.16. Variasi analisis pupuk, seperti 15.15.15, 16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan ketersediaaan unsur hara yang seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini antara lain untuk mempercepat perkembangan bibit; sebagai pupuk pada awal peneneman; dan sebagai puk susulan saat tanaman memasuki fase generatif, seperti saat mulai berbunga.
Dalam memilih pupuk majemuk perlu dipertimbangkan beberapa faktor, antara lain kandungan unsur hara yang tinggi, kandungan unsur hara mikro dan harga perkilogramnya.contoh cara mempertimbangkan pemilihan pupuk majemuk, variasi analisis pupuk NPK 20.20.20 memiliki kandungan hara yang lebih tinggi daripada NPK 15.15.15, tetapi sifatnya sangat higroskopis sehingga mudah sekali menggumpal. Karena itu, variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak dipilih karena bagian yang menggumpal tidak dapat digunakan.
b. Pupuk Daun
Daun memiliki mulut yang dukenal dengan nama stomata. Sebagian besar stomata terletak di bagian bawah daun. Mulut daun ini berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar dapat sampai daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu panas, stomata akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk dalam jaringan daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan daun.
Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Bahkan pupuk daun sering lebih lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur mikro. Pemilihan analisis yang tepat pada pupuk daun perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang sama dengan analisis pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya adalah manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan tanaman dan peningkatan hasil panen.
Pupuk daun berbentuk serbuk dan cair. Kualitasnya dianggap baik jika mudah larut di dalam air tanpa menyisakan endapan. Karena mudah larut dalam air, sifat pupuk daun menjadi sangat higroskopis. Akibatnya tidak dapat disimpan terlalu lama jika kemasannya telah dibuka.
Kentungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar. Dalam pemakaian pupuk daun dikenal istilah konsentrasi pupuk atau kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang harus dilarutkan kedalam satuan volume air. Penentuan volume air dapat diketahui dengan membaca skala pada alat semprot. Angka konsentrasi ini sering dicantumkan p[ada kemasan pupuk. Jika konsentrasi pupuk yang digunakan melebihi konsentrasi yang disarankan, daun akan terbakar.
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore hari karena bertepatan pada saat membukanya stomata. Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata. Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun pada saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk daun yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14.12.14 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn.
c. Pupuk Organik
Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk organik jauh lebih kecil daripada yang sempat di dalam pupuk buatan. Cara aplikasinya juga lebih sulit karena pupuk organik dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar daripada pupuk kimia dan tenaga kerja yang diperlukan juga lebih banyak. Namun, hingga sekarang pupuk organik tetap digunakan karena fungsinya belum tergantikan oleh pupuk buatan. Berikut ini beberapa manfaat dari pupuk organik.
Mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro meskipun dalam jumlah yang jauh lebih kecil.
Memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah.
Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah.
Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan pH tanah.
Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan air.
Jenis pupuk organik yang banyak dikenal sebagai berikut
- Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak. Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak, dan cara penampungan pupuk kandang.
Pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak lain. Penyebabnya adalah kotoran padat pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya, kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi daripada kotoran padat.seperti kompos, sebelum digunakan, pupuk kandang perlu mengalami proses penguraian. Dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan oleh C/N rasio.
Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas. Pupuk dingin terjadi sebaliknya, C/N yang tinggi menyebabkan pupuk kandang terurai lebih lama dan tidak menimbulkan panas.
Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yaitu berwarna cokelat kehitaman, cukup kering, tidak menggumpal, dan tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil.
- Kompos
Kompos adalah kasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N ratio).
Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibanding dengan C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12-15.
Bahan kompos seperti sekam, jerami padi, batang jagung dan serbuk gergaji memiliki C/N rasio antara 50-100. daun segar memiliki C/N rasio sekitar 10-20. Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio hingga 12-15. sampai dengan proses penguraian sempurna, tanaman akan bersaing dengan mikroorganisme tanah untuk memperebutkan unsur hara. Karena itu disarankan untuk menambah pupuk buatan apabila bahan kompos yang belum terurai sempurna terpaksa digunakan.
Kandungan unsur hara dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Kandungan unsur hara kompos sebagai berikut.
- Nitrogen 0,1 – 0,6%
- Fosfor 0,1 – 0,4%
- Kalium 0,8 – 1,5%
- Kalsium 0,8 – 1,5%
Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur dan bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Penggunaan dosis tertentu pada pupuk kompos lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah daripada untuk menyediakan unsur hara.
- Mikroba Penyubur Tanah
Kemajuan ilmu mikrobiologi tanah berhasil memperbanyak mikroba tanah yang bermanfaat dan mengemasnya sebagai pupuk cair. Mikroba yang telah dikemas ini kemudian disemprotkan ke tanah hingga berkembang biak dan memberi dampak positif bagi kesuburan tanah.
Jenis bakteri dan jamur yang biasa digunakan diantaranya Rhizobium, Lactobacillus, Streptomyces, Micoriza, dan Aspergillus. Jenis dan fungsi mikroba sangat beragam, cara penggunaanpun berbeda-beda. Karena itu sebaiknya baca petunjuk pada label atau brosur dengan seksamasebelum menggunakannya.
Mikroba juga membutuhkan waktu untuk berkembang biak sehingga hasil aplikasi mikroba penyubur tanah tidak langsung terlihat pada tanaman. Jumlah mikroba yang telah disemprotkan pun sangat mungkin akan berkurang karena faktor cuaca. Aplikasi mikroba sebaiknya dilaksanakan secara rutin setiap dua minggu sekali. Alat semprot yang digunakan sebaiknya bukan yang biasa dipakai untuk menyemprot pestisida, karena pestisida akan mematikan mikroba. Selain itu, tidak disarankan menyemprotkan pestisida terutama fungisida pada tanah yang telah diaplikasi mikroba.
