Mari Berusaha, Berdo'a Kemudian Tawakal

Saya Hanya Manusia Biasa

Senin, 14 Januari 2013

BAB I PENDAHULUAN PENGERTIAN DAN LINGKUP AGRONOMI I.1 Pengertian Agronomi dapat diistilahkan

Smangat

      
BAB I
PENDAHULUAN
PENGERTIAN DAN LINGKUP 
     
BAB I
PENDAHULUAN
PENGERTIAN DAN LINGKUP AGRONOMI
               
I.1
Pengertian
   
Agronomi dapat diistilahkan sebagai produksi tanaman, dan diartikan suatu usaha pengelolaan tanaman dan lingkungannya untuk memperoleh hasil sesuai tujuan. Ada dua tujuan, yaitu memaksimalkan output atau meminimalkan input agar kelestarian lahan tetap terjaga.

Pada awal kehidupan manusia di bumi, hanya hidup dari mencari makan dari hasil hutan secara langsung. Perkembangan berikutnya, semakin banyak anggota kelompoknya, lalu ada tempat untuk menetap dan mulai bercocok tanam di lahan sekitar tempat tinggalnya dan mulai memelihara ternak dan terbentuklah pekarangan.

Setelah itu, berkembang untuk membuka lahan di hutan untuk bercocok tanam, sehingga hanya dapat ditanami beberapa tahun lalu pindah tempat, sering dikenal dengan lahan berpindah.

Semakin bertambahnya penduduk, sistem-sistem tersebut tidak dapat dipertahankan, lalu berusaha untuk tetap mempertahankan tingkat kesuburan tanahnya dan mulai dikenal teknik budidaya (agronomi).

Ketidakseimbangan penambahan jumlah penduduk dibanding penambahan hasil pangan menjadi persoalan yang dipelajari oleh bidang Agronomi. Antara lain usahanya dengan perluasan lahan, penggunaan varietas unggul, peningkatan manajemen dalam berbagai tindak agronomi dan pelaksanaanya.
                I.2 Lingkup Agronomi        
Sejak dari bidang pemuliaan, sampai pengelolaan tanaman dan hal sangat luas, sejak benih tumbuh sampai pengelolaan lingkungannya. (baca lebih lengkap)
                BAB II
TANAMAN PERTANIAN, PENGERTIAN PERTANIAN PERKEMBANGAN PERTANIAN,
DEFINISI AGRONOMI DAN SISTEM PERTANIAN DI INDONESIA                 II.1 Tanaman Pertanian        
Tanaman sebagai penghasil bahan pangan, bahan sandang, bahan bangunan, bahan bakar dan lain-lain. Tanaman pertanian dalam arti luas adalah segala tanaman yang digunakan oleh manusia untuk tujuan apapun (Setyati, 1982) Sehingga mempunyai makna, yang berguna secara ekonomi maupun kehidupan manusia. Jumlah spesies sangat banyak ± 1000 -2000. Kira-kira 10 % penting di perdagangan dunia. Khusus untuk penghasil pangan lada 15 spesies.
                II.2  Pengertian Pertanian        
Salah satu sektor perekonomian adalah pertanian, yang merupakan penerapan akal dan karya manusia melalui pengendalian proses produksi biologis tumbuh-tumbuhan dan hewan, sehingga lebih bermanfaat bagi manusia. Tanaman dapat diibaratkan sebagai pabrik primer karena dengan memakai bahan dasar langsung dari a1am dapat menghasilkan bahan organik yang bermanfaat bagi manusia baik langsung maupun tidak langsung.
       

      II.3  Perkembangan Pertanian        
Perkembangan pertanian berhubungan erat dengan perkembangan dari setiap kondisi masyarakatnya. Contoh :
1. Primitif masih dengan sistem berburu dengan mengumpulkan hasil hutan.
2. Masyarakat yang sudah lebih maju misalnya didapatkannya api berpengaruh terhadap perkembangan pertanian.
3. Setelah mengenal manajemen sederhana, juga berpengaruh dalam usaha peningkatan kualitas tanaman dan hewan, dimulai dari     penjinakan, seleksi dan sampai ke adaptasi.
       

      II.4  Definisi dan Pengertian Agronomi        
Sadjad (1976) Agronomi sebagai cabang ilmu-ilmu pertanian yang mencakup pengelolaan lapang produksi dan menghasilkan produksi maksimum. Setyati (1982) Ilmu Agronomi merupakan ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungannya untuk memperoleh produksi maksimum. Produksi maksimum bermakna baik kuantitatif maupun kualitatif.
Pengelolaan dilakukan pada berbagai tingkatan dari sederhana sampai maju, dan pada saatnya tingkat efektivitas dan efisiensi temyata dipengaruhi oleh tingkat budaya manusianya.
       

      II.5 Sistem Pertanian di Indonesia         Berdasar tingkat efisiensi teknologi yang diterapkan, ada beberapa sistem : (baca lebih lengkap)
  1. Sistem ladang : belum berkembang, pengelolaan sangat sedikit,  produktivitasnya tergantung lapisan humus awal.
  2. Sistem tegal pekarangan : di lahan kering , pengelolaannya masih rendah , terdapat tanaman campuran, baik tahunan maupun musiman.
  3. Sistem sawah : teknik budidaya tinggi , sistem pengelolaan yang sudah baik (tanah, air dan tanaman), stabilitas kesuburannya lebih baik.
  4. Sistem perkebunan : khusus tanaman perkebunan yang menghasilkan bahan-bahan yang dapat diekspor, tingkat manajemen sudah maju.
       
         
     
BAB III
PANGAN DAN KEBUTUHAN MANUSIA
                III.1  Pengertian Pangan        
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air , baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman ( UU RI No. 7 th.1996 tentang Pangan ). Dan gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tanamannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.

Bagi tumbuhan, pangan disintesis sendiri dengan energi sinar matahari, mikro organisme hanya memerlukan sumber energi yang sederhana. Untuk hewan memerlukan pangan antara lain berupa tanaman dalam bentuk molekul yang komplek.

Kekurangan pangan, dapat menimbulkan akibat yang sulit ditoleransi, terutama pada anak-anak balita sehingga masalah pangan menjadi sangat penting dan menentukan tingkat kesehatan (fisik, mental, sosial).

Kekurangan pangan di Indonesia muncul dalam bentuk: (1) Kekurangan kalori-protein (KKP) ; (2) Kekurangan vitamin A ; (3) Gondok endemik dan kretinin ; (4) Anemia gizi (kekurangan zat besi).

Kekurangan pangan dan gizi, terutama pada balita dapat menurunkan kualitas manusianya, sehingga kualitas SDM dapat sangat terbatas.

Kebijakan pemerintah yang semula dengan program B1MAS, INMAS, INSUS, kemudian SUPRA INSUS ; Peningkatan nilai gizi konsumsi pangan melalui pogram perbaikan menu makanan rakyat (PMMR) serta penganekaragaman bahan makanan yang bergizi.

Setelah adanya UU RI No. 7 th.1996 tentang Pangan, Pemerintah mengenai pangan dicanangkan dengan program ketahanan pangan yang mempunyai makna : Suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman merata dan terjangkau.
       

      III.2  Kebutuhan Kalori Bagi Manusia        
Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Kebutuhan pangan bagi manusia, sebetulnya sukar ditentukan dan sangat tergantung pemilihan bahan jumlah dan kondisinya. Tingkat efisiensi dalam tubuh sangat tergantung komposisi, sistem pencernaan, ukuran tubuh, jenis pekerjaan, umur juga tingkat kesehatan manusianya.

Di Indonesia saat ini menetapkan ketahanan pangan sebagai programnya yang bertujuan : (1) Menjamin ketersediaan pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan; (2) Harga terjangkau bagi setiap keluarga ; (3) Dengan memperhatikan pendapatan petani, peternak dan nelayan. Kebutuhan manusia akan menu pangan tergantung antara lain pada umur, misalnya : (1) Balita membutuhkan menu yang berkualitas tinggi dengan kuantitas yang cukup; (2) Manusia usia efektif memerlukan menu berkualitas cukup dengan kuantitas sesuai dengan pekerjaannya; (3) Manula kebutuhan menu disesuaikan kondisinya.

Visi program ketahanan pangan : (1) Ketersediaan pangan yang cukup, merata, aman, dan terjangkau ; (2) Optimasi sumber daya domestik melalui intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi ; (3) Pengolahan pangan (agroindustri) agar pendapatan meningkat ; (4) Sistem distribusi pangan ; (5) Keanekaragaman pangan ; (6) Taraf hidup meningkat.

Program BIMAS, INMAS, INSUS, SUPRA INSUS dan yang terakhir SUPRA INSUS + CORPORATE FARMING telah berhasil mewujudkan swasembada beras tahun 1984 namun mengalami fluktuasi sampai dewasa ini.

Penyebab fluktuasi tersebut antara lain: (1) Iklim ; (2) Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ; (3) Bencana alam ; (4) Krisis moneter ; (5) Lahan produktif yang menurun ; (6) Penerapan teknik budidaya yang belum ramah lingkungan ; (7) Seringkali kurang adanya keperpihakan pada petani.

Permasalahan umum yang dihadapi antara lain : (1) Jumlah penduduk masih meningkat ; (2) Masih ada alih fungsi tanah produktif di Jawa; (3) Bergesernya konsumsi dari beras ke non beras ; (4) Tuntutan kualitas dan kuantitas lebih besar ;   (5) Rusaknya keseimbangan hayati ; (6) Makin menyempitnya areal hutan terutama di Jawa.
(baca lebih lengkap)
               
BAB IV
ENERGI DAN PRODUKSI PERTANIAN
       

       
Pertanian pada dasamya berhubungan dengan perubahan energi matahari ke dalam bentuk bahan pangan maupun serat.
      IV.1  Penggunaan energi untuk kegiatan tanaman      
Energi matahari merupakan sumber utama hubungannnya dengan pertumbuhan tanaman, sembilan puluh persen bahan kering tanaman pertanian berasal dari perubahan carbon melalui proses fotosintesis yang tergantung cahaya. Belakangan ini banyak ahli biologi yang mencoba menghitung produktivitas tanaman dengan memperhatikan penangkapan energi matahari dan pengubahannya ke energi kimia melalui proses fotosintesis. Bahan dan hasil akhir proses fotosintesis ditulis sebagai berikut :
                            ( energi cahaya 673.000 kalori + klorofil )
6CO2 + 12H2O ————————————————————— > C6H12O6 + 6O2 + 6H2O
Energi cahaya matahari yang digunakan berasal dari panjang gelombang   0,4 - 0,7 mikron. Efisiensi fotosintesis dipengaruhi oleh laju fotosintesis.

Laju fotosintesis akan meningkat dengan meningkatnya cahaya sampai batas-batas tertentu, walaupun laju fotosintesis meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya, tetapi peningkatannya lambat sehingga efisiensi penangkapan cahaya menurun.  Apabila intensitas cahaya tinggi secara relatif lebih banyak cahaya tegak yang dipantulkan oleh daun-daun. Masuknya cahaya ke tajuk tanaman dipengaruhi oleh sudut datangnya sinar dan susunan daun, tajuk yang ideal untuk distribusi cahaya mempunyai susunan daun merata, pada bagian atas tajuk mempunyai daun-daun lebih tegak dan lebih kecil sedang daun-daun bawah tersusun secara horizontal.
                IV.2
Konsep aliran energi dalam pertanian
       
Dengan menganggap tanaman sebagai alat penangkap, perubah dan penyimpan energi, maka timbul usaha menaikkan efisiensi dan produktivitas tanaman.

Didaerah yang padat tanaman, beberapa faktor lingkungan segera menjadi berkurang, cahaya, kelembaban tanah dan unsur hara. Hal ini merupakan faktor pembatas dalam pertanian, pemupukan merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan produksi.
Efisiensi pertanian dapat diperoleh dengan pcrbaikan tanaman melalui pemuliaan tanaman.

Salah satu usaha untuk memperluas alat penangkap energi dengan memperpanjang musim tanam misalnya menggunakan rumah kaca untuk tanaman yang memungkinkan input teknologi dan modal besar seperti tanaman hortikultura di daerah iklim sedang.
Usaha mempengaruhi laju fotosintesis dengan cara pertukaran CO 2 antara dedaunan dan atmosfer di sekitarnya. Di wilayah yang sebelumnya angin kurang diperhatikan, hasil jagung dapat ditingkatkan bila barisan tanaman diarahkan tegak lurus arah angin, sehingga pucuk tanaman tertiup angin dan terjadi perputaran dan pencampuran udara.
(baca lebih lengkap)
               
BAB V
STRUKTUR MORFOLOGI DAN FUNGSI TANAMAN
                  Tanaman biasanya terdiri dari bagian akar yang berada di bawah permukaan tanah dan pucuk (shoot) yang berada di atas tanah.     V.1  Akar        
Akar biasanya 1/3 berat kering seluruh tubuh tanaman. Akar beradaptasi untuk tugasnya yaitu absorbsi, pengukuhan tegaknya tanaman dan tempat penyimpan. Percabangan akar komplek dan tidak teratur karena tidak berbuku serta permukaannya luas. Bila akar primer menjadi akar utama disebut akar tunggang dan bila akar primer berhenti tumbuh digantikan akar adventif membentuk akar serabut. Umumnya tanaman dengan sistem akar serabut, berakar dangkal dan peka terhadap kekeringan tetapi responnya cepat terhadap variasi pemupukan. Spesies tanaman tertentu akarnya membesar dan berdaging sebagai hasil penyimpan pangan dalam bentuk pati dan gula.
                V.2  Pucuk        
Pucuk (Shoot) merupakan sumbu  tengah dengan embelan-embelan. Batang (sumbu tengah) yang menyokong dedaunan yang menghasilkan pangan dan menghubungkan akar yang mengabsorbsi air dan hara.

