Mari Berusaha, Berdo'a Kemudian Tawakal

Saya Hanya Manusia Biasa

Sabtu, 05 Januari 2013

Cara Membuat Nata De Coco / Sari Kelapa

Smangat
Cara Membuat Nata De Coco / Sari Kelapa
Tips and Trix


nata_de_coco loyang

1. Alat
a. Panci/Langseng dari stenless
b. Pengaduk/sinduk stenless
c. Kompor
d. Timbangan duduk
e. Gelas ukur
f. Baki plastik
g. Koran penutup
h. Karet pengikat
i. Rak untuk Baki Plastik
j. Muk Ukur
k. Kain Kassa/Saringan Halus
2. Bahan
a. Air Kelapa murni
b. Gula Pasir/putih
c. Za/Urea
d. Cuka Biang
e. Bibit Nata De Coco/Sari Kelapa
Cara Membuat
1. Air kelapa mentah di saring, dan dimasukkan ke dalam dandang/panci ukuran 5 liter/20 liter di masak sampai mendidih 100 derajat celcius, setelah mendidih masukkan gula pasir, untuk dandang/panci 5 liter gula 250 gr, za 0,5 gr, cuka biang 50 cc dan untuk dandang 20 liter x 4 dari dandang/panci 5 liter.
2. Air kelapa yang sudah mendidih yang dicampur dengan gula, za, cuka biang masukan ke dalam baki plastik kira 1,2 liter dan harus dipastikan bahwa baki plastik dalam kondisi bersih dan steril dari bakteri.
3. Baki plastik ditutup dengan menggunakan koran dan pastikan koran pun dalam kondisi steril dari bakteri yang akan mengganggu pertumbuhan nata de coco/sari kelapa, koran harus dijemur dipanas matahari.
4. Baki-baki ditutup rapat dan disusun di atas rak baki secara rapi dan ditiriskan sampai dingin untuk diberi bibit nata de coco
5. Pembibitan dilakukan pada pagi hari sekitar jam 5.30-6.30, hasil pembibitan ditutup kembali
6. Baki hasil pembibitan tidak boleh terganggu apapun, tidak digoyang-goyang, bila ingin melihat hasil nata de koko bisa dilihat pada hari ke 3.
7. Baki hasil pembibitan di biarkan selama satu minggu
8. Pada hari ke 7 silakan dibuka.
nata_de_coco loyang
Panen
Panen nata de coco/sari kelapa dapat dinikmati pada hari ke 7.
Ciri nata de coco yang baik permukaan rata dan halus.
Apabila dari hasil tersebut di permukaannya ada yang berlubang, seperti sisa gunung berapi maka itu dimungkinkan karena baki atau koran yang tidak steril.

TUGAS TERSTRUKTUR MK FISIOLOGI TUMBUHAN AGROTEK

Smangat

TUGAS TERSTRUKTUR MK FISIOLOGI TUMBUHAN AGROTEK TA 2012/2013
1.       CARI JURNAL HASIL PENELITIAN (BUKAN BUKU, MAJALAH, SURAT KABAR, BLOG, WIKIPEDIA  ATAU LAMAN TERTENTU) YANG ISINYA MENGENAI FOTOSINTESIS/FOTORESPIRASI/RESPIRASI/PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN/ZAT PENGATUR TUMBUH.
2.       JURNAL HASIL PENELITIAN ISINYA TERDIRI ATAS:
A.      ADA NAMA JURNALNYA CONTOH: JURNAL BIOTA, JURNAL HAYATI, PHYSIOLOGICAL JOURNAL DAN SEBAGAINYA
B.      ADA NAMA PENULIS, ALAMAT PENULIS DAN ALAMAT KORESPONDENSI PENULIS.
C.      KOMPONEN PENYUSUNNYA TERDIRI ATAS ABSTRAK/ABSTRACT, PENDAHULUAN/INTRODUCTION, METODE/METHOD, HASIL DAN PEMBAHASAN/RESULTS AND DISCUSSION, SIMPULAN/CONCLUSION, DAFTAR PUSTAKA/REFERENCES.
3.       BACA ISINYA DAN KEMUDIAN BUAT RESUMENYA YANG MERUPAKAN INTI DARI PENELITIAN YANG TELAH DILAKUKAN (BUKAN MERINGKAS APA YANG ADA DIJURNAL) MAKSIMAL 1 (SATU) HALAMAN.
4.       RESUME TERSEBUT DIKUMPULKAN DENGAN MELAMPIRKAN JURNAL HASIL PENELITIAN LENGKAP (DARI HALAMAN AWAL SAMPAI AKHIR)
5.       TUGAS INI DIKUMPULKAN PALING LAMBAT TANGGAL 2 JANUARI 2012 JAM 12.00 APABILA LEBIH DARI JADWAL YANG SUDAH DITENTUKAN TIDAK AKAN DINILAI.