C. Cara Aplikasi
1. Cara Aplikasi Pupuk Kimia
a. Larikan
Caranya, buat parit kecil disamping barisan tanaman sedalam 6-10 cm. Tempatkan pupuk di dalam larikan tersebut, kemudian tutup kembali. Cara ini dapat dilakukan pada satu atau kedua sisi baris tanaman. Pada jenis pepohonan, larikan dapat dibuat melingkar di sekeliling pohon dengan jari-jari 0,5-1 kali jari-jari tajuk. Pupuk yang tidak mudah menguap dapat langsung ditempatkan di atas tanah.
Setelah itu, larikan tidak perlu ditutup kembali dengan tanah. Hindari membuat larikan hanya pada salah satu sisi baris tanam karena menyebabkan perkembangan akar tidak seimbang. Karena itu, aplikasi pupuk kedua harus ditempatkan pada sisi yang belum mendapatkan pupuk (bergantian). Biasanya cara ini dilakukan untuk memberikan pupuk susulan. Tanaman dengan pertumbuhan cepat dan perakaran yang terbatas disarankan untuk menggunakan cara larikan.
b. Penebaran Secara Merata di Atas Permukaan Tanah
Cara ini biasanya dilakukan sebelum penanaman. Setelah penebaran pupuk, lanjutkan dengan pengolahan tanah, seperti pada aplikasi kapur dan pupuk organik. Cara ini menyebabkan distribusi unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akarpun lebih seimbang. Tidak disarankan untuk menebar pupuk urea karena sangat mudah menguap.
c. Pop Up
Caranya, pupuk dimasukkan ke lubang tanam pada saat penanaman benih atau bibit. Pupuk yang digunakan harus memiliki indeks garam yang rendah agar tidak merusak benih atau biji. Cara ini lazim menggunakan pupuk jenis SP36, pupuk organik, atau pupuk slow release.
d. Penugalan
Caranya, tempatkan pupuk ke dalam lubang di samping tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang tersebut dibuat dengan alat tugal. Kemudian setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang dengan tanah untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan disamping kiri dan samping kanan baris tanaman atau sekeliling pohon. Jenis pupuk yang dapat diaplikasikan dengan cara ini adalah pupuk slow release dan pupuk tablet.
e. Fertigasi
Pupuk dilarutkan dalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi. Lazimnya, cara ini dilakukan untuk tanaman yang pengairannya menggunakan sistem sprinkle. Cara ini telah banyak diterapkan pada pembibitan tanaman Hutan Tanaman Industri (HTI), lapangan golf, atau nursery tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Lewat cara ini, akurasi dan penyerapan pupuk oleh akar dapat lebih tinggi.
Pada pertanian intensif pemupukan sering dilakukan berkali-kali sehingga beberapa cara diatas dapat dilakukan bersama-sama dalam satu musim tanam.
2. Cara Aplikasi Pupuk Organik
Tanah berpasir, bekas pertambangan, tanah tererosi, atau tanah sangat padat yang mudah retak pada musim kemarau, sebaiknya diberi pupuk organik dalam jumlah besar sebelum digunakan untuk bercocok tanam. Setelah diberi pupuk organik, dilanjutkan dengan pengolahan tanah. Kedua perlakuan tersebut dilakukan supaya sifat fisik tanah membaik dan pemakaian pupuk kimia menjadi lebih efisien.
Kebutuhan dosis pupuk organik yang sangat besar seringkali menyulitkan proses penebarannya. Namun, sekarang telah dipasarkan pupuk organik yang dipadatkan dalam bentuk pelet atau konsentrat. Pupuk organik dalam bentuk tersebut lebih mudah diaplikasikan dan dosis yang diperlukan menjadi lebih kecil. Pupuk organik seperti ini diantaranya dipasarkan dengan merk dagang Ostindo, OCF, dan Green Pride.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pupuk organik adalah sebagai berikut.
- penebaran pupuk organik sebaiknya diikuti dengan pengolahan tanah seperti pembajakan atau penggemburan tanah agar pupuk organik dapat mencapai lapisan tanah yang lebih dalam.
- Pemberian pupuk organik dengan dosis kecil tetapi sering lebih baik dari pada dosis banyak yang diberikan sekaligus.
- Pada jagung, cabai, tomat, dan beberapa jenis sayuran, pupuk organik sebaiknya ditempatkan pada lubang tanam satu minggu sebelum bibit ditanam.
- Pada media tanam dalam pot, perbandingan antara kompos dan tanah yang ideal adalah 1:1. sementara itu, perbandingan pupuk kandang dan tanah yang ideal adalah 1:3.
- Jika harus menggunakan pupuk organik yang belum terurai sempurna (rasio C/N masih tinggi) harus diberi jeda waktu antara pemberian pupuk organik dan penanaman bibit yakni minimal satu minggu. Hal itu dilakukan untuk menghindari dampak buruk yang mungkin terjadi pada tanaman ketika proses penguraian pupuk organik berlangsung.
Blog : http://wong168.wordpress.com/2012/01/19/pupuk/
Sumber: http://eone87.wordpress.com/2010/04/03/jenis-jenis-pupuk-dan-cara-aplikasinya/
Senin, 25 Juni 2012
Senam Otak
Smangat
Kembali Segar Dengan Senam Otak
Otak juga seperti tubuh, oleh karena itu kita perlu merawat dan
memperlakukannya dengan benar, jadi ketika kita ingin mendapatkan kesegaran otak tidak jauh berbeda dengan bagaimana menjaga kesegaran tubuh
karena tubuh dan otak saling berkaitan, salah satu cara adalah dengan senam otak.