Bentuk tanaman tegak dan batang kaku yang memiliki satu titik tumbuh aktif dianggap bentuk normal, sedang bentuk lain dianggap penyimpangan. Modittkasi batang, hal ini sangat berbeda dari morfologi aslinya, tetapi struktumya masih seperti batang yaitu memiliki buku, daun (atau struktur seperti sisik dan berfungsi dalam pengangkutan dan penyimpanan, modifikasi batang diatas tanah (crown, spur) dan dibawah tanah ( bulb, corn, rhizome, tuber, dsb). Banyak modifikasi ini berisi sejumlah cadangan makanan yang penting untuk pembiakan tanaman.

Kuncup (tunas = bud) yaitu batang yang bersifat embrionik. Kuncup merupakan sumber potensial bagi pertumbuhan selanjutnya. Kuncup dapat menghasilkan daun, bunga atau keduanya disebut kuncup daun, kuncup bunga dan keduanya.

Daun pada tanaman tingkat tinggi merupakan alat fotosintesis, lembaran daun merupakan embelan pipih pada batang sehingga memperluas permukaan untuk absorbsi cahaya. Struktur anatomi sistem pembuluh dalam daun terdiri dan urat daun yang bercabang-cabang, percabangan urat daun pada dikotyl seperti jala sedang pada monokotyl sejajar.

Bunga menunjukkan baik struktur maupun ukurannya. Sepal (calyx) yaitu kelopak bunga yang menutupi bunga sewaktu masih kuncup. Petal (Corolla) yaitu mahkota bunga.

Stamen yaitu alat reproduksi jantan tersusun dari anther yang berisi tepung sari. Tepung sari dewasa dikeluarkan lewat dinding anther yang pecah. Pistil (terdiri dari satu atau beberapa carpel ) yaitu alat reproduksi betina, biasanya mengandung ovule dan ovary yang mendukung style yang pucuknya membesar disebut stigma. Ovule akan berkembang menjadi biji sedang ovary dewasa menjadi buah. Bunga yang terdiri dari Sepal, Petal, Stamen dan Fistil disebut bunga lengkap.

Buah secara botani menunjukkan ovary dewasa dan bagian lain dari bunga yang berhubungan dengannya. Pengelompokkan buah dapat menurut jumlah, dinding ovary yang terdapat dalam struktur tersebut. Buah tunggal, tersusun dari ovary tunggal. Dinding ovary atau Pericarp terdiri dari Rxocarp (terluar), Mesocarp (tengah), Endocarp(terdalam). Buah tunggal bila seluruh pericarpnya berdaging disebut buah berry atau  buahberi. Buah berry yang kulit luarnya keras (exocarp) disebut Pepo. Buah tunggal berdaging yang memiliki endocarp seperti batu dikenal sebagai drupe atau buah batu. Buah kering yaitu buah yang seluruh kulitnya menjadi kering dan keras sewaktu masak, buah kering yang kulitnya merekah waktu masak misalnya Polong pada legume, buah kering yang pericarpnya menjadi satu dengan biji disebut caryopsis. Buah majemuk, berasal dari bunga yang memiliki banyak Fistil pada Receptacle yan sama. Buah individual dari buah majemuk pada arbei (strobery), bagian berdaging yang dimakan yaitu Receptaclenya.
                V.3 Biji        
Biji pada hakekatnya tanaman mini dalam keadaan perkembangan terkekang. Biji yaitu ovule yang masak mengandung embrio dan cadangan makanan dengan integument terdiferensiasi menjadi testa. Kebanyakan biji mengandung suplai makanan yang berasal dari jaringan endosperm (jagung) dan pada yang lain kotiledon bertindak sebagai alat penyimpan makanan. Perkecambahan biji menunjukkan perubahan pertumbuhan terkekang menjadi pertumbuhan aktif. (baca lebih lengkap)
                BAB VI
PERTUMBUHAN , PERKEMBANGAN TANAMAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN
       

      IV.1 Pertumbuhan Tanaman        
Pertumbuhan menunjukkan pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik yang mencerminkan pertambahan protoplasma mungkin karena ukuran dan jumlahnya bertambah. Pertambahan protoplasma melalui reaksi dimana air , C02, dan garam-garaman organik dirubah menjadi bahan hidup yang mencakup; pembentukan karbohidrat (proses tbtosintesis), pengisapan dan gerakan air dan hara (proses absorbs dan translokasi), penyusunan perombakan protein dan lemak dari elemen C dari persenyawaan organik (proses metabolisme) dan tenaga kimia yang dibutuhkan didapat dari respirasi.
       
      IV.2  Perkembangan Tanaman        
Perkembangan mencakup diferensiasi sel dan ditunjukkan oleh perubahan yang lebih tinggi menyangkut spesialisasi anatomi dan fisiologi. Perkembangan dari tanaman bersel banyak, terlaksana dengan proses mitosis, sel-sel tertentu berperan dalam mengatur diferensiasi, pengaturan ini berlangsung dengan media "utusan kimia" yang ditunjukkan oleh pengatur pertumbuhan.

Pengatur pertumbuhan adalah zat organik yang keaktifannya jauh berlipat seperti hormon yang dikenal adalah auksin, giberelin, dan citokinin. Perpanjangan sel, contoh dari diferensiasi anatomi yang secara langsung dipengaruhi oleh konsentrasi auksis, fototropisme, pembengkokan ke arah cahaya dari kecambah akibat penyebaran auxin yang tidak merata dan penghambatan sintesa auxin pada titik tumbuh oleh cahaya. Dominasi pucuk yaitu  penghambatan pada pertumbuhan tunas dibawahnya, nampaknya merupakan fungsi dari distribusi auxin. Giberelin ditemukan dari studi mengenai pertumbuhan yang berlebihan dari padi yang diserang suatu jenis cendawan.

Pengaruh pertumbuhan pada banyak tipe tanaman roset. Pemberian sedikit saja mengubah tipe semak ke tipe menjalar, pengaruh proses perkembangan terutama yang dikendalikan oleh suhu dan cahaya termasuk dormansi biji.

Sitokinin kelompok zat kimia yang mempengaruhi pembelahan sel. Kebanyakan sitokinin adalah purin. Banyak kinin ditemukan dalam penelitian menyangkut kultur jaringan. Sel-sel yang sudah tidak membelah, bila diberi kinetin dapat membelah lagi. Kinin dan auksin berinteraksi dalam mempengaruhi diferensiasi. Konsentrasi auksin tinggi dan kinin rendah menimbulkan perkembangan tunas. Sitokinin terdapat dalam buah dan biji (misalnya endosperm jagung dan air kelapa)
                IV.3  Fase -fase pertumbuhan dan karbohidrat        
Fase vegetatif ; terutama perkembangan akar, batang dan daun. Fase ini berhubungan dengan 3 proses : pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama diferensiasi.

Pembelahan sel, memerlukan karbohidrat dalam jumlah besar, karena dinding sel terbentuk dari selulosa dan protoplasmanya dari gula. Pembelahan sel terjadi dalam jaringan merismatis pada titik tumbuh batang daun ujung akar dan kambium.

Perpanjangan sel terjadi pada pembesaran sel, proses ini membutuhkan ; (1) Pemberian air; (2) Hormon untuk merentangkan dinding sel; (3) Tersedianya gula.

Fase reproduktif: terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan struktur penyimpan makanan.

Fase ini berhubungan dengan proses: (l) Pembelahan sel relatif sedikit ; (2) Pendewasaan jaringan; (3) Penebalan serabut ; (4) Pembentukan hormon untuk perkembangan kuncup bunga ; (5) Perkembangan kuncup bunga, buah dan biji serta alat penyimpan ; (6) Pembentukan koloid hidrofilik.

Fase reproduktif ini memerlukan suplai karbohidrat, sehingga karbohidrat yang digunakan untuk perkembangan akar, batang, dan daun sebagian disisakan untuk perkembangan bunga, buah dan biji serta alat penyimpan.

Perimbangan rase vegetatif, reproduktif dan tipe pertumbuhan.

Umumnya semua tanaman memerlukan dominansi dari fase vegetatif selama tahap semai. Setelah tahap ini, dapat dibedakan ke dalam 3 kelompok :
  1. Tanaman berbatang basah yang memerlukan dominansi fase vegetatif selama tahap pertama hidupnya dan dominansi fase reproduktif selama masa akhir hidupnya.
  2. Tanaman berbatang basah yang tidak memerlukan dominansi dari kedua kedua fase vegetatif maupun reproduktif
  3. Tanaman berkayu yang memeriukan dominansi fase vegetatif selama tahap pertama tiap musim dan dominansi fase reproduktif selama bagian akhir musim.
    IV.4  Faktor Lingkungan Dalam Kehidupan Tanaman        
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman ialah faktor tanah, suhu, dan cahaya.       Peranan tanah tergantung pada kondisi mineral organik, bahan organik tanah, organisme tanah, atmosfer tanah dan air tanah. Dalam hal ini tingkat kesuburan tanah (kimiawi, fisik, dan biologis) sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman.

Peranan suhu sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi dalam tubuh tanaman. Misalnya suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Kecepatan reaksi kimia sangat dipengaruhi suhu, suhu makin tingg dalam batas tertentu reaksi makin cepat. Disamping itu suhu juga berpengaruh pada kestabilan sistem enzim.

Cahaya matahari sebagai sumber energi primer di muka bumi, sangat menentukan kehidupan dan produksi tanaman. Pengaruh cahaya tergantung mutu berdasarkan panjang gelombang (antara panjang gelombang 0,4 – 0,7 milimikron). Sebagai sumber energi  pengaruh cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya maupun lama penyinaran (panjang hari). Reaksi cahaya dari tanaman (fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisitas) didasarkan atas reaksi fotokimia yang dilaksanakan oleh sistem pigmen spesifik.
(baca lebih lengkap)
                BAB VII
PEMBIAKAN TANAMAN
                 
Tanaman perlu pembiakan dalam rangka mempertahankan jenisnya dan peningkatan produksinya. Ada dua cara pembiakan tanaman ialah: (1) Secara generatif/reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman; (2) Secara vegetatif (secara tak kawin) dengan menggunakan organ vegetatif.
    VII.1 
Pembiakan Generatif
     
Pembentukan biji melalui proses penyerbukan (jatuhnya tepung sari pada kepala putik) kemudian dilanjutkan dengan pembuahan (peleburan antara gamet jantan dari tepung sari dan gamet betina dari putik).

Dalam kontek  agronomi, benih sebagai bahan tanaman merupakan biji yang diproduksi, diproses, dan diuji dengan metode standar sehingga memenuhi persyaratan sebgai bahan tanaman. Peran teknologi benih (merupakan rangkaian kegiatan sejak produksi, pemanenan, pengeringan, pengolahan/prosesing, pengujian sampai dengan sertifikasi benih) sangat strategis dalam rangka penyediaan benih bermutu dalam jumlah dan saat yang dibutuhkan.

Sungguh disayangkan di Indonesia sampai dewasa ini perhatian sebagian besar masih terbatas pada benih ortodok, sedangkan perhatian pada benih rekalsitran masih reatif terbatas. Padahal mengingat keanekaragaman tanaman buah-buahan tropik yang ada, sangat potensial untuk dikembangkan.
                VII.2  Pembiakan Vegetatif        
          Cara pembiakan vegetatif meliputi: (1) Secara alami dengan penggunaan biji apomiktik (terbentuk tanpa pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan penggunaan organ-organ khusus tanaman (hasil modifikasi batang atau akar, misalnya: bulb, tuber, rhizome, dll); (2) Secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah ”layerage”, ”cuttage”, atau setek, penyambungan tanaman dan kultur jaringan.
           Pada ”layerage” stimulasi saat organ vegetatif masih bersatu dengan tanaman, misalnya, ”layerage” di atas tanah (cangkokan). Stimulasi pada setek saat organ vegetatif sudah dipisahkan dari tanaman, misalnya setek akar, setek batang, setek daun, dan setek tunas/mata tunas.
           Pengertian penyambungan adalah menyambung suatu bagian tanaman (pupuk/mata tunas) pada bagian tanaman lain sehingga menyatu dan tumbuh menjadi tanaman baru. Penyambungan tanaman bisa dalam bentuk ”grafting” (batang atas berupa pucuk), ”budding atau okulasi” (batang atas berupa mata tunas), susuan (saat penyambungan batang bawah dan atas masih pada tanaman masing-masing.
           Salah satu keuntungan penyusuan tanaman adalah tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Dibandingkan pada ”grafting” dan okulasi. Disamping itu daya adaptasi tanaman batang atas dapat lebih luas. Dibanding tanda batang bawah spesies tanaman lain. Apabila dalam budidaya tanaman ada kesulitan dalam menggunakan benih dan berbagai cara perbanyakan vegetatif, maka penggunaan bibit dari kultur jaringan dianggap jalan keluar yang perlu ditempuh.
(baca lebih lengkap)  
                BAB VIII
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN
                 