Contoh Format Laporan

Smangat

TUGAS TERSTRUKTUR
FISIOLOGI TUMBUHAN (FISTUM)

Pertumbuhan, KandunganKlorofil, danLajuRespirasiTanamanGarut
(MarantaarundinaceaL.)
 




SEMESTER
GANJIL 2012/2013

Oleh :
            Nama     : Kustam
NIM       : A1L111053
Prodi      : Agroteknologi Paralel





DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012

Tugas Fisiologi Tumbuhan Unsoed)

Smangat

Rabu, 28 November 2012

Overview

Overview Selamat yah u/ SMP ku yang sekarang semakin maju n canggih ' Mudah"n dengan adaanya Website ini dapat meningkatkan mutu pembelajaran, terjalin silaturahmi antar siswa, guru dan para alumni untuk kedepan yang Lebih baik  :)  "Amin"
Smangat untuk kita semua...

Senin, 26 November 2012

Bahan Organik Tanah

Smangat

Bahan Organik Tanah

I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bahan organik tanah adalah semua bahan fraksi  bukan mineral yang ditemukan sebagai komponen penyusun tanah. Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis,  yang bersumber dari perubahan uk bentuk dari  sisa tanaman dan binatangyang terdapat didalam tanah, yang dipengaruhi faktor fisika, biologi, kimia (Kononova, 1961).
Menurut stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua senyawa organik yang terdapat didalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik yang larut dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik memiliki peran penting untuk kemampuan tanah dalam  mendukung produktivitas tanaman, sehingga jika bahan organik menurun, maka kemampuan tanah untuk mendukung produktivitas tanaman juga menurun.
Menurunnya  bahan organik adalah sesuatu kerusakan yang sering terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah yang penting bagi masyarakat berkembang, karena intensitasnya cenderung meningkat sehingga terciptanya tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.
Kerusakan tanah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama yaitu: kerusakan sifat fisika tanah, kimia, dan biologi tanah. Kerusakan kimia terjadi karena adanya pemasaman tanah, akumulasi garam-garam (salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa organik dan xeneobonik seperti bahan pestisida dan tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001).
Terjadinya pemasaman tanah karena penggunaan pupuk yang dilakukan secara terus menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990). Kerusakan tanah secara fisik terjadi karena kerusakan struktur tanah sehingga terjadinya pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini terjadi karena kesalahan dalam pengolahan tanah atau karena penggunaan bahan kimia secara terus-menerus.
Kerusakan biologi terjadi karena adanya penyusutan populasi atau berkurangnya biodiversitas organisme tanah, dan terjadi bukan karena kerusakan sendiri, melainkan karena kerusakan lain (fisik atau kimia). Sebagai contoh penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk amonium sulfat dan sulfur coated urea) yang digunakan secara terus menerus selama 20 tahun dapat mengakibatkan pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah akan menurun drastis (Ma et al., 1990).
Kehilangan unsur hara pada daerah  perakaran merupakan fenomena umum pada pertanian dengan masukan rendah. Kemiskinan unsur hara biasanya terjadi pada lahan yang kurang subur tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk organik ataupun pupuk buatan yang memadai. Termasuk dalam kelompok ini kehilangan bahan organik yang lebih cepat dengan penambahannnya adalah pada lapisan atas.
Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan antara penambahan bahan organik dan kehilangan yang terjadi melalui proses dekomposisi sehingga menurunkan kandungan bahan organik didalam tanah.
Tanah- tanah yang sudah rusak akan sulit untuk mendukung produktivitas dan pertumbuhan tanaman. Sehingga dibutuhkan suatau upaya untuk melakukan perbaikan tanah (kandungan bahan organik) agar dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman kembali secara optimal.
Penyedian bahan organik dapat dilakukan yaitu dengan penambahan bahan organik maupun bahan anorganik pada suatu tanah. Pupuk anorganik dapat menyediakan unsur hara dengan cepat. Namun apabila hal itu dilakukan secara terus menerus maka akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada tanah. Sehingga, perlu diadakannya suatu upaya pemasyarakatan tentang pemulihan bahn organik tanah dengan menggunakan pupuk organik, karena pupuk organik berdampak kecil pada kerusakan tanah.