Dari segi
fungsi, otak yang terdiri dari dua belahan kiri dan kanan itu seolah memiliki
tiga dimensi yang saling berhubungan. Dengan mengoptimalkan penggunaan seluruh
bagian ini, fungsi otak dapat dioptimalkan.Salah satu cara mengoptimalkan penggunaan semua
dimensi otak adalah dengangerakan
senam otak.
Senam otak adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana.
Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas); meringankan atau merelaksasi
belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan); merangsang sistem yang terkait dengan
perasaan/emosional, yakni otak tengah (limbis) serta otak besar (dimensi pemusatan).
Anda bisa
melakukannya lewat gerakan sederhana sambil melakukan kegiatan sehari-hari,
seperti sambil menonton televisi dan kegiatan rumah lainnya,. meski sederhana
senam otak mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian
terhadap ketegangan, tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari.
Label:
Smangat ira
Lokasi:Indonesia
Purwokerto, Indonesia
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi
Smangat
Begitu besarnya bahaya erosi yang pada akhirnya merugikan kehidupan manusia, oleh karena itu beberapa ahli membagi faktor-faktor yang menjadi penyebab erosi dan berupaya untuk menanggulanginya. Menurut (Rahim, 2000) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi erosi adalah
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi
Begitu besarnya bahaya erosi yang pada akhirnya merugikan kehidupan manusia, oleh karena itu beberapa ahli membagi faktor-faktor yang menjadi penyebab erosi dan berupaya untuk menanggulanginya. Menurut (Rahim, 2000) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi erosi adalah
- Energi, yang meliputi hujan, air limpasan, angin, kemiringan dan panjang lereng,
- Ketahanan; erodibilitas tanah (ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah), dan
- Proteksi, penutupan tanah baik oleh vegetasi atau lainnya serta ada atau tidaknya tindakan konservasi.
Morgan (1979) dalam Nasiah (2000) menyatakan bahwa kemampuan mengerosi, agen erosi, kepekaan erosi dari tanah, kemiringan lereng, dan keadaan alami dari tanaman penutup tanah merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi tanah.
Erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia terhadap tanah (Arsyad, 1989) yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia terhadap tanah (Arsyad, 1989) yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
E = f ( i.r.v.t.m )
Dimana :
E = Erosi
i = Iklim
v = Vegetasi
m = Manusia
f = fungsi
r = Topografi
t = Tanah
a. Iklim
Iklim merupakan faktor terpenting dalam masalah erosi sehubungan dengan fungsinya. Sebagai agen pemecah dan transpor. Faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan (Arsyad 1989). Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan tehadap tanah, jumlah dan kecepatan permukaaan serta besarnya kerusakan erosi. Angin adalah faktor lain yang menentukan kecepatan jatuh butir hujan. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi di beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur, kelambaban dan penyinaran matahari berpengaruh terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar kembali kapasitas infiltrasi tanah.
b. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian (Asdak, 1995). Unsur lain yang berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng (Arsyad, 1989).
Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada bagian atas.
c. Vegetasi
Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal, atau hutan yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi (Arsyad, 1989). Asdak (1995) mengemukakan bahwa yang lebih berperan dalam menurunkan besarnya erosi adalah tumbuhan bahwa karena ia merupakan stratum vegetasi terakhir yang akan menentukan besar kecilnya erosi percikan. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dibagi dalam lima bagian (Arsyad, 1989), yakni:
d. Tanah
Arsyad (1989), menerangkan bahwa berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah.
e. Manusia
Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi, tergantung bagaimana manusia mengelolahnya. Manusialah yang menentukan apakah tanah yang dihasilkannya akan merusak dan tidak produktif atau menjadi baik dan produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan mempertahankan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana sehingga menjadi lebih baik dan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka waktu yang tidak terbatas (Arsyad, 1989).
Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas Konservasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Takapala Kabupaten Dati II Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Program Pasca sarjana, UGM. Yogyakarta.
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM Press. Yogyakarta.
Powered By: http://samrumi.blogspot.com/2009/01/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-erosi.html
E = Erosi
i = Iklim
v = Vegetasi
m = Manusia
f = fungsi
r = Topografi
t = Tanah
a. Iklim
Iklim merupakan faktor terpenting dalam masalah erosi sehubungan dengan fungsinya. Sebagai agen pemecah dan transpor. Faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah hujan (Arsyad 1989). Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan tehadap tanah, jumlah dan kecepatan permukaaan serta besarnya kerusakan erosi. Angin adalah faktor lain yang menentukan kecepatan jatuh butir hujan. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi di beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur, kelambaban dan penyinaran matahari berpengaruh terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar kembali kapasitas infiltrasi tanah.
b. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua faktor tersebut penting untuk terjadinya erosi karena faktor-faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian (Asdak, 1995). Unsur lain yang berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman dan arah lereng (Arsyad, 1989).
Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran atau sungai, atau dimana kemiringan lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng dari pada bagian atas.
c. Vegetasi
Vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal, atau hutan yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi (Arsyad, 1989). Asdak (1995) mengemukakan bahwa yang lebih berperan dalam menurunkan besarnya erosi adalah tumbuhan bahwa karena ia merupakan stratum vegetasi terakhir yang akan menentukan besar kecilnya erosi percikan. Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dibagi dalam lima bagian (Arsyad, 1989), yakni:
- Sebagai intersepsi hujan oleh tajuk tanaman.
- Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air.
- Pengaruh akar dan kegiatan-kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetasi dan pengaruhnya terhadap stabilitas struktur dan porositas tanah.