          Agronomi merupakan istilah yang tidak asing lagI di bidang pertanian. Istilah itu belakangan ini diartikan sebagai usaha dalam membudidayakan tanaman-tanaman pertanian atau sering disebut dengan budidaya pertanian. Dalam membudidayakan tanaman yang di dasar ialah produksi yang tinggi baik mutu maupun jumlahnya.
           Dalam rangka mendapatkan produksi tinggi (jumlah dan mutu) perlu penerapan yang dikenal dengan panca usaha tani yang meliputi: (1) penyediaan bahan tanaman (benih/bibit) bermutu tinggi yang berasal dari klon/kultivar unggul; (2) pengolahan tanah; (3) pengairan; (4) pemupukan; (5) perlindungan tanaman.
                VIII.1  Penyediaan Bahan Tanaman Bermutu Tinggi        
          Bahan tanam (benih/bibit yang bermutu tinggi) sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi. Bahan tanam merupakan suatu awal keberhasilan suatu proses produksi. Tidak ada gunanya kita memupuk, menyiangi dan menyiram apabila bahan tanamannya tidak bermutu tidak akan dapat diperoleh hasil panen yang maksimum.
          Benih yang berkualitas adalah yang mempunyai sifat-sifat antara lain tingkat kemurnian genetik dan fisik yang tinggi, sehat dan kadar air aman dalam penyimpanan.
          Kultivar unggul diperoleh dengan cara seleksi mutasi maupun persilangan antara tetua yang mempunyai sift-sifat genetik unggul. Penggunaan kultivar unggul introduksi dari luar negeri, perlu diperhatikan  masalah adaptasinya. Yang ideal sifat-sifat unggul dari luar negeri dikombinasikan sifat unggul nasional/lokal, akan memperkaya plasma nutfah di dalam negeri.
          Pemanfaatan kultivar unggul lokal yang sudah teruji daya adaptasinya, akan mendukung pelestarian dan pengembangan plasma nutfah dan merupakan salah satu faktor pendukung terwujudnya pertanian berkelanjutan. Kultivar unggul pada umumnya memerlukan unsur hara yang banyak, agar dapat memberikan hasil sesuai potensinya. Yang perlu segera dikembangkan adalah kultivar-kultivar unggul hemat unsur hara (tidak manja). Dengan demikian akan menghemat sumber daya alam bahan pupuk.
                VIII.2  Pengolahan Tanah        
           Pengolahan tanah bertujuan: untuk menyediakan lahan agar siap bagi kehidupan tanaman dengan meningkatkan kondisi fisik tanah. Karena tanah merupakan faktor lingkungan yang mempunyai hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbub padanya. Faktor lingkungan tanah meliputi : Faktor fisik (air, udara, struktur tanah serta suhu), Faktor kimiawi (kemampuan tanah dalam menyediakan nutrisi), Faktor biologis (makro/mikro flora dan makro/mikro fauna).
          Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi lahan basah sasaran yang ingin dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi perkecambahan benh dan perkembangan akar tanaman. Alat pengolahan tanah mulai yang tradisional sampai modern (mekanisasi).
          Berdasarkan tingkat intensifitasnya ada beberapa pengolahan tanah :
  • Pengolahan tanah O (Zero Tillage) sering disebut Tanpa Olah Tanah (TOT). Penaburan benih kedelai pada lahan sawah bekas padi tanpa pengolahan tanah terlebih dulu, untuk memanfaatkan kelembaban tanah.
  • Pengolahan tanah minimum (Mimimum Tillage). Bagian tanah yang diloah hanya pada calon zona perakaran dengan kelembaban dan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
  • Pengolahan tanah optimum (Optimum Tillage). Pengolahan hanya dilakukan pada lajur tanaman saja (sistem Reynoso untuk tanaman tebu).
  • Pengolahan tanah maksimum (Maximum Tillage). Pengolahan secara intensif seluruh areal pertanahan menjadi gembur dan permukaan tanah rata.
          Makin minim (tidak intensif) cara pengolahan tanah, akan makin mampu menangkal erosi. Dengan demikian makin mendukung kelestarian kesuburan tanah disamping lebih menghemat biaya dan waktu.
                VIII.3
  Pengairan       
       
          Pengairan mengandung arti memanfaatkan dan menambah sumber air dalam tingkat tersedia bagi kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan dalam tanah maka perlu dilakukan pembuangan (drainase), agar tidak mengganggu kehidupan tanaman.
          Pengairan pada tanaman dapat dilakukan dengan cara: (1) Pengairan di atas tanah; (2) Pengairan di dalam tanah (sub irrigation); (3) Pengairan denagn penyemprotan (sprinkler irrigation); dan (4) Pengairan tetes (drip irrigation).
         Pengairan permukaan menggunakan selokan dengan aliran lambat agar tidak terjadi erosi berat. Penggenangan kontur dilakukan bila tanah cukup kemiringannya, sehingga terjadi genangan yang bertingkat tingginya karena dibatasi dengan galengan yang bertahap dan teratur. Laju pemberian air hendaknya berkesinambungan dengan bagian tanah yang dapat menyerapnya, oleh karenanya frekuensi pengairan akan efektif bila diberikan sebelum kelembaban tanah menjadi penghambat pertumbuhan tanaman.
          Dalam keadaan tanah kering maka pemberian air dapat berjumlah lebih banyak dibanding pada tanah basah. Tanah yang memperoleh air pengairan, maka air dapat masuk ke dalam tanah (inflitrasi) dan air dapat lalu lewat tanah itu (perkolasi). Dalam air pengairan dikenal istilah air bebas yaitu air yang tidak diikat dan lalu dengan bebas kebawah karena gaya gravitasi. Bila sebagian air tetap didalam pori-pori tanah maka disebut air kapiler yang terikat dalam pori tersebut oleh tekanan permukaan dan daya adesinya. Air kapiler dan air bebas ini keduanya dapat dipergunakan oleh tanaman. Penggunaan air tersebut juga tergantung dari banyaknya akar, dan laju pengambilan air meningkat dengan makin meningkatnya kekeringan.
          Mengingat makin terbatasnya sumber air, maka langkah-langkah penghematan (peningkatan keefisienan) penggunaan air dalam budidaya tanaman, perlu dilakukan secara simultan dan terus menerus. Langkah-langkah tersebut antara lain melalui pergiliran tanaman (padi dan palawija/sayuran di lahan sawah), pemanfaatan mulsa (diutamakan mulsa organik) di laahn kering pada musim kemarau, sistem tanpa olah tanah (TOT) di akhir musim hujan, pemanfaatan air tanah, penerapan pengairan tetes, dll. Dengan langkah-langkah tersebut kelestarian sunber daya alam air akan lebih terjamin.
       
       
      VIII.4 Pemupukan        
          Tujuan pemupukan adalah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil tanaman. Pemupukan diberikan pada saat tanaman menunjukkan sejumlah kebutuhan unsur hara agar diperoleh keefisienan yang maksimal. Pemberian pupuk padat dilakukan dengan cara ditugal, disebar di atas tanah atau di sebelah tanaman, sedangkan pemberian pupuk daun.
          Dengan cara menyemprotkan pada daun, bersama air disemprotkan sebagai perlakuan tambahan. Pemupukan secara disebar mempunyai kelemahan bahwa pupuk mudah menguap ataupun terikat dalam tanah. Sebenarnya tanah merupakan sumber unsur-unsur hara. Suatu hasil yang tinggi dari tanaman akan mengangkut keluar unsur lebih banyak daripada tanaman yang berdaya hasil rendah.
          Unsur-unsur esensial yaitu unsur penting bila ditiadakan maka pertumbuhan tanaman dapat terhenti. Pada saat kekurangan nampak gejala defisiensi, dan fungsi unsur tertentu tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Unsur esensial makro ialah unsur penting yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak agar siklus hidupnya tidak terhenti seperti N, P, K, Ca, Mg, H dan O, sedangkan unsur esensial mikro ialah unsur penting yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit agar siklus hidupnya tidak terhenti, meliputu Fe, Mn, Zn, Cu, Cl, Mo dan B.
         Konsekuensi penggunaan kultivar unggul berpotensi hasil tinggi (terutama kultivar ”manja”) adalah pemberian pupuk dalam jumlah banyak. Apabila yang digunakan pupuk anorganik dan diberikan terus-menerus tanpa diimbangi pupuk organik, maka akan menyebabkan kerusakan fisik dan keseimbangan hayati tanah. Kesehatan dan produktivitas tanah cenderung menurun sehingga menjadi kendala terwujudnya pertanian berkelanjutan.
         Dalam rangka melestarikan kesuburan tanah (kimiawi, fisik dan hayati) dan mencegah pencemaran air tanah, maka sistem pemupukan hayati perlu ditingkatkan dan dikembangkan karena efeknya yang ramah lingkungan. Pendekatannya dengan pemanfaatan input lokal (pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, pupuk kascing, pupuk guano, dll) dan input luar yang ramah lingkungan misalnya pemanfaatan bakteri Rhizobium (pada kacang-kacangan), cendawan Micoriza (pada padi-padian) dan pupuk organik cair.

Peletakan Pupuk
          Pupuk Nitrogen yang dalam bentuk mudah larut, perlu diletakkan dekat dengan biji tanaman sebagai pemacu tumbuh. Bila pemberian secara sebar maka kemungkinan penguapan cukup besar dan dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan gulma. Pada tanah basah yang memudahkan pupuk N mudah menguap maka dapat diatasi dengan peletakan yang agak dalam.
Pupuk Fosfor, yang diberikan dalam bentuk fosfat dapat larut dalam air tanah asam merupakan pemupukan yang cukup efisien bila diberikan secara jalur.
          Pupuk Kalium, peletakan yang terlalu dekat dari pupuk kalium khiorida akan menyebabkan kerusakan asmotik pada biji tanaman. Pupuk Daun, pada umumnya diberikan bagi pupuk yang mengandung unsur mikro seperti Fe, Cu dan Mn. Namun penyemprotan pupuk N juga dilakukan pada tanaman yang sudah tumbuh lanjut.
                VIII.5  Perlindungan Tanaman        
          Pada budidaya tanaman faktor organisme pengganggu tanaman (OPT) baik berupa hama (insekta, tikus, burung jenis tertentu, dll) dan mikroba penyebab penyakit (cendawan, bakteri, virus) sebagai perusak (secara fisik, kimiawi, dan biologik) maupun gulma sebagai kompetitor tanaman (persaingan dalam mendapatkan unsur hara, air, energi cahaya matahari, CO 2 , O 2 , ruang hidup) disertai zat allelopati yang dikeluarkannya, sangat menentukan tingkat produksi dalam jumlah maupun mutu. Tingkat dampak gangguan pada tanaman sejak yang paling ringan berupa hambatan pertumbuhan/perkembangan, penurunan produk (jumlah dan mutu), kerusakan fatal sehingga gagal panen (ledakan hama tikus di era enam puluhan dan hama wereng di era tahun tujuh puluhan pada tanaman padi) bahkan kematian total tanaman (ledakan hama kutu loncat pada lamtoro local di era tahun delapan puluhan).
         Kejadian tersebut di atas minimal suatu ilustrasi tentang besarnya tingkat gangguan pada keseimbangan hayati di alam, sehingga populasi musuh alam (antara lain predator dan parasit) sudah tidak seimbang lagi dengan populasi hama-hama tersebut di atas. Kondisi tersebut dipicu terutama oleh penggunaan pestisida kimia murni yang tidak terkendali, sehingga pencemaran atmosfer akan menekan kehidupan musuh-musuh alami hama.
        Beberapa cara pengendalian organisme pengganggu yang dikenal antara lain: (1) Cara teknik budidaya dititikberatkan pengurangan populasi musuh alami (menghilangkan tanaman/bagian yang terserang, pergiliran tanaman, pengaturan populasi tanaman, karantina tanaman/tumbuhan, tanaman campuran); (2) Cara fisik (menghilangkan binatang hama dari tanaman, pencabutan gulma, penggunaan zat penarik, penggunaan penangkap hama, perlakuan panas untuk penyebab penyakit); (3) Cara hayati (pemanfaatan predator dan parasit, penggunaan tanaman resisten, pemanfaatan binatang pengusir hama); (4) Cara kimiawi dengan pestisida kimia murni di satu sisi positifnya adalah efek lebih cepat tampak dan praktis dalam penanganan. Tetapi aplikasi yang tidak tepat (takaran, cara, intensitas dan saat) justru dampak negatifnya akan dirasakan jangka panjang dalam bentuk pencemaran (atmosfer, tanah dan air), residu pada produk tanaman, keracunan pada manusia dan hewan, resistensi pada hama dan penyebab penyakit. Cara pengendalian inilah yang sangat mengancam kelestarian sumber daya alam keseimbangan hayat di alam. Penggunaan cara kimia tersebut sebaiknya dilakukan apabila cara lain yang lebih ramah lingkungan kurang berhasil. Penggunaan dan pengembangan pestisida hayat dianggap dapat menutup kelemahan pestisida kimia murni.
Budidaya Tanaman Ganda
1.  Multiple Cropping

Penanaman lebih dari jenis tanaman pada sebidang tanah yang sama dalam satu tahun, yang termasuk dalam sistem tanaman ganda yaitu Inter Cropping, Mixed Cropping dan Relay Cropping.

a. Inter Cropping


Penanaman serentak dua atau lebih jenis tanaman dalam barisan berselang-seling pada sebidang tanah yang sama. Sebagai contoh tumpang sari antara Sorghum dan tanaman kacang tunggak dan antara tanaman ubi kayu dan jagung atau kacang tanah.

b. Mixed Cropping


Penanaman dua atau lebih jenis tanaman secara serentak dan bercampur pada sebidang lahan yang sama. Sistem tanam campuran lebih banyak diterapkan dalam usaha pengendalian hama dan penyabab penyakit.

c. Relay Cropping


Penanaman sisipan adalah penanaman suatu jenis tanaman kedalam pertanaman yang ada sebelum tanaman yang ada tersebut dipanen, atau dengan istilah lain suatu bentuk tumpang sari dimana tidak semua jenis tanaman ditanam pada waktu yang sama. Sebagai contoh : padi gogo dan jagung ditanam bersamaan kemudian ubi kayu ditanam sebagai tanaman sela satu belan atau lebih sesudahnya.