B.Tujuan
Praktikum tentang bahan organik tanah (BOT) memiliki tujuan untuk menentukan kandungan bahan organik suatu tanah. Sehingga kita dapat mengolongkan jenis tanah tersebut.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.Tempat dan Waktu
Praktikum penentuan kandungan bahan organik suatu tanah ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas n Pertanian Universitas Sriwijaya Indalaya.
Praktikum tentang kandungan bahan organik suatu tanah ini dilaksanakan pada tanggal 21 oktober 2010, pada pukul 08.00 WIB.

B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi: erlenmeyer 200 ml, timbangan dua digital 2 desimal, buret 50 ml, gelas ukur 10 ml, pipet ukur 10 ml, pipet ukur 100 ml, pipet tetes, dan sprayer. Untuk bahan yang digunakan yaitu aquades, sampel tanah, Kalium dikromat (K2Cr2O4), Ferous sulfat Fe(NH4)2 7, dan Asam fosfat (H3PO4).

C. Cara kerja
1. Timbang sampel tanah kering udara 0,5 gr, masukkan kedalam erlenmeyer 200 ml
2. Kemudian tambahkan 10 ml kalium dikromat 1 M dengan gelas ukur
3. Selanjutnya digoyang-goyang mendatar dan memutar
4. Tambahkan Asam sulfat pekat 10 ml
5. Masukkan kedalam lemari asam untuk pendinginan selama 30 menit
6. Setelah dingin, tambahkan aquades 100 ml, 5 ml Asam fosfat, dan 2,5 natrium florida.
7. Tambahkan 10 tetes diphenylamine dengan pipet tetes, kemudian dititrasi dengan ferrous sulfat menggunakan magnetic stirrer dan buret sampai berwarna hijau berlian.


II. TINJAUN PUSTAKA
A.Bahan Organik
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis,  yang bersumber dari perubahan uk bentuk dari  sisa tanaman dan binatangyang terdapat didalam tanah, yang dipengaruhi faktor fisika, biologi, kimia (Kononova, 1961).
Menurut stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua senyawa organik yang terdapat didalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik yang larut dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik adalah semua fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai komponen penyusun tanah. Bahan Organik tanah mempunyai peranan dalam penilaian suatu tanah sebagai media tempat tumbuh tanaman. Bahan Organik tanah merupakan pengatur kelembapan dan aerasi, pemantap struktur sumber hara bagi tanaman terutama N,P,S, dan B. Serta meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dan merupakan sumber bagi aktivitas jasad mikro.
Metode penetapan Bahan Organik (BO) telah sejak lama dan banyak diketahui hingga saat ini metode penetapan bisa dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1.Berdasarkan kehilangan bobot karena pemanasan
2. Berdasarkan kadar unsur C
3. Berdasarkan jumlah bahan organik yang mudah teroksidasi
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
B. Sumber Bahan Organik

Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan organik. Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal dari bagian  batuan.
Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN




A.Hasil
Adapun hasil kelompok kami (kelompok II) dari praktikum penetapan bahan organik berdasarkan metode jumlah bahan yang mudah teroksidasi dengan menggunakan sampel tanah sawah. Maka diperolehlah hasil sebagai berikut:
1.Hasil titrasi dengan menggunakan Ferous sulfat diperoleh angka 7
2. Hasil blangko diperoleh hasil 9,8
3. Faktor grafik 0,5 gr
Tabel hasil,.
Nama kelompok
Hasil titrasi
Hasil blangko
Factor grafik (gr)
II
7,0
9,8
0,5