- Transpiransi yang mengakibatkan kandungan air tanah berkurang sehingga meningkatkan kapasitas infiltrasi.
d. Tanah
Arsyad (1989), menerangkan bahwa berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda-beda. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah.
e. Manusia
Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi, tergantung bagaimana manusia mengelolahnya. Manusialah yang menentukan apakah tanah yang dihasilkannya akan merusak dan tidak produktif atau menjadi baik dan produktif secara lestari. Banyak faktor yang menentukan apakah manusia akan mempertahankan dan merawat serta mengusahakan tanahnya secara bijaksana sehingga menjadi lebih baik dan dapat memberikan pendapatan yang cukup untuk jangka waktu yang tidak terbatas (Arsyad, 1989).
DAFTAR PUSTAKA
Rahim, Sufli Efendi. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara . JakartaNasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas Konservasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Takapala Kabupaten Dati II Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Tesis. Program Pasca sarjana, UGM. Yogyakarta.
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGM Press. Yogyakarta.
Powered By: http://samrumi.blogspot.com/2009/01/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-erosi.html
ANALISIS KOMPERATIF PENDAPATAN PETANI ORGANIK DAN PETANI ANORGANIK
Smangat
ANALISIS
KOMPERATIF PENDAPATAN PETANI ORGANIK
DAN PETANI
ANORGANIK
Bambang
Hermanto, SP, MSi.[1]
Abstrak
Analisis komperatif pendapatan petani organik dan petani anorganik
(konvensional) petani padi sawah di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan
Kabupaten Serdang Bedagai. Tujuan untuk mengetahui (a) Untuk mengetahui berapa
besar perbedaan pendapatan petani organik dan petani anorganik (konvensional)
pada tanaman padi sawah di daerah penelitian, (b) Manakah yang lebih layakan
antara petani organik dan anorganik (konvensional) pada tanaman padi sawah di
daerah penelitian. Berdasarkan Pertimbangan populasi dalam penelitian digunakan
metode Purposive Sampling, yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan.
Nilai R/C rata-rata keuntungan yang didapat
petani organik adalah sebesar 2.27 dan
yang didapat petani anorganik adalah sebesar 1.66. Berdasarkan hasil dari nilai
R/C dapat diketahui bahwa usaha petani organik layak di usahakan karena nilai
R/C lebih besar dari satu ( 2.27 > 1) dan usaha petani anorganik masih layak
di usahakan karena nilai R/C lebih besar dari satu ( 1.66 > 1). Analisis
komperatif pendapatan petani organik dan petani anorganik (konvensional) petani
padi sawah di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
menyatakan bahwa luas lahan, pupuk, pestisida, zat perangsang tumbuh (ZPT) dan
tenaga kerja berpengaruh signifikan
terhadap keuntungan petani padi sawah pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Kata kunci : Keuntungan Petani
padi sawah, luas lahan (rante) , pupuk (Kg), pestisida (cc), ZPT (cc), dan
tenaga kerja (HKSP).
Pendahuluan
Latar Belakang
Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari
aspek kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan lapangan
kerja, penyediaan penganekaragaman tanaman, kontribusi untuk mengurangi jumlah
orang-orang miskin dipedesaan dan peranannya terhadap nilai devisa yang
dihasilkan dari ekspor. Sektor pertanian masih diharapkan tetap memegang
peranan penting dalam perekonomian Indonesia dan sektor pertanian akan
lebih berperan lagi bagi sektor industri
kalau sektor pertanian sebagai pemasok (supply) bahan baku disektor
industri (Soekartawi, 2003)
Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan
persoalan lingkungan dan ketahanan tanaman pangan yang dilanjutkan dengan
melaksanakan usaha-usaha yang terbaik untuk menghasilkan pangan tanpa
menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya tanah, air dan udara. Akan tetapi
karena kerawanan pangan sering terjadi dibanyak negara yang sedang berkembang, maka negara-negara
industri berusaha mengembangkan teknologi
“revolusi hijau” untuk mencukupi kebutuhan pangan dunia. Sebagai
konsekwensi dikembangkannya teknologi “revolusi hijau” maka kearifan lokal/
pengetahuan tradisional yang berkembang sesuai dengan budaya setempat mulai
terdesak bahkan mulai dilupakan. Teknologi modern yang mempunyai ketergantungan
tinggi terhadap bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida kimia serta bahan
kimia pertanian lainnya lebih diminanti petani daripada melaksanakan pertanian
yang akrab lingkungan (S. Sabastian
Eliyas, 2008).
Pertanian organik sebagai bagian pertanian akrab lingkungan perlu segera
dimasyarakatkan atau diingatkan kembali sejalan makin banyak dampak negatif
terhadap lingkungan yang terjadi akibat dari penerapan teknologi intensifikasi
yang mengandalkan bahan kimia pertanian. Disamping itu, makin meningkatkanya
jumlah konsumen produksi bersih dan menyehatkan serta meluasnya gerakan “ green
consumer ” merupakan pendorong segera disosialisasikan gerakan pertanian organik. Gerakan pertanian
organik di Indonesia dipelopori oleh Organisasi Non Pemerintah (ORNOP) yang
kemudian menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta dipercepat dengan
adanya program ekolabel dan Internasional Standart Organik (ISO) 14000 (Sutanto
Rachman, 2002)
Upaya melakukan gerakan pertanian organik mulai berkembang di Indonesia
sejalan dengan perkembangan pertanian
organik dunia. Konsumen negara-negara maju menjadi pemicu awal dan inspirasi
dari bergulirnya pertanian organik ini. Di Indonesia, pertanian organik menjadi
“tren” karena tumbuhnya kesadaran
konsumen untuk mengkonsumsi produk yang aman dan sehat. Selain itu, proses
produksinya juga cukup bersahabat dengan lingkungan. Tanpa disadari, di
Indonesia telah berkembang praktek pertanian organik untuk berbagai komoditas
seperti beras, sayuran dan buah-buahan
walaupun kenyataannya bahwa
secara kualitas beberapa dari produk ini belum memenuhi persyaratan baku SNI (
Standar Nasional Indonesia) yang bertujuan untuk memberikan perlindungan
terhadap produk organik yang dihasilkan petani
(Prasetio Y.T, 2006).