2.  Sequantial Cropping

Penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang lahan dalam satu tahun, dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama dipanen. Demikian juga kalau ada tanaman ketiga, tanaman ditanam setelah tanaman kedua dipanen. (baca lebih lengkap)
           
DAFTAR PUSTAKA
             
Asparno Mardjuki, 1990, Pertanian dan Masalahnya, Andi Offset, Yogyakarta
Gardner, F.P., R. Brent Pearce dan Roger Mitchell, 1991, Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Harjadi, Sri Setyati, 1982, Pengantar Agronomi , PT. Gramedia, Jakarta
Hasan Basri Jumin, 1991, Dasar-dasar Agronomi , CV. Rajawali, Jakarta
Hendarto Kuswanto, 2003, Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Yusnita, 2003, Kultur Jaringan, Agromedia, Pustaka, Jakarta
Kamil, J, 1982, Teknologi Benih I , Universitas Andalas, Padang
Mahida, U.N., 1984, Pencemaran air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Kata Pengantar Otto Soemarwoto, Penerbit CV. Radjawali,       Jakarta
Moenandir, J., 1994, Agronomi , Fakultas Pertanian, UNIBRAW, Malang
Nuryadi, 1978, Kumpulan Makalah Lokakarya, Pola Tanam Tumpanggilir , Cipayung
Orchard, P.W. and D.C. Goodwin, 1979, Environmental Factors, Plant and Crop Growth , University of New England (AAUCS)
Rachman Sutanto, 2002, Penerapan Pertanian Organik , Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Reijntjes, Coen., Bertus Haverkort dan Ann Waters Bayer, Pertanian Masa Depan, Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan dengan       Input Luar Rendah , Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Rinsema, W.T., 1983, Pupuk dan Cara Pemupukan , Terj. H.M. Saleh, Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta
Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setyati Harjadi, 1973, Pembiakan Vegetatif , Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut       Pertanian Bogor
Sadjad, S., 1976, Agronomi Umum , Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Salisbury , F.B. and C.W. Ross, 1992, Plant Physiology . Wadsworth Publishing Company, Belmont , California       
http://www.lablink.or.id/index.html

               
I.1
Pengertian
   
Agronomi dapat diistilahkan sebagai produksi tanaman, dan diartikan suatu usaha pengelolaan tanaman dan lingkungannya untuk memperoleh hasil sesuai tujuan. Ada dua tujuan, yaitu memaksimalkan output atau meminimalkan input agar kelestarian lahan tetap terjaga.

Pada awal kehidupan manusia di bumi, hanya hidup dari mencari makan dari hasil hutan secara langsung. Perkembangan berikutnya, semakin banyak anggota kelompoknya, lalu ada tempat untuk menetap dan mulai bercocok tanam di lahan sekitar tempat tinggalnya dan mulai memelihara ternak dan terbentuklah pekarangan.

Setelah itu, berkembang untuk membuka lahan di hutan untuk bercocok tanam, sehingga hanya dapat ditanami beberapa tahun lalu pindah tempat, sering dikenal dengan lahan berpindah.

Semakin bertambahnya penduduk, sistem-sistem tersebut tidak dapat dipertahankan, lalu berusaha untuk tetap mempertahankan tingkat kesuburan tanahnya dan mulai dikenal teknik budidaya (agronomi).

Ketidakseimbangan penambahan jumlah penduduk dibanding penambahan hasil pangan menjadi persoalan yang dipelajari oleh bidang Agronomi. Antara lain usahanya dengan perluasan lahan, penggunaan varietas unggul, peningkatan manajemen dalam berbagai tindak agronomi dan pelaksanaanya.
                I.2 Lingkup Agronomi        
Sejak dari bidang pemuliaan, sampai pengelolaan tanaman dan hal sangat luas, sejak benih tumbuh sampai pengelolaan lingkungannya. (baca lebih lengkap)
                BAB II
TANAMAN PERTANIAN, PENGERTIAN PERTANIAN PERKEMBANGAN PERTANIAN,
DEFINISI AGRONOMI DAN SISTEM PERTANIAN DI INDONESIA                 II.1 Tanaman Pertanian        
Tanaman sebagai penghasil bahan pangan, bahan sandang, bahan bangunan, bahan bakar dan lain-lain. Tanaman pertanian dalam arti luas adalah segala tanaman yang digunakan oleh manusia untuk tujuan apapun (Setyati, 1982) Sehingga mempunyai makna, yang berguna secara ekonomi maupun kehidupan manusia. Jumlah spesies sangat banyak ± 1000 -2000. Kira-kira 10 % penting di perdagangan dunia. Khusus untuk penghasil pangan lada 15 spesies.
                II.2  Pengertian Pertanian        
Salah satu sektor perekonomian adalah pertanian, yang merupakan penerapan akal dan karya manusia melalui pengendalian proses produksi biologis tumbuh-tumbuhan dan hewan, sehingga lebih bermanfaat bagi manusia. Tanaman dapat diibaratkan sebagai pabrik primer karena dengan memakai bahan dasar langsung dari a1am dapat menghasilkan bahan organik yang bermanfaat bagi manusia baik langsung maupun tidak langsung.
       

      II.3  Perkembangan Pertanian        
Perkembangan pertanian berhubungan erat dengan perkembangan dari setiap kondisi masyarakatnya. Contoh :
1. Primitif masih dengan sistem berburu dengan mengumpulkan hasil hutan.
2. Masyarakat yang sudah lebih maju misalnya didapatkannya api berpengaruh terhadap perkembangan pertanian.
3. Setelah mengenal manajemen sederhana, juga berpengaruh dalam usaha peningkatan kualitas tanaman dan hewan, dimulai dari     penjinakan, seleksi dan sampai ke adaptasi.
       

      II.4  Definisi dan Pengertian Agronomi        
Sadjad (1976) Agronomi sebagai cabang ilmu-ilmu pertanian yang mencakup pengelolaan lapang produksi dan menghasilkan produksi maksimum. Setyati (1982) Ilmu Agronomi merupakan ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungannya untuk memperoleh produksi maksimum. Produksi maksimum bermakna baik kuantitatif maupun kualitatif.
Pengelolaan dilakukan pada berbagai tingkatan dari sederhana sampai maju, dan pada saatnya tingkat efektivitas dan efisiensi temyata dipengaruhi oleh tingkat budaya manusianya.
       

      II.5 Sistem Pertanian di Indonesia         Berdasar tingkat efisiensi teknologi yang diterapkan, ada beberapa sistem : (baca lebih lengkap)
  1. Sistem ladang : belum berkembang, pengelolaan sangat sedikit,  produktivitasnya tergantung lapisan humus awal.
  2. Sistem tegal pekarangan : di lahan kering , pengelolaannya masih rendah , terdapat tanaman campuran, baik tahunan maupun musiman.
  3. Sistem sawah : teknik budidaya tinggi , sistem pengelolaan yang sudah baik (tanah, air dan tanaman), stabilitas kesuburannya lebih baik.
  4. Sistem perkebunan : khusus tanaman perkebunan yang menghasilkan bahan-bahan yang dapat diekspor, tingkat manajemen sudah maju.
       
         
     
BAB III
PANGAN DAN KEBUTUHAN MANUSIA
                III.1  Pengertian Pangan        
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air , baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman ( UU RI No. 7 th.1996 tentang Pangan ). Dan gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tanamannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.

Bagi tumbuhan, pangan disintesis sendiri dengan energi sinar matahari, mikro organisme hanya memerlukan sumber energi yang sederhana. Untuk hewan memerlukan pangan antara lain berupa tanaman dalam bentuk molekul yang komplek.

Kekurangan pangan, dapat menimbulkan akibat yang sulit ditoleransi, terutama pada anak-anak balita sehingga masalah pangan menjadi sangat penting dan menentukan tingkat kesehatan (fisik, mental, sosial).

Kekurangan pangan di Indonesia muncul dalam bentuk: (1) Kekurangan kalori-protein (KKP) ; (2) Kekurangan vitamin A ; (3) Gondok endemik dan kretinin ; (4) Anemia gizi (kekurangan zat besi).

Kekurangan pangan dan gizi, terutama pada balita dapat menurunkan kualitas manusianya, sehingga kualitas SDM dapat sangat terbatas.

Kebijakan pemerintah yang semula dengan program B1MAS, INMAS, INSUS, kemudian SUPRA INSUS ; Peningkatan nilai gizi konsumsi pangan melalui pogram perbaikan menu makanan rakyat (PMMR) serta penganekaragaman bahan makanan yang bergizi.

Setelah adanya UU RI No. 7 th.1996 tentang Pangan, Pemerintah mengenai pangan dicanangkan dengan program ketahanan pangan yang mempunyai makna : Suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman merata dan terjangkau.
       

      III.2  Kebutuhan Kalori Bagi Manusia        
Gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Kebutuhan pangan bagi manusia, sebetulnya sukar ditentukan dan sangat tergantung pemilihan bahan jumlah dan kondisinya. Tingkat efisiensi dalam tubuh sangat tergantung komposisi, sistem pencernaan, ukuran tubuh, jenis pekerjaan, umur juga tingkat kesehatan manusianya.

Di Indonesia saat ini menetapkan ketahanan pangan sebagai programnya yang bertujuan : (1) Menjamin ketersediaan pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan; (2) Harga terjangkau bagi setiap keluarga ; (3) Dengan memperhatikan pendapatan petani, peternak dan nelayan. Kebutuhan manusia akan menu pangan tergantung antara lain pada umur, misalnya : (1) Balita membutuhkan menu yang berkualitas tinggi dengan kuantitas yang cukup; (2) Manusia usia efektif memerlukan menu berkualitas cukup dengan kuantitas sesuai dengan pekerjaannya; (3) Manula kebutuhan menu disesuaikan kondisinya.

Visi program ketahanan pangan : (1) Ketersediaan pangan yang cukup, merata, aman, dan terjangkau ; (2) Optimasi sumber daya domestik melalui intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi ; (3) Pengolahan pangan (agroindustri) agar pendapatan meningkat ; (4) Sistem distribusi pangan ; (5) Keanekaragaman pangan ; (6) Taraf hidup meningkat.

Program BIMAS, INMAS, INSUS, SUPRA INSUS dan yang terakhir SUPRA INSUS + CORPORATE FARMING telah berhasil mewujudkan swasembada beras tahun 1984 namun mengalami fluktuasi sampai dewasa ini.

Penyebab fluktuasi tersebut antara lain: (1) Iklim ; (2) Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ; (3) Bencana alam ; (4) Krisis moneter ; (5) Lahan produktif yang menurun ; (6) Penerapan teknik budidaya yang belum ramah lingkungan ; (7) Seringkali kurang adanya keperpihakan pada petani.

Permasalahan umum yang dihadapi antara lain : (1) Jumlah penduduk masih meningkat ; (2) Masih ada alih fungsi tanah produktif di Jawa; (3) Bergesernya konsumsi dari beras ke non beras ; (4) Tuntutan kualitas dan kuantitas lebih besar ;   (5) Rusaknya keseimbangan hayati ; (6) Makin menyempitnya areal hutan terutama di Jawa.
(baca lebih lengkap)
               
BAB IV
ENERGI DAN PRODUKSI PERTANIAN
       

       
Pertanian pada dasamya berhubungan dengan perubahan energi matahari ke dalam bentuk bahan pangan maupun serat.
      IV.1  Penggunaan energi untuk kegiatan tanaman      
Energi matahari merupakan sumber utama hubungannnya dengan pertumbuhan tanaman, sembilan puluh persen bahan kering tanaman pertanian berasal dari perubahan carbon melalui proses fotosintesis yang tergantung cahaya. Belakangan ini banyak ahli biologi yang mencoba menghitung produktivitas tanaman dengan memperhatikan penangkapan energi matahari dan pengubahannya ke energi kimia melalui proses fotosintesis. Bahan dan hasil akhir proses fotosintesis ditulis sebagai berikut :
                            ( energi cahaya 673.000 kalori + klorofil )
6CO2 + 12H2O ————————————————————— > C6H12O6 + 6O2 + 6H2O
Energi cahaya matahari yang digunakan berasal dari panjang gelombang   0,4 - 0,7 mikron. Efisiensi fotosintesis dipengaruhi oleh laju fotosintesis.

Laju fotosintesis akan meningkat dengan meningkatnya cahaya sampai batas-batas tertentu, walaupun laju fotosintesis meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya, tetapi peningkatannya lambat sehingga efisiensi penangkapan cahaya menurun.  Apabila intensitas cahaya tinggi secara relatif lebih banyak cahaya tegak yang dipantulkan oleh daun-daun. Masuknya cahaya ke tajuk tanaman dipengaruhi oleh sudut datangnya sinar dan susunan daun, tajuk yang ideal untuk distribusi cahaya mempunyai susunan daun merata, pada bagian atas tajuk mempunyai daun-daun lebih tegak dan lebih kecil sedang daun-daun bawah tersusun secara horizontal.
                IV.2
Konsep aliran energi dalam pertanian
       
Dengan menganggap tanaman sebagai alat penangkap, perubah dan penyimpan energi, maka timbul usaha menaikkan efisiensi dan produktivitas tanaman.

Didaerah yang padat tanaman, beberapa faktor lingkungan segera menjadi berkurang, cahaya, kelembaban tanah dan unsur hara. Hal ini merupakan faktor pembatas dalam pertanian, pemupukan merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan produksi.
Efisiensi pertanian dapat diperoleh dengan pcrbaikan tanaman melalui pemuliaan tanaman.

Salah satu usaha untuk memperluas alat penangkap energi dengan memperpanjang musim tanam misalnya menggunakan rumah kaca untuk tanaman yang memungkinkan input teknologi dan modal besar seperti tanaman hortikultura di daerah iklim sedang.
Usaha mempengaruhi laju fotosintesis dengan cara pertukaran CO 2 antara dedaunan dan atmosfer di sekitarnya. Di wilayah yang sebelumnya angin kurang diperhatikan, hasil jagung dapat ditingkatkan bila barisan tanaman diarahkan tegak lurus arah angin, sehingga pucuk tanaman tertiup angin dan terjadi perputaran dan pencampuran udara.
(baca lebih lengkap)
               
BAB V
STRUKTUR MORFOLOGI DAN FUNGSI TANAMAN
                  Tanaman biasanya terdiri dari bagian akar yang berada di bawah permukaan tanah dan pucuk (shoot) yang berada di atas tanah.     V.1  Akar        
Akar biasanya 1/3 berat kering seluruh tubuh tanaman. Akar beradaptasi untuk tugasnya yaitu absorbsi, pengukuhan tegaknya tanaman dan tempat penyimpan. Percabangan akar komplek dan tidak teratur karena tidak berbuku serta permukaannya luas. Bila akar primer menjadi akar utama disebut akar tunggang dan bila akar primer berhenti tumbuh digantikan akar adventif membentuk akar serabut. Umumnya tanaman dengan sistem akar serabut, berakar dangkal dan peka terhadap kekeringan tetapi responnya cepat terhadap variasi pemupukan. Spesies tanaman tertentu akarnya membesar dan berdaging sebagai hasil penyimpan pangan dalam bentuk pati dan gula.
                V.2  Pucuk        
Pucuk (Shoot) merupakan sumbu  tengah dengan embelan-embelan. Batang (sumbu tengah) yang menyokong dedaunan yang menghasilkan pangan dan menghubungkan akar yang mengabsorbsi air dan hara.