B. Pembahasan
Kami dari kelompok II, dengan hasil diatas maka kandungan bahan organik dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
·         %C – Organik = (1­) x f
·         %B – Organik = % C organik x 1,724
Keterangan:
t = hasil titrasi
b = hasil blangko
f = faktor genetik ( 0,5 gr = 7,8 dan 1 gr = 3,9)
Dari rumus tersebut, maka kita dapat menghitung kandungan bahan organik dari sampel tanah sawah tersebut. Dengan diketahui hasil titrasi (t) yaitu 7, hasil blangko (b) yaitu 9,8, dan faktor grafiknya (f) 0,5 gr = 7,8. Maka dapat dihitung sebagai berikut:
%C – Organik = (1­) x f
%C – Organik = (1 - ) x 7,8
                               =() x 7,8
                          =() x 7,8
                         = 0,29 x 7,8
                           = 2,262

%B – Organik = % C organik x 1,724
                        = 2,262 x  1,724
                        = 3,9
Dari perhitungan diatas maka kami mendapatkan hasil pengujian sampel tanah sawah kandungan % C- organik yaitu 2,262. Dan hasil kandungan bahan organik (%B- Organik) yang terkandung dalam tanah sawah tersebut adalah 3,9.
Hasil diatas dapat dijadikan rujukan untuk pengolahan lahan sawah yang akan digunakan dalam proses produksi. Dengan mengetahui kandungan bahan organik yang terkandung didalamnya, maka kita dapat menentukkan jumlah kebutuhan kadar bahan organik yang ideal untuk lahan sawah.
            Selain itu, dengan mengetahui kandungan bahan organic sawah dengan menggunakan rumus tersebut diatas, maka kita dapat menentukkan seberapa ideal kandungan bahan organik pada tanah sawah. Karena kandungan bahan organic pada tanah sawah akan mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas dari tanah tersebut terhadap tanaman.


V. KESIMPULAN DAN SARAN


A.Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka kita dapat menyimpulkan sebagai berikut;
1. Persentase kandungan C-organik pada tanah sawah yaitu 2,262
2. Persentase Kandungan bahan organik tanah sawah yaitu 3,9
3. Hasil blangko dari pengujian bahan organik yaitu 9,8
4. Faktor grafiknya yaitu 9,8, karena berat bahan yang digunakan yaitu 0,5 gr
5. Setiap jenis tanah memiliki kandungan bahan organik yang berbeda

B.Saran
Dalam pengujian bahan organik suatu tanah ada beberapa hal yang perlu diperhatikanyaitu: tanah yang digunakan dalam praktikum kimia pertanian tentang penetetapan pH suatu tanah harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: tanah dalam bentuk tekstur yang halus, tanah kering udara, dan gunakan prinsip kerja pengujian (tata cara, takaran dan penggunaan bahan kimia) yang tepat dan benar yang sesuai dengan kaidah praktikum pengujian.











DAFTAR PUSTAKA
Ø  Sutanto,rachman.2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah (konsep dan kenyataan).Yogyakarta. KANISIUS
Ø  Sutedjo, mul mulyani & Kartasapoetra A.G.2002. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta.RINEKA CIPTA
Ø  Sutanto, rachman.2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta. KANISIUS