Tentu pemerintah tidak mau ketinggalan respons. Kemudian, sebagai bentuk
dukungan pemerintah terhadap gerakan pertanian organik di Indonesia dilakukan
melalui Departemen Pertanian yang telah
mencanangkan beberapa paket kebijakan degan motto; “ Go Organic 2010 ” yang bertujuan
menjadikan Indonesia sebagai produsen pangan organik yang permintaan
pasarnya cendrung meningkat dengan signifikan (S. Sabastian Eliyas, 2008).
Indonesia pernah menjadi negara
pengimpor beras terbesar di dunia. Indonesia menjadi “ price leading “ dalam
perdagangan beras Internasional. Artinya, hagar beras dipasaran dunia
ditentukan oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 1960, impor beras Indonesia
terus mencapai 0,6 jutan ton. Pada tahun-tahun berikutnya impor beras Indonesia
terus melonjak hingga puncaknya terjadi pada tahun 1980 yakni mencapai 2 juta ton. Jumlah impor beras
Indonesia mulai menurun pada tahun 1981 hingga tahun 1984. Pada tahun 1990
tercatat produksi beras nasional sudah mencapai
45,176 juta ton gabah kering giling (GKG) atau kira-kira sentra 29 juta
ton beras. Lima tahun kemudian, angka produksi mencapai 49,449 juta ton (GKG)
(Arifin. B. 2007).
Proses pencapaian swasembada beras tak lepas dari penerapan dan innovási
teknologi yang dikembangkan pemerintah, misalnya dalam penggunaan benih unggul,
teknologi pemupukan, pengendalian organisme pengganggu, pengolahan tanah. Dalam
kaitannya dengan status beras sebagai comoditas “strategis” maka taraf
swasembada harus tetap dimantapkan dan dilestarikan (Prasetio Y.T, 2006).
Strategi atau industrialisasi yang dipimpin permintaan petani terdiri dari
pembangunan pasar konsumsi masal domestik dengan cara memperbaiki produktivitas
pertanian skala kecil dan menengah. Pertanian skala kecil dan menengah memiliki
efek kaitan yang lebih besar dengan industri domestik dibanding dengan pertanian skala besar
sementara juga memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Usaha-usaha
pertanian yang lebih kecil adalah padat karya dan menggunakan alat-alat dan
permesinan domestik. Petani-petani kecil memiliki kecenderungan konsumsi
marginal yang lebih besar, dan bagian marginal lebih besar dari konsumsi mereka
diarahkan ke tekstil produksi lokal, pakaian, alas kaki dan alat-alat konsumsi
yang sederhana seperti lemari es, sepeda, mesin jahit, dan alat-alat
elektronik yang sederhana. Juga mereka cenderung mengadakan banyak penanaman
dalam pembangunan modal manusia, dengan mengeluarkan bagian besar dari
penghasilan mereka untuk pendidikan (TB.
Tulus , 2003).
Penggunaan input secara baik akan
menghasilkan produksi yang semakin meningkat dan seiring dengan peningkatan
keuntungan masyarakat. Sehingga dengan keuntungan yang meningkat akan
mewujudkan peningkatan laju pembangunan ekonomi negara dan merangsang
pertumbuhan ekonomi, maka tujuan ini berkaitan dengan lebih menekankan pada
biaya produksi. Dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja akan
meningkatkan produksi beras ( Soekartawi, 2001).
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
a. Untuk
mengetahui berapa besar perbedaan pendapatan petani organik dan petani
anorganik (konvensional) pada tanaman padi sawah di daerah penelitin.
b. Manakah
yang layakan antara petani organik dan anorganik (konvensional) pada tanaman
padi sawah di daerah penelitian
Tinjauan Pustaka
Pengertian petani organik dan anorganik
Pertani organik adalah petani yang
melakukan pengolahan lahan dengan didasarkan pada proses sumber daya alam
menurut siklus kehidupan, dengan sistem yang membudaya untuk memproduksi
tanaman dengan kondisi pertumbuhan yang baik dan sehat. Pertanian organik
meliputi kegiatan seperti bertani dengan menggunakan kompos, kotoran ternak dan
bahan organik lainnya sehingga dapat membangun siklus kehidupan secara alamiah.
Sistem
pertanian organik berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci keberhasilan
produksi dengan memperhatikan kemampuan alami dari tanah, tananaman, dan hewan
untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi hasil pertanian dan lingkungan.
Menurut IFOAM (International Federation
of Organik Agriculture Movements),
tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan system pertanian organik adalah
sebagai berikut:
1. Menghasilkan bahan pangan
dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah cukup.
2. Melaksanakan interaksi
efektif dengan sistem dan daur alamiah
yang mendukung semua bentuk kehidupan yang ada.
3. Mendorong dan meningkatkan
daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik,
flora dan fauna, tanah, tanaman, serta hewan.
4.
Memelihara serta
meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.
5.
Menggunakan sebanyak
mungkin sumber-sumber terbarui yang berasal dari sistem usaha tani itu
sendiri.
6.
Memanfaatkan
bahan-bahan yang mudah didaur ulang baik didalam maupun diluar usahatani.
7.
Menciptakan
keadaan yang memungkinkan ternak hidup sesuai dengan perilaku yang hakiki.