Bentuk tanaman tegak dan batang kaku yang memiliki satu titik tumbuh aktif dianggap bentuk normal, sedang bentuk lain dianggap penyimpangan. Modittkasi batang, hal ini sangat berbeda dari morfologi aslinya, tetapi struktumya masih seperti batang yaitu memiliki buku, daun (atau struktur seperti sisik dan berfungsi dalam pengangkutan dan penyimpanan, modifikasi batang diatas tanah (crown, spur) dan dibawah tanah ( bulb, corn, rhizome, tuber, dsb). Banyak modifikasi ini berisi sejumlah cadangan makanan yang penting untuk pembiakan tanaman.

Kuncup (tunas = bud) yaitu batang yang bersifat embrionik. Kuncup merupakan sumber potensial bagi pertumbuhan selanjutnya. Kuncup dapat menghasilkan daun, bunga atau keduanya disebut kuncup daun, kuncup bunga dan keduanya.

Daun pada tanaman tingkat tinggi merupakan alat fotosintesis, lembaran daun merupakan embelan pipih pada batang sehingga memperluas permukaan untuk absorbsi cahaya. Struktur anatomi sistem pembuluh dalam daun terdiri dan urat daun yang bercabang-cabang, percabangan urat daun pada dikotyl seperti jala sedang pada monokotyl sejajar.

Bunga menunjukkan baik struktur maupun ukurannya. Sepal (calyx) yaitu kelopak bunga yang menutupi bunga sewaktu masih kuncup. Petal (Corolla) yaitu mahkota bunga.

Stamen yaitu alat reproduksi jantan tersusun dari anther yang berisi tepung sari. Tepung sari dewasa dikeluarkan lewat dinding anther yang pecah. Pistil (terdiri dari satu atau beberapa carpel ) yaitu alat reproduksi betina, biasanya mengandung ovule dan ovary yang mendukung style yang pucuknya membesar disebut stigma. Ovule akan berkembang menjadi biji sedang ovary dewasa menjadi buah. Bunga yang terdiri dari Sepal, Petal, Stamen dan Fistil disebut bunga lengkap.

Buah secara botani menunjukkan ovary dewasa dan bagian lain dari bunga yang berhubungan dengannya. Pengelompokkan buah dapat menurut jumlah, dinding ovary yang terdapat dalam struktur tersebut. Buah tunggal, tersusun dari ovary tunggal. Dinding ovary atau Pericarp terdiri dari Rxocarp (terluar), Mesocarp (tengah), Endocarp(terdalam). Buah tunggal bila seluruh pericarpnya berdaging disebut buah berry atau  buahberi. Buah berry yang kulit luarnya keras (exocarp) disebut Pepo. Buah tunggal berdaging yang memiliki endocarp seperti batu dikenal sebagai drupe atau buah batu. Buah kering yaitu buah yang seluruh kulitnya menjadi kering dan keras sewaktu masak, buah kering yang kulitnya merekah waktu masak misalnya Polong pada legume, buah kering yang pericarpnya menjadi satu dengan biji disebut caryopsis. Buah majemuk, berasal dari bunga yang memiliki banyak Fistil pada Receptacle yan sama. Buah individual dari buah majemuk pada arbei (strobery), bagian berdaging yang dimakan yaitu Receptaclenya.
                V.3 Biji        
Biji pada hakekatnya tanaman mini dalam keadaan perkembangan terkekang. Biji yaitu ovule yang masak mengandung embrio dan cadangan makanan dengan integument terdiferensiasi menjadi testa. Kebanyakan biji mengandung suplai makanan yang berasal dari jaringan endosperm (jagung) dan pada yang lain kotiledon bertindak sebagai alat penyimpan makanan. Perkecambahan biji menunjukkan perubahan pertumbuhan terkekang menjadi pertumbuhan aktif. (baca lebih lengkap)
                BAB VI
PERTUMBUHAN , PERKEMBANGAN TANAMAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN
       

      IV.1 Pertumbuhan Tanaman        
Pertumbuhan menunjukkan pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik yang mencerminkan pertambahan protoplasma mungkin karena ukuran dan jumlahnya bertambah. Pertambahan protoplasma melalui reaksi dimana air , C02, dan garam-garaman organik dirubah menjadi bahan hidup yang mencakup; pembentukan karbohidrat (proses tbtosintesis), pengisapan dan gerakan air dan hara (proses absorbs dan translokasi), penyusunan perombakan protein dan lemak dari elemen C dari persenyawaan organik (proses metabolisme) dan tenaga kimia yang dibutuhkan didapat dari respirasi.
       
      IV.2  Perkembangan Tanaman        
Perkembangan mencakup diferensiasi sel dan ditunjukkan oleh perubahan yang lebih tinggi menyangkut spesialisasi anatomi dan fisiologi. Perkembangan dari tanaman bersel banyak, terlaksana dengan proses mitosis, sel-sel tertentu berperan dalam mengatur diferensiasi, pengaturan ini berlangsung dengan media "utusan kimia" yang ditunjukkan oleh pengatur pertumbuhan.

Pengatur pertumbuhan adalah zat organik yang keaktifannya jauh berlipat seperti hormon yang dikenal adalah auksin, giberelin, dan citokinin. Perpanjangan sel, contoh dari diferensiasi anatomi yang secara langsung dipengaruhi oleh konsentrasi auksis, fototropisme, pembengkokan ke arah cahaya dari kecambah akibat penyebaran auxin yang tidak merata dan penghambatan sintesa auxin pada titik tumbuh oleh cahaya. Dominasi pucuk yaitu  penghambatan pada pertumbuhan tunas dibawahnya, nampaknya merupakan fungsi dari distribusi auxin. Giberelin ditemukan dari studi mengenai pertumbuhan yang berlebihan dari padi yang diserang suatu jenis cendawan.

Pengaruh pertumbuhan pada banyak tipe tanaman roset. Pemberian sedikit saja mengubah tipe semak ke tipe menjalar, pengaruh proses perkembangan terutama yang dikendalikan oleh suhu dan cahaya termasuk dormansi biji.

Sitokinin kelompok zat kimia yang mempengaruhi pembelahan sel. Kebanyakan sitokinin adalah purin. Banyak kinin ditemukan dalam penelitian menyangkut kultur jaringan. Sel-sel yang sudah tidak membelah, bila diberi kinetin dapat membelah lagi. Kinin dan auksin berinteraksi dalam mempengaruhi diferensiasi. Konsentrasi auksin tinggi dan kinin rendah menimbulkan perkembangan tunas. Sitokinin terdapat dalam buah dan biji (misalnya endosperm jagung dan air kelapa)
                IV.3  Fase -fase pertumbuhan dan karbohidrat        
Fase vegetatif ; terutama perkembangan akar, batang dan daun. Fase ini berhubungan dengan 3 proses : pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama diferensiasi.

Pembelahan sel, memerlukan karbohidrat dalam jumlah besar, karena dinding sel terbentuk dari selulosa dan protoplasmanya dari gula. Pembelahan sel terjadi dalam jaringan merismatis pada titik tumbuh batang daun ujung akar dan kambium.

Perpanjangan sel terjadi pada pembesaran sel, proses ini membutuhkan ; (1) Pemberian air; (2) Hormon untuk merentangkan dinding sel; (3) Tersedianya gula.

Fase reproduktif: terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan struktur penyimpan makanan.

Fase ini berhubungan dengan proses: (l) Pembelahan sel relatif sedikit ; (2) Pendewasaan jaringan; (3) Penebalan serabut ; (4) Pembentukan hormon untuk perkembangan kuncup bunga ; (5) Perkembangan kuncup bunga, buah dan biji serta alat penyimpan ; (6) Pembentukan koloid hidrofilik.

Fase reproduktif ini memerlukan suplai karbohidrat, sehingga karbohidrat yang digunakan untuk perkembangan akar, batang, dan daun sebagian disisakan untuk perkembangan bunga, buah dan biji serta alat penyimpan.

Perimbangan rase vegetatif, reproduktif dan tipe pertumbuhan.

Umumnya semua tanaman memerlukan dominansi dari fase vegetatif selama tahap semai. Setelah tahap ini, dapat dibedakan ke dalam 3 kelompok :
  1. Tanaman berbatang basah yang memerlukan dominansi fase vegetatif selama tahap pertama hidupnya dan dominansi fase reproduktif selama masa akhir hidupnya.
  2. Tanaman berbatang basah yang tidak memerlukan dominansi dari kedua kedua fase vegetatif maupun reproduktif
  3. Tanaman berkayu yang memeriukan dominansi fase vegetatif selama tahap pertama tiap musim dan dominansi fase reproduktif selama bagian akhir musim.
    IV.4  Faktor Lingkungan Dalam Kehidupan Tanaman        
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman ialah faktor tanah, suhu, dan cahaya.       Peranan tanah tergantung pada kondisi mineral organik, bahan organik tanah, organisme tanah, atmosfer tanah dan air tanah. Dalam hal ini tingkat kesuburan tanah (kimiawi, fisik, dan biologis) sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman.

Peranan suhu sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi dalam tubuh tanaman. Misalnya suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Kecepatan reaksi kimia sangat dipengaruhi suhu, suhu makin tingg dalam batas tertentu reaksi makin cepat. Disamping itu suhu juga berpengaruh pada kestabilan sistem enzim.

Cahaya matahari sebagai sumber energi primer di muka bumi, sangat menentukan kehidupan dan produksi tanaman. Pengaruh cahaya tergantung mutu berdasarkan panjang gelombang (antara panjang gelombang 0,4 – 0,7 milimikron). Sebagai sumber energi  pengaruh cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya maupun lama penyinaran (panjang hari). Reaksi cahaya dari tanaman (fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisitas) didasarkan atas reaksi fotokimia yang dilaksanakan oleh sistem pigmen spesifik.
(baca lebih lengkap)
                BAB VII
PEMBIAKAN TANAMAN
                 
Tanaman perlu pembiakan dalam rangka mempertahankan jenisnya dan peningkatan produksinya. Ada dua cara pembiakan tanaman ialah: (1) Secara generatif/reproduktif (secara kawin) dengan menggunakan benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman; (2) Secara vegetatif (secara tak kawin) dengan menggunakan organ vegetatif.
    VII.1 
Pembiakan Generatif
     
Pembentukan biji melalui proses penyerbukan (jatuhnya tepung sari pada kepala putik) kemudian dilanjutkan dengan pembuahan (peleburan antara gamet jantan dari tepung sari dan gamet betina dari putik).

Dalam kontek  agronomi, benih sebagai bahan tanaman merupakan biji yang diproduksi, diproses, dan diuji dengan metode standar sehingga memenuhi persyaratan sebgai bahan tanaman. Peran teknologi benih (merupakan rangkaian kegiatan sejak produksi, pemanenan, pengeringan, pengolahan/prosesing, pengujian sampai dengan sertifikasi benih) sangat strategis dalam rangka penyediaan benih bermutu dalam jumlah dan saat yang dibutuhkan.

Sungguh disayangkan di Indonesia sampai dewasa ini perhatian sebagian besar masih terbatas pada benih ortodok, sedangkan perhatian pada benih rekalsitran masih reatif terbatas. Padahal mengingat keanekaragaman tanaman buah-buahan tropik yang ada, sangat potensial untuk dikembangkan.
                VII.2  Pembiakan Vegetatif        
          Cara pembiakan vegetatif meliputi: (1) Secara alami dengan penggunaan biji apomiktik (terbentuk tanpa pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan penggunaan organ-organ khusus tanaman (hasil modifikasi batang atau akar, misalnya: bulb, tuber, rhizome, dll); (2) Secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas adventif ialah ”layerage”, ”cuttage”, atau setek, penyambungan tanaman dan kultur jaringan.
           Pada ”layerage” stimulasi saat organ vegetatif masih bersatu dengan tanaman, misalnya, ”layerage” di atas tanah (cangkokan). Stimulasi pada setek saat organ vegetatif sudah dipisahkan dari tanaman, misalnya setek akar, setek batang, setek daun, dan setek tunas/mata tunas.
           Pengertian penyambungan adalah menyambung suatu bagian tanaman (pupuk/mata tunas) pada bagian tanaman lain sehingga menyatu dan tumbuh menjadi tanaman baru. Penyambungan tanaman bisa dalam bentuk ”grafting” (batang atas berupa pucuk), ”budding atau okulasi” (batang atas berupa mata tunas), susuan (saat penyambungan batang bawah dan atas masih pada tanaman masing-masing.
           Salah satu keuntungan penyusuan tanaman adalah tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Dibandingkan pada ”grafting” dan okulasi. Disamping itu daya adaptasi tanaman batang atas dapat lebih luas. Dibanding tanda batang bawah spesies tanaman lain. Apabila dalam budidaya tanaman ada kesulitan dalam menggunakan benih dan berbagai cara perbanyakan vegetatif, maka penggunaan bibit dari kultur jaringan dianggap jalan keluar yang perlu ditempuh.
(baca lebih lengkap)  
                BAB VIII
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN
                 