Smangat

Bahan Organik Tanah

I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bahan organik tanah adalah semua bahan fraksi  bukan mineral yang ditemukan sebagai komponen penyusun tanah. Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis,  yang bersumber dari perubahan uk bentuk dari  sisa tanaman dan binatangyang terdapat didalam tanah, yang dipengaruhi faktor fisika, biologi, kimia (Kononova, 1961).
Menurut stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua senyawa organik yang terdapat didalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik yang larut dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik memiliki peran penting untuk kemampuan tanah dalam  mendukung produktivitas tanaman, sehingga jika bahan organik menurun, maka kemampuan tanah untuk mendukung produktivitas tanaman juga menurun.
Menurunnya  bahan organik adalah sesuatu kerusakan yang sering terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah yang penting bagi masyarakat berkembang, karena intensitasnya cenderung meningkat sehingga terciptanya tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.
Kerusakan tanah secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama yaitu: kerusakan sifat fisika tanah, kimia, dan biologi tanah. Kerusakan kimia terjadi karena adanya pemasaman tanah, akumulasi garam-garam (salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa organik dan xeneobonik seperti bahan pestisida dan tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001).
Terjadinya pemasaman tanah karena penggunaan pupuk yang dilakukan secara terus menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990). Kerusakan tanah secara fisik terjadi karena kerusakan struktur tanah sehingga terjadinya pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini terjadi karena kesalahan dalam pengolahan tanah atau karena penggunaan bahan kimia secara terus-menerus.
Kerusakan biologi terjadi karena adanya penyusutan populasi atau berkurangnya biodiversitas organisme tanah, dan terjadi bukan karena kerusakan sendiri, melainkan karena kerusakan lain (fisik atau kimia). Sebagai contoh penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk amonium sulfat dan sulfur coated urea) yang digunakan secara terus menerus selama 20 tahun dapat mengakibatkan pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah akan menurun drastis (Ma et al., 1990).
Kehilangan unsur hara pada daerah  perakaran merupakan fenomena umum pada pertanian dengan masukan rendah. Kemiskinan unsur hara biasanya terjadi pada lahan yang kurang subur tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk organik ataupun pupuk buatan yang memadai. Termasuk dalam kelompok ini kehilangan bahan organik yang lebih cepat dengan penambahannnya adalah pada lapisan atas.
Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan antara penambahan bahan organik dan kehilangan yang terjadi melalui proses dekomposisi sehingga menurunkan kandungan bahan organik didalam tanah.
Tanah- tanah yang sudah rusak akan sulit untuk mendukung produktivitas dan pertumbuhan tanaman. Sehingga dibutuhkan suatau upaya untuk melakukan perbaikan tanah (kandungan bahan organik) agar dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman kembali secara optimal.
Penyedian bahan organik dapat dilakukan yaitu dengan penambahan bahan organik maupun bahan anorganik pada suatu tanah. Pupuk anorganik dapat menyediakan unsur hara dengan cepat. Namun apabila hal itu dilakukan secara terus menerus maka akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada tanah. Sehingga, perlu diadakannya suatu upaya pemasyarakatan tentang pemulihan bahn organik tanah dengan menggunakan pupuk organik, karena pupuk organik berdampak kecil pada kerusakan tanah.

B.Tujuan
Praktikum tentang bahan organik tanah (BOT) memiliki tujuan untuk menentukan kandungan bahan organik suatu tanah. Sehingga kita dapat mengolongkan jenis tanah tersebut.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.Tempat dan Waktu
Praktikum penentuan kandungan bahan organik suatu tanah ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas n Pertanian Universitas Sriwijaya Indalaya.
Praktikum tentang kandungan bahan organik suatu tanah ini dilaksanakan pada tanggal 21 oktober 2010, pada pukul 08.00 WIB.

B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi: erlenmeyer 200 ml, timbangan dua digital 2 desimal, buret 50 ml, gelas ukur 10 ml, pipet ukur 10 ml, pipet ukur 100 ml, pipet tetes, dan sprayer. Untuk bahan yang digunakan yaitu aquades, sampel tanah, Kalium dikromat (K2Cr2O4), Ferous sulfat Fe(NH4)2 7, dan Asam fosfat (H3PO4).

C. Cara kerja
1. Timbang sampel tanah kering udara 0,5 gr, masukkan kedalam erlenmeyer 200 ml
2. Kemudian tambahkan 10 ml kalium dikromat 1 M dengan gelas ukur
3. Selanjutnya digoyang-goyang mendatar dan memutar
4. Tambahkan Asam sulfat pekat 10 ml
5. Masukkan kedalam lemari asam untuk pendinginan selama 30 menit
6. Setelah dingin, tambahkan aquades 100 ml, 5 ml Asam fosfat, dan 2,5 natrium florida.
7. Tambahkan 10 tetes diphenylamine dengan pipet tetes, kemudian dititrasi dengan ferrous sulfat menggunakan magnetic stirrer dan buret sampai berwarna hijau berlian.


II. TINJAUN PUSTAKA
A.Bahan Organik
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis,  yang bersumber dari perubahan uk bentuk dari  sisa tanaman dan binatangyang terdapat didalam tanah, yang dipengaruhi faktor fisika, biologi, kimia (Kononova, 1961).
Menurut stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua senyawa organik yang terdapat didalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik yang larut dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik adalah semua fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai komponen penyusun tanah. Bahan Organik tanah mempunyai peranan dalam penilaian suatu tanah sebagai media tempat tumbuh tanaman. Bahan Organik tanah merupakan pengatur kelembapan dan aerasi, pemantap struktur sumber hara bagi tanaman terutama N,P,S, dan B. Serta meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dan merupakan sumber bagi aktivitas jasad mikro.
Metode penetapan Bahan Organik (BO) telah sejak lama dan banyak diketahui hingga saat ini metode penetapan bisa dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1.Berdasarkan kehilangan bobot karena pemanasan
2. Berdasarkan kadar unsur C
3. Berdasarkan jumlah bahan organik yang mudah teroksidasi
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
B. Sumber Bahan Organik

Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan organik. Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal dari bagian  batuan.
Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN




A.Hasil
Adapun hasil kelompok kami (kelompok II) dari praktikum penetapan bahan organik berdasarkan metode jumlah bahan yang mudah teroksidasi dengan menggunakan sampel tanah sawah. Maka diperolehlah hasil sebagai berikut:
1.Hasil titrasi dengan menggunakan Ferous sulfat diperoleh angka 7
2. Hasil blangko diperoleh hasil 9,8
3. Faktor grafik 0,5 gr
Tabel hasil,.
Nama kelompok
Hasil titrasi
Hasil blangko
Factor grafik (gr)
II
7,0
9,8
0,5

B. Pembahasan
Kami dari kelompok II, dengan hasil diatas maka kandungan bahan organik dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
·         %C – Organik = (1­) x f
·         %B – Organik = % C organik x 1,724
Keterangan:
t = hasil titrasi
b = hasil blangko
f = faktor genetik ( 0,5 gr = 7,8 dan 1 gr = 3,9)
Dari rumus tersebut, maka kita dapat menghitung kandungan bahan organik dari sampel tanah sawah tersebut. Dengan diketahui hasil titrasi (t) yaitu 7, hasil blangko (b) yaitu 9,8, dan faktor grafiknya (f) 0,5 gr = 7,8. Maka dapat dihitung sebagai berikut:
%C – Organik = (1­) x f
%C – Organik = (1 - ) x 7,8
                               =() x 7,8
                          =() x 7,8
                         = 0,29 x 7,8
                           = 2,262

%B – Organik = % C organik x 1,724
                        = 2,262 x  1,724
                        = 3,9
Dari perhitungan diatas maka kami mendapatkan hasil pengujian sampel tanah sawah kandungan % C- organik yaitu 2,262. Dan hasil kandungan bahan organik (%B- Organik) yang terkandung dalam tanah sawah tersebut adalah 3,9.
Hasil diatas dapat dijadikan rujukan untuk pengolahan lahan sawah yang akan digunakan dalam proses produksi. Dengan mengetahui kandungan bahan organik yang terkandung didalamnya, maka kita dapat menentukkan jumlah kebutuhan kadar bahan organik yang ideal untuk lahan sawah.
            Selain itu, dengan mengetahui kandungan bahan organic sawah dengan menggunakan rumus tersebut diatas, maka kita dapat menentukkan seberapa ideal kandungan bahan organik pada tanah sawah. Karena kandungan bahan organic pada tanah sawah akan mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas dari tanah tersebut terhadap tanaman.


V. KESIMPULAN DAN SARAN


A.Kesimpulan
Dari uraian diatas, maka kita dapat menyimpulkan sebagai berikut;
1. Persentase kandungan C-organik pada tanah sawah yaitu 2,262
2. Persentase Kandungan bahan organik tanah sawah yaitu 3,9
3. Hasil blangko dari pengujian bahan organik yaitu 9,8
4. Faktor grafiknya yaitu 9,8, karena berat bahan yang digunakan yaitu 0,5 gr
5. Setiap jenis tanah memiliki kandungan bahan organik yang berbeda

B.Saran
Dalam pengujian bahan organik suatu tanah ada beberapa hal yang perlu diperhatikanyaitu: tanah yang digunakan dalam praktikum kimia pertanian tentang penetetapan pH suatu tanah harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: tanah dalam bentuk tekstur yang halus, tanah kering udara, dan gunakan prinsip kerja pengujian (tata cara, takaran dan penggunaan bahan kimia) yang tepat dan benar yang sesuai dengan kaidah praktikum pengujian.











DAFTAR PUSTAKA
Ø  Sutanto,rachman.2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah (konsep dan kenyataan).Yogyakarta. KANISIUS
Ø  Sutedjo, mul mulyani & Kartasapoetra A.G.2002. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta.RINEKA CIPTA
Ø  Sutanto, rachman.2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta. KANISIUS