8.
Membatasi terjadinya
semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan
pertanian.
9. Mempertahankan keanekaragaman hayati
termasuk pelestarian habitat tanaman dan hewan.
10. Mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari kegiatan
usaha tani terhadap kondisi fisik dan sosial (Wartaya Winagun Y, 2005)
Petani anorganik
(konvensional) cendrung menggunakan pupuk kimia dan memaksa tanaman tumbuh,
tetapi hasil dari sistem ini adalah menambah kerentanan tanaman terhadap hama
dan penyakit yang mengakibatkan menaiknya kebutuhan tambahan bahan kimia
berbahaya lainnya. Sistem ini juga melawan proses alamiahnya alam secara turun
temurun, sehingga masalah serupa akan terjadi terus menerus ( TB. Tulus, 2003).
Konsep Pertanian Organik
Konsep pertanian organik adalah
tidak berbeda dengan pertanian berkelanjutan, tetapi aplikasinya mungkin berjalan
sesuai dengan pemahaman individu. Bahkan kata berkelanjutan sekarang dipakai
dalam lingkungan pembangunan, ketika kata ini sudah diartikan sebagai menjaga
suatu upaya agar terus berlangsung, dan tidak menjadi merosot. Disektor
pertanian organik, berkelanjutan ditafsir sebagai usaha mengelolah sumber daya
alam untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia dengan tetap melestarikan
lingkungan dan sumber daya alam, juga adanya kegiatan pengelolahan lahan
sebagai campur tangan manusia, untuk kemudian ditanami dengan berbagai jenis
tanaman yang menghasilkan, sebagai bahan makanan manusia dan mahkluk hidup
lainnya (Susanto Rachman, 2002).
Penerapan Pertanian Organik
Perlunya diterapkan pertanian organik
ke petani supaya mereka berkeinginan
untuk menanam tanaman tanpa pengaruh
atau dampak kimia berbahaya, kemudian mulai diterapkan dalam pengembangan “
pertanian organik”. Sehingga, defenisi umum tentang pertanian organik adalah
sistem pengembangan tanam yang
menggunakan bahan organik ke dalam tanah seperti kompos, kotoran ayam, dan
sumber pupuk organik lainnya, juga terbebas dari bahan kimia, insektisida kimia, dan pestisida
kimia. Prinsip seperti ini didasarkan pada keyakinan bahwa ketika kompos dan
kotoran binatang yang berkwalitas diberikan kepada tanah, mikroorganisme
menjadi kuat dan berkembang biak, kemudian secara alami akan menambah daya
tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, sehingga memutus kebutuhan
akan bahan-bahan kimia pertanian. Dengan demikian, penggunaan bahan
organik membuat pupuk kimia menjadi tidak berguna (S. Sabastian Eliyas, 2008).
Hipotesis
Berdasarkan masalah dan
tujuan penelitian serta kerangka penelitian maka hipotesis dari penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada
perbedaan pendapatan antara petani organik dengan petani anorganik (konvensional)
tanaman padi sawah
2. Petani
organik lebih layak dari pada petani
anorganik ( konvensional ) pada tanaman padi sawah.
Metode Analisis
a.
Untuk menguji
hipotesis pertama akan dianalisa dengan
uji validitas (kesahihan) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
th
=
S2gab =
S2 =
Dimana :
= nilai
sampel petani organik
= nilai
sampel petani anorganik (konvensional)
= rata-rata petani organik
= rata-rata
petani anorganik (konvesional)
S = standart deviasi
gap = gabungan
untuk pengujian hipotesis pertama digunakan uji t, dengan
kriteria sebagai
berikut:
t hitung > t tabel Ho
ditolak dan H1 diterima maka hipotesis diterima (a = 0.05 % )
t hitung < t tabel Ho
diterima dan H1 ditolak (a = 0.05 % )
(Husaini Usman, 2006)
b.
Untuk menguji
hipotesis kedua digunakan rumus sebagai berikut :
R/C ratio =
Untuk pengujian
hipotesis kelayakan usaha, dengan kriteria:
Apabila R/C ratio > 1, maka hipotesis diterima,
dikatakan layak diusahakan.
Apabila R/C ratio < 1, maka
hipotesis ditolak, tidak layak
(Soekartawi, 2003)
Hasil Dan Pembahasan
1.
Hasil Analisis dan Perhitungan
Hipotesis Terhadap Petani Organik dan
Anorganik.
Tabel 1. Daftar
Analisa Usaha Tani
Rata-Rata Usaha Tani
|
Petani Organik
|
Petani Anorganik
|
Luas
Lahan
|
12.56 Hektar
|
8.96 Hektar
|
Pupuk
|
251.0 Kg
|
71.68 Kg
|
Pestisida
|
2009.60 cc
|
358.40 cc
|
ZPT
|
251.20 cc
|
179.20 cc
|
Jumlah
Tenaga Kerja
|
86.66 HKSP
|
61.82 HKSP
|
Keuntungan
|
Rp. 4.268.019,44
|
Rp. 1.568.244,00
|
2.
Perbandingan Luas Lahan
Terhadap Petani Organik dan Anorganik
Dari daftar tabel 1 diketahui
bahwa jumlah rata-rata luas lahan yang menjadi petani organik seluas 12.56
hektar dan yang menjadi petani anorganik seluas 8.96 hektar. Berdasarkan hasil
dari analisa statistik untuk luas lahan diperoleh t hitung > t tabel (10.58 > 1.71) dengan taraf kenyataan a = 0.05 % dengan kata lain bahwasanya
t hitung > t tabel sehingga hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan luas
lahan antara petani organik dan anorganik diterima.