          Agronomi merupakan istilah yang tidak asing lagI di bidang pertanian. Istilah itu belakangan ini diartikan sebagai usaha dalam membudidayakan tanaman-tanaman pertanian atau sering disebut dengan budidaya pertanian. Dalam membudidayakan tanaman yang di dasar ialah produksi yang tinggi baik mutu maupun jumlahnya.
           Dalam rangka mendapatkan produksi tinggi (jumlah dan mutu) perlu penerapan yang dikenal dengan panca usaha tani yang meliputi: (1) penyediaan bahan tanaman (benih/bibit) bermutu tinggi yang berasal dari klon/kultivar unggul; (2) pengolahan tanah; (3) pengairan; (4) pemupukan; (5) perlindungan tanaman.
                VIII.1  Penyediaan Bahan Tanaman Bermutu Tinggi        
          Bahan tanam (benih/bibit yang bermutu tinggi) sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi. Bahan tanam merupakan suatu awal keberhasilan suatu proses produksi. Tidak ada gunanya kita memupuk, menyiangi dan menyiram apabila bahan tanamannya tidak bermutu tidak akan dapat diperoleh hasil panen yang maksimum.
          Benih yang berkualitas adalah yang mempunyai sifat-sifat antara lain tingkat kemurnian genetik dan fisik yang tinggi, sehat dan kadar air aman dalam penyimpanan.
          Kultivar unggul diperoleh dengan cara seleksi mutasi maupun persilangan antara tetua yang mempunyai sift-sifat genetik unggul. Penggunaan kultivar unggul introduksi dari luar negeri, perlu diperhatikan  masalah adaptasinya. Yang ideal sifat-sifat unggul dari luar negeri dikombinasikan sifat unggul nasional/lokal, akan memperkaya plasma nutfah di dalam negeri.
          Pemanfaatan kultivar unggul lokal yang sudah teruji daya adaptasinya, akan mendukung pelestarian dan pengembangan plasma nutfah dan merupakan salah satu faktor pendukung terwujudnya pertanian berkelanjutan. Kultivar unggul pada umumnya memerlukan unsur hara yang banyak, agar dapat memberikan hasil sesuai potensinya. Yang perlu segera dikembangkan adalah kultivar-kultivar unggul hemat unsur hara (tidak manja). Dengan demikian akan menghemat sumber daya alam bahan pupuk.
                VIII.2  Pengolahan Tanah        
           Pengolahan tanah bertujuan: untuk menyediakan lahan agar siap bagi kehidupan tanaman dengan meningkatkan kondisi fisik tanah. Karena tanah merupakan faktor lingkungan yang mempunyai hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbub padanya. Faktor lingkungan tanah meliputi : Faktor fisik (air, udara, struktur tanah serta suhu), Faktor kimiawi (kemampuan tanah dalam menyediakan nutrisi), Faktor biologis (makro/mikro flora dan makro/mikro fauna).
          Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi lahan basah sasaran yang ingin dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi perkecambahan benh dan perkembangan akar tanaman. Alat pengolahan tanah mulai yang tradisional sampai modern (mekanisasi).
          Berdasarkan tingkat intensifitasnya ada beberapa pengolahan tanah :
  • Pengolahan tanah O (Zero Tillage) sering disebut Tanpa Olah Tanah (TOT). Penaburan benih kedelai pada lahan sawah bekas padi tanpa pengolahan tanah terlebih dulu, untuk memanfaatkan kelembaban tanah.
  • Pengolahan tanah minimum (Mimimum Tillage). Bagian tanah yang diloah hanya pada calon zona perakaran dengan kelembaban dan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
  • Pengolahan tanah optimum (Optimum Tillage). Pengolahan hanya dilakukan pada lajur tanaman saja (sistem Reynoso untuk tanaman tebu).
  • Pengolahan tanah maksimum (Maximum Tillage). Pengolahan secara intensif seluruh areal pertanahan menjadi gembur dan permukaan tanah rata.
          Makin minim (tidak intensif) cara pengolahan tanah, akan makin mampu menangkal erosi. Dengan demikian makin mendukung kelestarian kesuburan tanah disamping lebih menghemat biaya dan waktu.
                VIII.3
  Pengairan       
       
          Pengairan mengandung arti memanfaatkan dan menambah sumber air dalam tingkat tersedia bagi kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan dalam tanah maka perlu dilakukan pembuangan (drainase), agar tidak mengganggu kehidupan tanaman.
          Pengairan pada tanaman dapat dilakukan dengan cara: (1) Pengairan di atas tanah; (2) Pengairan di dalam tanah (sub irrigation); (3) Pengairan denagn penyemprotan (sprinkler irrigation); dan (4) Pengairan tetes (drip irrigation).
         Pengairan permukaan menggunakan selokan dengan aliran lambat agar tidak terjadi erosi berat. Penggenangan kontur dilakukan bila tanah cukup kemiringannya, sehingga terjadi genangan yang bertingkat tingginya karena dibatasi dengan galengan yang bertahap dan teratur. Laju pemberian air hendaknya berkesinambungan dengan bagian tanah yang dapat menyerapnya, oleh karenanya frekuensi pengairan akan efektif bila diberikan sebelum kelembaban tanah menjadi penghambat pertumbuhan tanaman.
          Dalam keadaan tanah kering maka pemberian air dapat berjumlah lebih banyak dibanding pada tanah basah. Tanah yang memperoleh air pengairan, maka air dapat masuk ke dalam tanah (inflitrasi) dan air dapat lalu lewat tanah itu (perkolasi). Dalam air pengairan dikenal istilah air bebas yaitu air yang tidak diikat dan lalu dengan bebas kebawah karena gaya gravitasi. Bila sebagian air tetap didalam pori-pori tanah maka disebut air kapiler yang terikat dalam pori tersebut oleh tekanan permukaan dan daya adesinya. Air kapiler dan air bebas ini keduanya dapat dipergunakan oleh tanaman. Penggunaan air tersebut juga tergantung dari banyaknya akar, dan laju pengambilan air meningkat dengan makin meningkatnya kekeringan.
          Mengingat makin terbatasnya sumber air, maka langkah-langkah penghematan (peningkatan keefisienan) penggunaan air dalam budidaya tanaman, perlu dilakukan secara simultan dan terus menerus. Langkah-langkah tersebut antara lain melalui pergiliran tanaman (padi dan palawija/sayuran di lahan sawah), pemanfaatan mulsa (diutamakan mulsa organik) di laahn kering pada musim kemarau, sistem tanpa olah tanah (TOT) di akhir musim hujan, pemanfaatan air tanah, penerapan pengairan tetes, dll. Dengan langkah-langkah tersebut kelestarian sunber daya alam air akan lebih terjamin.
       
       
      VIII.4 Pemupukan        
          Tujuan pemupukan adalah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil tanaman. Pemupukan diberikan pada saat tanaman menunjukkan sejumlah kebutuhan unsur hara agar diperoleh keefisienan yang maksimal. Pemberian pupuk padat dilakukan dengan cara ditugal, disebar di atas tanah atau di sebelah tanaman, sedangkan pemberian pupuk daun.
          Dengan cara menyemprotkan pada daun, bersama air disemprotkan sebagai perlakuan tambahan. Pemupukan secara disebar mempunyai kelemahan bahwa pupuk mudah menguap ataupun terikat dalam tanah. Sebenarnya tanah merupakan sumber unsur-unsur hara. Suatu hasil yang tinggi dari tanaman akan mengangkut keluar unsur lebih banyak daripada tanaman yang berdaya hasil rendah.
          Unsur-unsur esensial yaitu unsur penting bila ditiadakan maka pertumbuhan tanaman dapat terhenti. Pada saat kekurangan nampak gejala defisiensi, dan fungsi unsur tertentu tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Unsur esensial makro ialah unsur penting yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak agar siklus hidupnya tidak terhenti seperti N, P, K, Ca, Mg, H dan O, sedangkan unsur esensial mikro ialah unsur penting yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit agar siklus hidupnya tidak terhenti, meliputu Fe, Mn, Zn, Cu, Cl, Mo dan B.
         Konsekuensi penggunaan kultivar unggul berpotensi hasil tinggi (terutama kultivar ”manja”) adalah pemberian pupuk dalam jumlah banyak. Apabila yang digunakan pupuk anorganik dan diberikan terus-menerus tanpa diimbangi pupuk organik, maka akan menyebabkan kerusakan fisik dan keseimbangan hayati tanah. Kesehatan dan produktivitas tanah cenderung menurun sehingga menjadi kendala terwujudnya pertanian berkelanjutan.
         Dalam rangka melestarikan kesuburan tanah (kimiawi, fisik dan hayati) dan mencegah pencemaran air tanah, maka sistem pemupukan hayati perlu ditingkatkan dan dikembangkan karena efeknya yang ramah lingkungan. Pendekatannya dengan pemanfaatan input lokal (pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, pupuk kascing, pupuk guano, dll) dan input luar yang ramah lingkungan misalnya pemanfaatan bakteri Rhizobium (pada kacang-kacangan), cendawan Micoriza (pada padi-padian) dan pupuk organik cair.

Peletakan Pupuk
          Pupuk Nitrogen yang dalam bentuk mudah larut, perlu diletakkan dekat dengan biji tanaman sebagai pemacu tumbuh. Bila pemberian secara sebar maka kemungkinan penguapan cukup besar dan dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan gulma. Pada tanah basah yang memudahkan pupuk N mudah menguap maka dapat diatasi dengan peletakan yang agak dalam.
Pupuk Fosfor, yang diberikan dalam bentuk fosfat dapat larut dalam air tanah asam merupakan pemupukan yang cukup efisien bila diberikan secara jalur.
          Pupuk Kalium, peletakan yang terlalu dekat dari pupuk kalium khiorida akan menyebabkan kerusakan asmotik pada biji tanaman. Pupuk Daun, pada umumnya diberikan bagi pupuk yang mengandung unsur mikro seperti Fe, Cu dan Mn. Namun penyemprotan pupuk N juga dilakukan pada tanaman yang sudah tumbuh lanjut.
                VIII.5  Perlindungan Tanaman        
          Pada budidaya tanaman faktor organisme pengganggu tanaman (OPT) baik berupa hama (insekta, tikus, burung jenis tertentu, dll) dan mikroba penyebab penyakit (cendawan, bakteri, virus) sebagai perusak (secara fisik, kimiawi, dan biologik) maupun gulma sebagai kompetitor tanaman (persaingan dalam mendapatkan unsur hara, air, energi cahaya matahari, CO 2 , O 2 , ruang hidup) disertai zat allelopati yang dikeluarkannya, sangat menentukan tingkat produksi dalam jumlah maupun mutu. Tingkat dampak gangguan pada tanaman sejak yang paling ringan berupa hambatan pertumbuhan/perkembangan, penurunan produk (jumlah dan mutu), kerusakan fatal sehingga gagal panen (ledakan hama tikus di era enam puluhan dan hama wereng di era tahun tujuh puluhan pada tanaman padi) bahkan kematian total tanaman (ledakan hama kutu loncat pada lamtoro local di era tahun delapan puluhan).
         Kejadian tersebut di atas minimal suatu ilustrasi tentang besarnya tingkat gangguan pada keseimbangan hayati di alam, sehingga populasi musuh alam (antara lain predator dan parasit) sudah tidak seimbang lagi dengan populasi hama-hama tersebut di atas. Kondisi tersebut dipicu terutama oleh penggunaan pestisida kimia murni yang tidak terkendali, sehingga pencemaran atmosfer akan menekan kehidupan musuh-musuh alami hama.
        Beberapa cara pengendalian organisme pengganggu yang dikenal antara lain: (1) Cara teknik budidaya dititikberatkan pengurangan populasi musuh alami (menghilangkan tanaman/bagian yang terserang, pergiliran tanaman, pengaturan populasi tanaman, karantina tanaman/tumbuhan, tanaman campuran); (2) Cara fisik (menghilangkan binatang hama dari tanaman, pencabutan gulma, penggunaan zat penarik, penggunaan penangkap hama, perlakuan panas untuk penyebab penyakit); (3) Cara hayati (pemanfaatan predator dan parasit, penggunaan tanaman resisten, pemanfaatan binatang pengusir hama); (4) Cara kimiawi dengan pestisida kimia murni di satu sisi positifnya adalah efek lebih cepat tampak dan praktis dalam penanganan. Tetapi aplikasi yang tidak tepat (takaran, cara, intensitas dan saat) justru dampak negatifnya akan dirasakan jangka panjang dalam bentuk pencemaran (atmosfer, tanah dan air), residu pada produk tanaman, keracunan pada manusia dan hewan, resistensi pada hama dan penyebab penyakit. Cara pengendalian inilah yang sangat mengancam kelestarian sumber daya alam keseimbangan hayat di alam. Penggunaan cara kimia tersebut sebaiknya dilakukan apabila cara lain yang lebih ramah lingkungan kurang berhasil. Penggunaan dan pengembangan pestisida hayat dianggap dapat menutup kelemahan pestisida kimia murni.
Budidaya Tanaman Ganda
1.  Multiple Cropping

Penanaman lebih dari jenis tanaman pada sebidang tanah yang sama dalam satu tahun, yang termasuk dalam sistem tanaman ganda yaitu Inter Cropping, Mixed Cropping dan Relay Cropping.

a. Inter Cropping


Penanaman serentak dua atau lebih jenis tanaman dalam barisan berselang-seling pada sebidang tanah yang sama. Sebagai contoh tumpang sari antara Sorghum dan tanaman kacang tunggak dan antara tanaman ubi kayu dan jagung atau kacang tanah.

b. Mixed Cropping


Penanaman dua atau lebih jenis tanaman secara serentak dan bercampur pada sebidang lahan yang sama. Sistem tanam campuran lebih banyak diterapkan dalam usaha pengendalian hama dan penyabab penyakit.

c. Relay Cropping


Penanaman sisipan adalah penanaman suatu jenis tanaman kedalam pertanaman yang ada sebelum tanaman yang ada tersebut dipanen, atau dengan istilah lain suatu bentuk tumpang sari dimana tidak semua jenis tanaman ditanam pada waktu yang sama. Sebagai contoh : padi gogo dan jagung ditanam bersamaan kemudian ubi kayu ditanam sebagai tanaman sela satu belan atau lebih sesudahnya.



2.  Sequantial Cropping

Penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang lahan dalam satu tahun, dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama dipanen. Demikian juga kalau ada tanaman ketiga, tanaman ditanam setelah tanaman kedua dipanen. (baca lebih lengkap)
           
DAFTAR PUSTAKA
             
Asparno Mardjuki, 1990, Pertanian dan Masalahnya, Andi Offset, Yogyakarta
Gardner, F.P., R. Brent Pearce dan Roger Mitchell, 1991, Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Harjadi, Sri Setyati, 1982, Pengantar Agronomi , PT. Gramedia, Jakarta
Hasan Basri Jumin, 1991, Dasar-dasar Agronomi , CV. Rajawali, Jakarta
Hendarto Kuswanto, 2003, Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Yusnita, 2003, Kultur Jaringan, Agromedia, Pustaka, Jakarta
Kamil, J, 1982, Teknologi Benih I , Universitas Andalas, Padang
Mahida, U.N., 1984, Pencemaran air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Kata Pengantar Otto Soemarwoto, Penerbit CV. Radjawali,       Jakarta
Moenandir, J., 1994, Agronomi , Fakultas Pertanian, UNIBRAW, Malang
Nuryadi, 1978, Kumpulan Makalah Lokakarya, Pola Tanam Tumpanggilir , Cipayung
Orchard, P.W. and D.C. Goodwin, 1979, Environmental Factors, Plant and Crop Growth , University of New England (AAUCS)
Rachman Sutanto, 2002, Penerapan Pertanian Organik , Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Reijntjes, Coen., Bertus Haverkort dan Ann Waters Bayer, Pertanian Masa Depan, Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan dengan       Input Luar Rendah , Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Rinsema, W.T., 1983, Pupuk dan Cara Pemupukan , Terj. H.M. Saleh, Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta
Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setyati Harjadi, 1973, Pembiakan Vegetatif , Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut       Pertanian Bogor
Sadjad, S., 1976, Agronomi Umum , Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Salisbury , F.B. and C.W. Ross, 1992, Plant Physiology . Wadsworth Publishing Company, Belmont , California       
http://www.lablink.or.id/index.html

MATERI PERLINDUNGAN TANAMAN (OPT)

Smangat

Materi Kuliah Perlindungan Tanaman
PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM BUDIDAYA PERTANIAN
PADA ERA GLOBALISASI٭)
Oleh :
YV. Pardjo Notosandjojo٭٭)
I. PENDAHULUAN
Pembangunan sektor pertanian baik dunia maupun kawasan bertujuan untuk menaikkan produksi pertanian guna meningkatkan pendapatan petani dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terutama kebutuhan pangan bagi penduduk yang populasinya meningkat dengan cepat. Meningkatnya jumlah penduduk, berkembangnya budaya bangsa, transportasi, komunikasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia menuntut adanya kebutuhan pangan yang berkualitas tinggi, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dangayahidup yang semakin meningkat. Hal tersebut berarti diperlukan lahan pertanian yang semakin luas, produksi lahan pangan, sandang, dan papan yang semakin meningkat baik jumlah maupun mutunya.
Di Indonesia peningkatan produksi pertanian diupayakan melalui ektensifikasi, intensifikasi, dan deversifikasi. Upaya ekstensifikasi dilakukan antara lain dengan perluasan daerah irigasi, pembukaan lahan pasang-surut di Kalimantan dan Sumatera, serta pembukaan lahan 1.000.000 hektar persawahan di lahan gambut di Sumatera. Upaya-upaya tersebut belum mampu mengatasi masalah pangan bagi negara kita yang laju pertumbuhan penduduknya sangat cepat. Upaya lain adalah dengan intensifikasi, yaitu meningkatkan produksi pertanian per satuan luas. Intensifikasi dilakukan melalui panca-usaha pertanian sebagai berikut : (1) Pemilihan bibit unggul yang berpenghasilan tinggi, sedapat mungkin yang tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki rasa enak; (2) Penggunaan pupuk berimbang dan rasional; (3) Mengusahakan irigasi yang teratur; (4) Meningkatkan teknik bercocok tanam yang lebih menguntungkan; (5) Pengendalian terhadap OPT melalui higenis pertanaman, dan penggunaan bahan kimia pestisida yang rasional. Upaya deversifikasi dilakukan dengan meningkatkan keragaman pertanaman, bukan monokultur.
Upaya intensifikasi telah dirasakan memberikan peningkatan hasil positip, ini ditandai dengan meningkatnya produksi pertanian secara nyata sehingga mampu  memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Puncak produksi pangan khususnya beras dicapai pada tahun 1996 dikenal sebagai swa sembada beras. Namun pada tahun 1999Indonesiatelah mengimpor beras kembali dari luar negeri. Mengapa demikian ?; Karena peningkatan produksi pertanian masih merupakan hal yang cukup rawan, mengingat banyak hal yang dihadapi. Kendala tersebut antara lain pengaruh dari dua faktor yang sangat dominan, yaitu faktor abiotik dan faktor biotik.
________________________________________________________________________

٭) Makalah Pengantar Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian UNS Surakarta Klas AB-3 C & D
٭٭) Dosen Pengampu MK Perlindungan Tanaman


Kendala faktor abiotik seperti adanya musim kering berkepanjangan, berkurangnya lapisan ozon mengakibatkan ribuan bahkan jutaan hektar pertanaman padi kering dan tidak dapat dipanen. Bencana banjir sering melanda ribuan bahkan jutaan hektar pertanaman, yang mengakibatkan tanaman puso. Angin puyuh sering mengakibatkan tanaman roboh, patah, defoliasi, aborsi bunga atau buah, dan kerusakan lain pada tanaman. Logam berat yang berasal dari limbah industri sering mengganggu pertumbuhan tanaman. Bencana alam gunung berapi, seperti lava (panas atau dingin), awan panas, dan hujan abu dapat menurunkan produksi tanaman atau bahkan memusnahkan tanaman pertanian.
Kendala yang berasal dari faktor biotik adalah gangguan dari organisme pengganggu tanaman (OPT), yang terdiri atashama, penyakit, dan gulma.  Gangguan adalah setiap perubahan pertanaman yang mengarah kepada pengurangan kuantitas dan atau kualitas dari hasil yang diharapkan. Pengurangan kuantitas dan atau kualitas berdampak pada kerugian ekonomik.
Perlindungan tanaman perlu dilakukan dalam rangka mengeliminasi gangguan OPT. Perlindungan dapat dilakukan melalui cara preventif (mencegah OPT masuk ke pertanaman) dan cara kuratif (mengendalikan OPT yang telah ada pada pertanaman). Perlindungan tanaman terhadap OPT dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai taktik pengendalian secara terpadu, dengan memperhatikan terhadap kelestarian lingkungan hidup, sosial, ekonomik, dan kesehatan masyarakat. Dengan demikian taktik pengendalianhamadengan pestisida merupakan pilihan terakhir apabila taktik pengendalian lain tidak mampu membendung laju populasihamaatau tingkat kerusakan tanaman. Sebagai dasar penggunaan pestisida adalah Ambang Ekonomi, atau Ambang Kendali. Mengingat pestisida merupakan sumber pencemaran bahan kimia beracun baik pada tanaman atau produknya, air, tanah, maupun udara. Pengendalian semacam itu lebih dikenal sebagai Sistem Pengendalian atau Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).
Kedudukan Perlindungan Tanaman dalam budidaya tanaman adalah sangat penting dan mutlak dilakukan, mengingat Perlindungan Tanaman merupakan jaminan dalam mempertahankan produksi tanaman terhadap gangguan OPT. Tanpa dilakukan Perlindungan Tanaman pada budidaya tanaman sulit dipastikan bahwa petani akan mampu panen sesuai dengan harapan mereka.
II. PENGERTIAN DAN ARTI PENTING ORGANISME
OPT, terdiri atas binatang, mikro-organisme, dan tumbuhan liar (gulma). Binatang yang berperan sebagai OPT dapat berasal dari binatang menyusui (Klas Mammalia), binatang lunak (Klas Mollusca), binatang cacing parasit tanaman (Klas Nematoda), dan binatang Serangga (Klas Insekta dan Klas Arachnida). Dari binatang menyusui misalnya babi hutan, kera, dan rusa yang menjadi musuh petani di luar Jawa terutama di kawasan pemukiman transmigrasi. Gajah bahkan sering merusak ladang petani maupun perkebunan tebu di Sumatera Selatan dan Lampung. Tidak kalah pentingnya adalahhamatikus sawah yang mampu menyerang dan membinasakan ribuan bahkan jutaan hektar pertanaman padi yang sudah siap panen. Tidak hanya pertanaman padi yang diserang tetapi pertanaman pangan lain, palawija, dan tebu. Tidak hanya tikus sawah yang menimbulkan masalah, tetapi juga tikus rumah yang sering menimbulkan masalah pada bahan dan produk pertanian yang disimpan di dalam gudang. Disamping itu sangat mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Tikus pohon juga banyak menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa atau kelapa sawit, salak, padi, dan jagung. Demikian juga tupai yang banyak menimbulkan masalah pada pertanaman kelapa, mengerat buah kakao, mangga, dan durian. Kalong dan codhot (bangsa kelelawar) banyak menimbulkan masalah karena menyerang buah-buahan di pedesaan. Burung (bangsa Aves) juga sering dijumpai mengganggu tanaman budidaya pertanian terutama burung-burung pemakan biji-bijian seperti burung gelatik, burung pipit, burung gereja. Namun beberapa jenis burung memakan buah-buahan.
Binatang lunak yang sering menimbulkan masalah adalah bangsa siput seperti siput Singapura (bekecot), keong emas, dan jenis siput lain baik yang bercangkang maupun tidak bercangkang. Cacing parasit tanaman (bangsa Nematoda) banyak menimbulkan masalah baik lokal, nasional, maupun internasional. Nematoda puru akar banyak menimbulkan permasalahan pada pertanaman terutama dari familia Solanaceae, seperti tanaman tembakau, kentang, tomat, cabai, terung. Namun sifat nematoda puru akar adalah polifag sehingga nematoda tersebut mampu menyerang berbagai komoditi pangan, palawija, hortikultura, bahkan tanaman perkebunan. Nematoda dari marga Pratylenchus, Radopholus, dan Radinaphelenchus mampu merusak tanaman kopi, lada, pisang, dan kelapa/kelapa sawit. Marga lain misalnya Aphelenchoides, Ditylenchus, dan Anguina mampu menyerang padi, gandum, tanaman hias, dan hortikultura. Pada tahun 2000 an Indonesia heboh dengan masuknya “golden nematode” dari Marga Globodera, jenis nematoda ini menyerang pertanaman kentang, pada hal nematoda tersebut merupakan masalah besar di Amerika dan Eropa. Masuknya nematoda tersebut menunjukkan bahwa sistem perlindungan tanaman kita terutama Dinas Karantina Tumbuhan masih lemah.
Binatang serangga menduduki sekitar 75% dari seluruh binatang yang ada di dunia ini. Dengan demikian peran serangga dalam sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan sangat penting. Serangga yang memiliki dua klas, yaitu klas insekta dan klas arachnida memiliki anggota yang besar yang berperan sebagai OPT. Dari klas insekta dikenal Bangsa-Bangsa penting, antara lain,  Bangsa kupu-kupu (Lepidoptera), bangsa kumbang (Coleoptera), bangsa lalat (Diptera), bangsa lebah (Hymenoptera), bangsa belalang (Orthoptera), bangsa kepik atau kepinding (Hemiptera), bangsa kutu & wereng (Homoptera), bangsa trip (Thysanoptera), bangsa rayap (Isoptera), dan bangsa capung (Odonata). Dari klas arachnida dikenal bangsa tungau (Mite). OPT binatang tersebut untuk selanjutnya disebut binatanghamaatauhamasaja.
OPT mikro-organisme dapat berupa jamur patogen tanaman, bakteri, virus, mikoplasma, protozoa. Dikenal jamur embun tepung yang menyerang pertanaman apel di daerah Batu, Pujon (Malang, Jatim) meluas sampai daerah Nongkojajar (Pasuruan, Jatim). Jamur Fusarium dan Phytophthora yang sangat berbahaya pada tanaman tembakau, kentang, tomat, teh, dan lain-lain. Bakteri busuk batang sangat berbahaya pada tanaman panili, bakteri lanas berbahaya pada tanaman tembakau, kentang dan tomat. Virus CVPD telah terbukti mampu menghancurkan ribuan bahkan jutaan tanaman jeruk diIndonesia. Virus mozaik sangat menurunkan kualitas daun tembakau dan teh. Masih banyak lagi peran mikro-organisme sebagai OPT terlebih bila mikro-organisme tersebut ditularkan via serangga vektor. OPT mikro-organisme tersebut untuk selanjutnya disebut penyakit tanaman.
OPT berasal dari tumbuhan liar (gulma) mengganggu pertanaman budidaya pertanian dalam berbagai hal, antara lain : persaingan (kompetisi) dalam memperoleh unsur hara, tempat tinggal, cahaya matahari, kadang terjadi alelopati. Rumput alang-alang merupakan masalah di lahan pertanian luar Jawa, baik di Sumatera danKalimantan. Enceng gondok yang dahulu sebagai tanaman hias di kolam-kolam telah berubah menjadi gulma baik di persawahan maupun di waduk, dam, atau rawa-rawa. Hampir setiap lahan pertanian, perkebunan, maupun tegalan pasti selalu tumbuh gulma baik berupa rumput-rumputan, gulma berdaun sempit, maupun berdaun lebar, yang tentunya sebagai pesaing berat bagi tanaman budidaya. OPT tumbuhan liar tersebut untuk selanjutnya disebut gulma.
Berdasarkan uraian di atas tentunya dapat dibedakan secara mudah antarahama, penyakit, dan gulma. Dari segi jasat pengganggunya, dari cara jasat tersebut mengganggu, dan dampak dari gangguan yang ditimbulkan.
Tidak semua organisme di dunia ini selalu berperan sebagai OPT, namun ada sebagian organisme yang berperan membantu tanaman atau membantu petani yang lebih dikenal sebagai Organisme Benefisial (OB). Dari golongan binatang menyusui dikenal kucing dan anjing yang merupakan pemangsa tikus dan babi hutan. Binatang melata seperti ular sangat efektif memangsa tikus. Di perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara telah dipelihara burung hantu sebagai pemangsa tikus pohon.Adajenis-jenis nematoda yang berperan sebagai pemangsa nematoda parasit tanaman, ada yang memangsa jamur patogen atau bakteri. Demikian pula serangga yang banyak berperan sebagai pemangsa (predator) seperti kumbang buas, kepik buas, lebah buas, capung, dan laba-laba buas. Namun ada jenis-jenis serangga yang hidupnya menumpang pada serangga lain dan dapat menyebabkan kematian pada serangga tersebut, yang lebih dikenal sebagai parasitoid. OB serangga dapat pula membantu dalam proses penyerbukan tanaman, menghasilkan lak sebagai bahan baku cat atau pelitur, dan menghasilkan madu serta royal jelly. Kelompok mikro-organisme juga ada yang bermanfaat manakala mereka berperan sebagai patogenhama, yang menyebabkanhamamenjadi sakit, dan mati. Jenis-jenis mikro-organisme lain bermanfaat bagi proses fermentasi dalam pembuatan tape, anggur, dan minuman keras (brem, ciu, arak), pembuatan susu asam (kefir, yakult), juga bermanfaat dalam pembuatantempedan tauco. Bahkan dapat dimanfaatkan sebagai obat antibiotika sepert penisilin. Demikian pula tumbuhan liar tidak selalu sebagai gulma, tetapi ada yang bermanfaat seperti sebagai penahan longsor, penahan air, sarana olah raga (lapangan sepak bola, golf), untuk taman-taman, dapat menghasilkan pakan (polen, nektar, madu) bagi imago parasitoid, dan merupakan sumber pakan bagi ternak (kambing, sapi, kerbau, kuda, kelinci).