Dimana luas lahan
petani organik lebih luas dari petani anorganik karena petani organik luas
lahannya masih ada diatas 1 hektar sedangkan petani anorganik luas lahannya
masih di bawah 1 hektar.
3.
Perbandingan Pupuk Terhadap
Petani Organik dan Anorganik
Dari daftar tabel 1 diketahui
bahwa jumlah rata-rata pupuk yang digunakan petani organik sebesar 251.20 kg
dan yang digunakan petani anorganik sebesar 71.68 kg. Berdasarkan hasil dari
analisa statistik untuk penggunaan pupuk diperoleh t hitung > t tabel (28.67 > 1.71) dengan taraf kenyataan a = 0.05 % dengan kata lain
bahwasanya t hitung > t tabel sehingga hipotesis yang menyatakan adanya
perbedaan penggunaan pupuk antara petani organik dan anorganik diterima.
Dimana dari
penggunaan pupuk bagi petani organik lebih banyak sesuai dengan luas lahan dan harga pupuk murah dengan harga
Rp.1.000/kg – Rp 1.500/kg, sedangkan
untuk petani anorganik pupuk yang digunakan lebih sedikit sesuai dengan kebutuhan lahan dan harga pupuk lebih mahal dengan
harga Rp.2.500/kg – Rp. 4.000/kg.
4.
Perbandingan Pestisida
Terhadap Petani Organik dan Anorganik
Dari daftar tabel 1 diketahui
bahwa jumlah rata-rata pestisida yang digunakan petani organik adalah pestisida
nabati sebanyak 2009.60 cc dan yang digunakan petani
anorganik adalah pestisida kimia sebanyak 358.40 cc. Berdasarkan hasil dari
analisa statistik untuk penggunaan pestisida diperoleh t hitung > t tabel
(33.33 > 1.71) dengan taraf kenyataan a = 0.05 % dengan kata lain
bahwasanya t hitung > t tabel sehingga hipotesis yang menyatakan adanya
perbedaan penggunaan pestisida antara petani organik dan petani anorganik
diterima (Lampiran 13).
Dimana dari
penggunaan pestisida bagi petani organik lebih banyak sesuai dengan luas
lahan dan harga pestisida sebesar
Rp.15/cc – Rp 20/cc, sedangkan untuk
petani anorganik pestisida yang
digunakan lebih sedikit sesuai dengan kebutuhan lahan dan harga pestisida
sebesar Rp.25/cc – Rp. 75/cc .
5.
Perbandingan Zat Perangsang
Tumbuh (ZPT) Terhadap Petani Organik dan Anorganik
Dari daftar tabel 1 diketahui
bahwa jumlah rata-rata ZPT yang digunakan petani organik adalah sebanyak
249.20 cc dan yang digunakan petani anorganik adalah sebanyak 179.20 cc.
Berdasarkan hasil dari analisa statistik untuk penggunaan ZPT diperoleh t
hitung > t tabel ( (10.20 > 1.71)
dengan taraf kenyataan a = 0.05 % dengan kata lain bahwasanya
t hitung > t tabel sehingga hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan
penggunaan ZPT antara petani organik dan petani anorganik diterima.
Dimana dari
penggunaan ZPT bagi petani organik lebih banyak sesuai dengan luas lahan dan harga ZPT sebesar Rp.25/cc – Rp
40/cc, sedangkan untuk petani anorganik
ZPT yang digunakan lebih sedikit sesuai
dengan kebutuhan lahan dan harga ZPT sebesar Rp.25/cc – Rp. 60/cc .
6.
Perbandingan Tenaga Kerja
Terhadap Petani Organik dan Anorganik
Dari daftar tabel 1 diketahui
bahwa jumlah rata-rata tenaga kerja yang digunakan petani organik adalah tenga
kerja sebanyak 86.66 HKSP dan yang digunakan petani
anorganik adalah tenaga kerja sebanyak 61.82 HKSP. Berdasarkan hasil dari
analisa statistik untuk penggunaan tenaga kerja diperoleh t hitung > t tabel
( (10.52 > 1.71) dengan taraf kenyataan a = 0.05 % dengan kata lain
bahwasanya t hitung > t tabel sehingga hipotesis yang menyatakan adanya
perbedaan penggunaan tenaga kerja antara petani organik dan petani anorganik
diterima.
Dimana dari
penggunaan tenaga kerja bagi petani organik lebih banyak sesuai dengan luas
lahan dan upah tenaga kerja sebesar
Rp.30.000/orang – Rp 40.000/orang,
sedangkan untuk petani anorganik tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit sesuai dengan
kebutuhan lahan dan upah tenaga kerja sebesar Rp.30.000/orang – Rp 40.000/orang
.
7.
Perbandingan Kelayakan
Terhadap Petani Organik dan Anorganik
Total pendapatan diperoleh
dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya suatu produksi/penjualan.
Sedangkan total penerimaan diperoleh dari perkalian jumlah tanaman yang terjual
dengan harga jual tanaman tersebut.
Dari hasil
penelitian diperoleh nilai R/C rata-rata keuntungan yang didapat petani organik
adalah sebesar 2.27 dan yang didapat
petani anorganik adalah sebesar 1.66. Berdasarkan hasil dari nilai R/C dapat
diketahui bahwa usaha petani organik layak di usahakan karena nilai R/C lebih
besar dari satu ( 2.27 > 1) dan usaha petani anorganik masih layak di
usahakan karena nilai R/C lebih besar dari satu ( 1.66 > 1).
Dimana dari nilai
R/C ratio rata-rata keuntungan petani organik dan petani anorganik dapat
diartikan semakin besar R/C ratio maka semakin besar pula keuntungan yang
diperoleh. Dari analisa perbandingan R/C ratio ternyata R/C yang paling besar
adalah petani organik sebesar 2.27 dan petani
anorganik sebesar 1.66 ( 2.27
> 1.66).
8.
Perbandingan Keuntungan
Terhadap Petani Organik dan Anorganik
Total Keuntungan
diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya suatu
produksi/penjualan.
Dari hasil
penelitian diperoleh total keuntungan yang didapat petani organik adalah
sebesar Rp. 4.268.019,44 dan total
keuntungan yang didapat dari petani anorganik adalah sebesar Rp. 1.568.244,00.
Berdasarkan hasil dari total keuntungan dapat diketahui bahwa petani organik
lebih menguntungkan dibandingkan dengan petani anorganik.
Dimana dari total
rata-rata keuntungan petani organik dan petani anorganik dapat dilihat selisih
total keuntungan sebesar Rp. 2.699.775,44
Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas dapat
disimpulkan:
1)
Jumlah rata-rata luas lahan yang menjadi petani organik seluas 12.56 rante
dan yang menjadi petani anorganik seluas 8.96 rante. Berdasarkan hasil dari
analisa statistik untuk luas lahan diperoleh t hitung > t tabel ( (10.58
> 1.71) dengan taraf kenyataan a = 0.05 % dengan kata lain
bahwasanya t hitung > t tabel sehingga hipotesis yang menyatakan adanya
perbedaan luas lahan antara petani organik dan anorganik diterima.
2)
Jumlah rata-rata pupuk yang digunakan petani organik sebesar 251.20 kg dan
yang digunakan petani anorganik sebesar 71.68 kg. Berdasarkan hasil dari
analisa statistik untuk penggunaan pupuk diperoleh t hitung > t tabel (
(28.67 > 1.71) dengan taraf kenyataan a = 0.05 % dengan kata lain
bahwasanya t hitung > t tabel sehingga hipotesis yang menyatakan adanya
perbedaan penggunaan pupuk antara petani organik dan anorganik diterima.
3)
Jumlah rata-rata pestisida yang digunakan petani organik adalah pestisida
nabati sebanyak 2009.60 cc dan yang digunakan petani
anorganik adalah pestisida kimia sebanyak 358.40 cc. Berdasarkan hasil dari
analisa statistik untuk penggunaan pestisida diperoleh t hitung > t tabel ( (33.33 > 1.71) dengan taraf
kenyataan a = 0.05 % dengan kata lain
bahwasanya t hitung > t tabel sehingga hipotesis yang menyatakan adanya
perbedaan penggunaan pestisida antara petani organik dan petani anorganik
diterima.
4)
Jumlah rata-rata ZPT yang digunakan petani organik adalah ZPT sebanyak
249.20 cc dan yang digunakan petani anorganik adalah ZPT sebanyak 179.20
cc. Berdasarkan hasil dari analisa statistik untuk penggunaan ZPT diperoleh t
hitung > t tabel ( (10.20 >
1.71) dengan taraf kenyataan a = 0.05 % dengan kata lain bahwasanya
t hitung > t tabel sehingga hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan
penggunaan ZPT antara petani organik dan petani anorganik diterima.
5)
Jumlah rata-rata tenaga kerja yang digunakan petani organik adalah tenga
kerja sebanyak 86.66 HKSP dan yang digunakan petani
anorganik adalah tenaga kerja sebanyak 61.82 HKSP. Berdasarkan hasil dari
analisa statistik untuk penggunaan tenaga kerja diperoleh t hitung > t tabel ( (10.52 > 1.71) dengan taraf
kenyataan a = 0.05 % dengan kata lain
bahwasanya t hitung > t tabel sehingga hipotesis yang menyatakan adanya
perbedaan penggunaan tenaga kerja antara petani organik dan petani anorganik
diterima.
6)
Nilai R/C rata-rata keuntungan yang didapat petani organik adalah sebesar
2.27 dan yang didapat petani anorganik
adalah sebesar 1.66. Berdasarkan hasil dari nilai R/C dapat diketahui bahwa
usaha petani organik layak di usahakan karena nilai R/C lebih besar dari satu (
2.27 > 1) dan usaha petani anorganik masih layak di usahakan karena nilai
R/C lebih besar dari satu ( 1.66 > 1)
7)
Nilai total keuntungan yang didapat petani organik adalah sebesar Rp.
4.268.019,44 dan yang didapat petani anorganik adalah sebesar Rp. 1.568.244,00.
Dari perbandingan pendapatan petani organik dan petani anorganik pada padi
sawah maka, pendapatan yang lebih besar adalah pada petani organik. Total
rata-rata keuntungan petani organik dan petani anorganik dapat dilihat selisih
total keuntungannya sebesar Rp.
2.699.775,44
Daftar Pustaka
Arifin
Bustanul, 2007. Diagnosisi Ekonomi
Politik Pangan dan Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Prasetio Y.T,
2006. Budidaya Tanaman Padi Tanpa Olah
Tanah (T.O.T). Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
S. Sabastian Eliyas , 2008. Pertanian Organik. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Soekartawi,
2001. Pembangunan Pertanian Teori dan
Aplikasi. Rajawali Pers, Jakarta.
Soekartawi,
2003. Agribisnis Teori dan Aplikasi.
Rajawali Pers, Jakarta.
Sutanto Rachman,
2002. Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.
TB Tulus, 2003.
Perkembangan Sektor Pertanian Indonesia. Penerbit
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Usman Husaini,
2006. Pengantar Statistika. Bumi Aksara,
Jakarta.
Wartaya Winagun
Y, 2005. Membangun Karakter Petani
Organik Sukses dalam Era Globalisasi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Suratiyah.K.
2008 Ilmu usaha Tani Penerbit Kanisius.Yogyakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)