III. HUBUNGAN ANTARA TANAMAN DENGAN OPT
Tanaman bagi OPT binatang merupakan sumber pakan, tempat berlindung atau tempat hidup, dan tempat melakukan kopulasi. Sedang keberadaan OPT binatang bagi tanaman merupakan sumber gangguan, karena binatang mampu memakan tanaman mulai dari bagian akar sampai pucuk bahkan bunga, buah, ataupun bijinya. Beberapa binatang merusak secara mekanik seperti daun berlobang-lobang karena dimakan ulat daun atau belalang atau kumbang, akar-akar rusak bahkan terputus karena dimakan Lundi, tanaman padi nampak patah-patah porak poranda karena dimakan tikus sawah. Binatang juga dapat mengeluarkan semacam ludah yang bersifat toksik (beracun) bagi tanaman, seperti layu pucuk kapas karena dicucuk dan dihisap cairan selnya oleh kepik hijau. Serangan binatang juga mampu mempengaruhi pertumbuhan sel atau jaringan tanaman sehingga menyimpang dari normal, terjadinya puru pada akar tanaman karena adanya penyimpangan sel-sel akar akibat terserang nematoda Meloidogyne. Lebih bahaya lagi apabila saat binatang memakan tanaman, sekaligus menularkan patogen tanaman, dengan demikian terjadilah serangan ganda.
Tanaman sebagai sumber pakan sering disebut inang, inang yang paling disukai dikenal sebagai inang utama, namun tentunya binatang tidak mau mati kelaparan mana kala inang utamanya tidak ada dan mereka akan memakan tanaman lain meskipun tidak suka atau sekedar untuk mempertahankan hidup saja, tanaman lain tersebut disebut inang alternatif. Banyak sedikitnya tanaman sebagai inang dikenal sebagai kisaran inang, bila binatang memiliki inang banyak artinya binatang tersebut memiliki kisaran inang luas (euro-phagic), sebaliknya bila kisaran inangnya sedikit disebut kisaran inangnya sempit (steno-phagic). Bila binatang memiliki kisaran inang luas dan jenis-jenis  tanaman tersebut berasal dari banyak suku (familia) maka binatang tersebut disebut polifag, namun bila kisaran inangnya sempit hanya beberapa jenis tanaman yang berasal dari beberapa marga (genus) dinamakan oligofag, sedang bila tanaman inangnya hanya beberapa jenis saja dari satu marga dinamakan monofag. Binatang yang mengkonsumsi tanaman sebagai sumber pakan dinamakan herbivora, namun ada yang mengkonsumsi ganda baik tanaman maupun binatang dinamakan omnivora, sedang bila binatang hanya mengkonsumsi binatang saja dinamakan karnivora. Dengan demikian jelas bahwa OPT binatang berupa herbivora dan omnivora.
Tanaman bagi OPT mikro-organisme sebagai media tumbuh dan berkembang biak. Keberadaan OPT mikro-organisme sangat mengganggu dalam proses fisiologi tanaman sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan pertumbuhan tanaman yang mengarah kepenurunan angka hasil dan mutu hasil. Namun kadang penyimpangan tersebut justru meningkatkan nilai ekonomi komoditi tersebut, sepertu bunga tulip yang terserang virus kelihatan lebih indah dan lebih mahal. Kelapa kopyor sangat digemari orang dan mahal harganya.
Tanaman bagi OPT gulma sebenarnya sebagai pesaing, sama seperti gulma bagi tanaman. Tanaman dan gulma sama-sama tumbuhan tingkat tinggi jadi wajarlah bila persaingan tersebut didasarkan pada kebutuhan hidup bagi tanaman, yaitu kebutuhan akan unsur hara, kebutuhan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, dan kebutuhan tempat tinggal atau ruang hidup. Namun kadang akar gulma mampu mengeluarkan senyawa yang bersifat racun bagi tanaman sehingga terjadilah alelopati. Dengan demikian keberadaan gulma pada pertanaman budidaya sangat mengganggu penyediaan unsur hara tanaman, berkurangnya fotosintesa, terjadinya etiolasi, sampai pertumbuhan tanaman merana.
IV. KERUSAKAN TANAMAN DAN KERUGIAN EKONOMIK
Setiap kali terjadi serangan hamatentu akan menimbulkan luka (injury), dan luka tersebut akan mengakibatkan kerusakan (damage) pada tanaman. Jadi luka lebih difokuskan kepadahama dan aktifitasnya, sedang kerusakan lebih difokuskan kepada penyimpangan dari normal dan respon tanaman tersebut terhadap serangan. Dampak kerusakan adalah penurunan angka hasil (kuantitas) dan atau mutu hasil (kualitas). Bila penurunan angka hasil dan atau mutu hasil dirasakan secara ekonomik, maka OPT tersebut baru dapat dikategorikan sebagaihama, penyakit, maupun gulma. Jadi tolok ukurnya adalah nilai ekonomik kerusakan tanaman tersebut.
Sebagai ilustrasi dapat disampaikan beberapa contoh kejadian-kejadian sebagai berikut : serangan ulat kipat pada tanaman kedondong dan jambu mete mengakibatkan daun-daun kedondong dan mete meranggas bahkan habis dimakan oleh ulat tersebut yang populasinya ratusan sampai ribuan ekor per tanaman. Serangan ulat tersebut tidak pernah dihiraukan oleh pemiliknya, karena pemiliknya tahu bahwa dampak serangan itu akan membawa keuntungan ganda, yaitu setelah ulat menjadi kepompong maka kepompong tersebut bernilai ekonomik karena kandungan proteinnya tinggi. Sedang keuntungan kedua adalah tidak lama lagi tanaman akan bersemi kembali sambil muncul bunga-bunga yang cukup lebat. Dan tentunya hasil panennya lebih tinggi dibanding bila tidak terjadi serangan ulat tersebut. Apakah ulat kipat dapat dikategorikan sebagaihama?. Kelapa kopyor adalah penyimpangan buah akibat terserang virus, namun kelapa kopyor memiliki nilai ekonomik lebih tinggi dibanding kelapa biasa. Demikian juga bunga tulip yang terserang virus akan terjadi trotol-trotol yang membawa bunga tulip tersebut bernilai ekonomik lebih tinggi. Apakah patogen tersebut dapat dikategorikan sebagai penyakit tanaman ?
Ditinjau dari segi ekonomik ada beberapa istilah yang perlu diketahui, yaitu : Aras Luka Ekonomik (Economic Injury Level) adalah aras populasi hama terendah yang telah dapat menimbulkan kerugian secara ekonomik. Oleh karena itu tugas perlindungan tanaman adalah menjaga tingkat populasi hama agar tidak pernah sampai pada aras tersebut. Tidak kalah pentingnya adalah Ambang Ekonomik (Economic Threshold) adalah aras populasihama atau tingkat kerusakan tanaman yang pada aras tersebut telah dibenarkan penggunaan taktik pestisida untuk menekan populasihama agar tidak pernah sampai ke Aras Luka Ekonomik. Nilai ALE dan AE senantiasa berubah (dinamis) karena dipengaruhi oleh faktor pendukung yang tidak tetap seperti harga komoditi, biaya pengendalian OPT, kepekaan komoditi tersebut terhadap OPT, dan minat masyarakat terhadap komoditi tersebut.
V. RANGKUMAN
Semakin sempitnya lahan pertanian karena terjadinya alih fungsi dari lahan pertanian ke perumahan, gedung-gedung, pabrik-pabrik industri, jalan-jalan bebas hambatan, depo penyediaan BBM (premium, solar, premix), stadion-stadion, terminal-terminal angkutan, pasar-pasar, dan lain-lain, maka dalam proses budidaya tanaman perlu diupayakan intensifikasi dan ekstensifikasi. Upaya tersebut juga dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang meningkat secara cepat, dan meningkatkan penghasilan petani.
Dalam budidaya pertanian selalu ada kendala-kendala baik secara abiotik, yaitu terjadinya bencana alam yang tak mungkin kita kuasai seperti banjir dimusim penghujan, turunnya hujan es, sambaran petir, terjadinya tanah longsor, banjir lahar dingin, serangan angin puyuh, bencana kekeringan pada musim kemarau, hujan abu, gunung meletus, awan domba (awan panas), terjadinya fros. Tidak kalah pentingnya adalah kendala biotik yang dikenal sebagai OPT. OPT pada garis besarnya terbagi menjadi tiga golongan besar, yaitu golongan binatang (Vertebrata dan Avertebrata), golongan mikro-organisme, dan golongan tumbuhan liar. Gangguan yang ditimbulkan dari golongan binatang dinamakanhama, dari mikro-organisme dinamakan penyakit, dan dari tumbuhan liar dinamakan gulma.
Tidak semua binatang berperan sebagai OPT, tetapi banyak juga yang berperan sebagai OB (Organisme Benefisial) misalnya berperan sebagai predator, parasitoid, pollinator, penghasil madu, lak. Demikian juga dari golongan mikro-organisme tidak selalu sebagai OPT, tetapi banyak juga yang bersifat sebagai OB seperti sebagai patogen hama, patogen gulma, membantu proses fermentasi, ragi tape, ragi tempe, penghasil zat antibiotika, perombak bahan organik dan masih banyak lagi. Tumbuhan liar juga tidk selalu sebagai OPT, tetapi banyak juga yang berperan sebagai OB seperti gulma penahan longsor, penahan air, memperindah taman, lapangan bola, golf, pakan ternak, penggembalaan ternak, tempat berlindung musuh alami hama, menyediakan pakan bagi parasitoid imago seperti nektar, polen, madu, dan sebagai ramuan obat-obatan. Oleh karena itu suatu kewajiban untuk mengenal organisme secara mendalam, mana yang berperan sebagai OPT dan mana OB. Dengan demikian memudahkan dalam pengendalian OPT, dan selalu berorientasi untuk pelestarian OB.
Perlindungan tanaman terhadap OPT perlu dilakukan untuk mengeliminasi gangguan tersebut sehingga tidak berdampak pada kerugian ekonomik. Berbagai cara dapat dilakukan baik secara preventif (mencegah masuknya gangguan) maupun kuratif (mengendalikan gangguan yang ada). Baik mencegah maupun mengendalikan OPT dikenal berbagai taktik pengendalian yang pada garis besarnya dibagi menjadi dua, yaitu taktik non-pestisida dan taktik pestisida. Taktik non-pestisida meliputi taktik mekanis, fisis, kultur teknis, penanaman varietas tahan, taktik pemanfaatan musuh alami (biologis), taktik pemanfaatan senyawa atraktan, repellen, tatik rekayasa  genetik, dan taktik regulasi (peraturan, perundang-undangan). Taktik pestisida adalah taktik yang berisiko tinggi, berbahaya terhadap manusia, berbahaya terhadap lingkungan hidup, mengurangi bahkan menghilangkan fungsi OB. Taktik-taktik tersebut digunakan secara terpadu dalam satu tindakan pengendalian OPT yang dikenal sebagai Pengendalian atau Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Karena taktik pestisida berisiko tinggi maka taktik tersebut merupakan pilihan terakhir bila taktik non-pestisida tidak mampu menanggulangi OPT sasaran. Batas diperbolehkan menggunakan taktik pestisida dinamakan Ambang Ekonomi.
Dalam rangka mengikuti dinamika populasi OPT atau tingkat kerusakan tanaman maka perlu dilakukan pemantauan atau monitoring secara rutin dan cermat. Hal tersebut perlu dilakukan agar langkah-langkah perlindungan tanaman dapat dilakukan secara cepat, tepat, dan efisien. Dengan demikian penurunan hasil tanaman akibat gangguan OPT dapat dieliminasi, produksi dapat diselamatkan, dan pendapatan petani akan meningkat.

Selamat Belajar Semoga Berhasil