Smangat
I.1
Pengertian
Agronomi dapat diistilahkan sebagai
produksi tanaman, dan diartikan suatu usaha pengelolaan tanaman dan
lingkungannya untuk memperoleh hasil sesuai tujuan. Ada dua tujuan, yaitu
memaksimalkan output atau meminimalkan input agar kelestarian lahan tetap
terjaga.
Pada awal kehidupan manusia di bumi, hanya hidup dari mencari makan dari hasil hutan secara langsung. Perkembangan berikutnya, semakin banyak anggota kelompoknya, lalu ada tempat untuk menetap dan mulai bercocok tanam di lahan sekitar tempat tinggalnya dan mulai memelihara ternak dan terbentuklah pekarangan.
Setelah itu, berkembang untuk membuka lahan di hutan untuk bercocok tanam, sehingga hanya dapat ditanami beberapa tahun lalu pindah tempat, sering dikenal dengan lahan berpindah.
Semakin bertambahnya penduduk, sistem-sistem tersebut tidak dapat dipertahankan, lalu berusaha untuk tetap mempertahankan tingkat kesuburan tanahnya dan mulai dikenal teknik budidaya (agronomi).
Ketidakseimbangan penambahan jumlah penduduk dibanding penambahan hasil pangan menjadi persoalan yang dipelajari oleh bidang Agronomi. Antara lain usahanya dengan perluasan lahan, penggunaan varietas unggul, peningkatan manajemen dalam berbagai tindak agronomi dan pelaksanaanya.
Pada awal kehidupan manusia di bumi, hanya hidup dari mencari makan dari hasil hutan secara langsung. Perkembangan berikutnya, semakin banyak anggota kelompoknya, lalu ada tempat untuk menetap dan mulai bercocok tanam di lahan sekitar tempat tinggalnya dan mulai memelihara ternak dan terbentuklah pekarangan.
Setelah itu, berkembang untuk membuka lahan di hutan untuk bercocok tanam, sehingga hanya dapat ditanami beberapa tahun lalu pindah tempat, sering dikenal dengan lahan berpindah.
Semakin bertambahnya penduduk, sistem-sistem tersebut tidak dapat dipertahankan, lalu berusaha untuk tetap mempertahankan tingkat kesuburan tanahnya dan mulai dikenal teknik budidaya (agronomi).
Ketidakseimbangan penambahan jumlah penduduk dibanding penambahan hasil pangan menjadi persoalan yang dipelajari oleh bidang Agronomi. Antara lain usahanya dengan perluasan lahan, penggunaan varietas unggul, peningkatan manajemen dalam berbagai tindak agronomi dan pelaksanaanya.
I.2 Lingkup Agronomi
Sejak dari bidang pemuliaan, sampai
pengelolaan tanaman dan hal sangat luas, sejak benih tumbuh sampai pengelolaan
lingkungannya. (baca lebih lengkap)
BAB II
TANAMAN PERTANIAN, PENGERTIAN PERTANIAN PERKEMBANGAN PERTANIAN,
DEFINISI AGRONOMI DAN SISTEM PERTANIAN DI INDONESIA II.1 Tanaman Pertanian
TANAMAN PERTANIAN, PENGERTIAN PERTANIAN PERKEMBANGAN PERTANIAN,
DEFINISI AGRONOMI DAN SISTEM PERTANIAN DI INDONESIA II.1 Tanaman Pertanian
Tanaman sebagai penghasil bahan
pangan, bahan sandang, bahan bangunan, bahan bakar dan lain-lain. Tanaman
pertanian dalam arti luas adalah segala tanaman yang digunakan oleh manusia
untuk tujuan apapun (Setyati, 1982) Sehingga mempunyai makna, yang berguna
secara ekonomi maupun kehidupan manusia. Jumlah spesies sangat banyak ± 1000
-2000. Kira-kira 10 % penting di perdagangan dunia. Khusus untuk penghasil
pangan lada 15 spesies.
II.2 Pengertian Pertanian
Salah satu sektor perekonomian
adalah pertanian, yang merupakan penerapan akal dan karya manusia melalui
pengendalian proses produksi biologis tumbuh-tumbuhan dan hewan, sehingga lebih
bermanfaat bagi manusia. Tanaman dapat diibaratkan sebagai pabrik primer karena
dengan memakai bahan dasar langsung dari a1am dapat menghasilkan bahan organik
yang bermanfaat bagi manusia baik langsung maupun tidak langsung.
II.3
Perkembangan Pertanian
Perkembangan pertanian berhubungan
erat dengan perkembangan dari setiap kondisi masyarakatnya. Contoh :
1. Primitif masih dengan sistem berburu dengan mengumpulkan hasil hutan.
2. Masyarakat yang sudah lebih maju misalnya didapatkannya api berpengaruh terhadap perkembangan pertanian.
3. Setelah mengenal manajemen sederhana, juga berpengaruh dalam usaha peningkatan kualitas tanaman dan hewan, dimulai dari penjinakan, seleksi dan sampai ke adaptasi.
1. Primitif masih dengan sistem berburu dengan mengumpulkan hasil hutan.
2. Masyarakat yang sudah lebih maju misalnya didapatkannya api berpengaruh terhadap perkembangan pertanian.
3. Setelah mengenal manajemen sederhana, juga berpengaruh dalam usaha peningkatan kualitas tanaman dan hewan, dimulai dari penjinakan, seleksi dan sampai ke adaptasi.
II.4
Definisi dan Pengertian Agronomi
Sadjad (1976) Agronomi sebagai cabang
ilmu-ilmu pertanian yang mencakup pengelolaan lapang produksi dan menghasilkan
produksi maksimum. Setyati (1982) Ilmu Agronomi merupakan ilmu yang mempelajari
cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungannya untuk memperoleh produksi
maksimum. Produksi maksimum bermakna baik kuantitatif maupun kualitatif.
Pengelolaan dilakukan pada berbagai tingkatan dari sederhana sampai maju, dan pada saatnya tingkat efektivitas dan efisiensi temyata dipengaruhi oleh tingkat budaya manusianya.
Pengelolaan dilakukan pada berbagai tingkatan dari sederhana sampai maju, dan pada saatnya tingkat efektivitas dan efisiensi temyata dipengaruhi oleh tingkat budaya manusianya.
II.5 Sistem
Pertanian di Indonesia Berdasar tingkat
efisiensi teknologi yang diterapkan, ada beberapa sistem : (baca lebih lengkap)
- Sistem ladang : belum berkembang, pengelolaan sangat
sedikit, produktivitasnya tergantung lapisan humus awal.
- Sistem tegal pekarangan : di lahan kering ,
pengelolaannya masih rendah , terdapat tanaman campuran, baik tahunan
maupun musiman.
- Sistem sawah : teknik budidaya tinggi , sistem
pengelolaan yang sudah baik (tanah, air dan tanaman), stabilitas
kesuburannya lebih baik.
- Sistem perkebunan : khusus tanaman perkebunan yang
menghasilkan bahan-bahan yang dapat diekspor, tingkat manajemen sudah
maju.
III.1 Pengertian Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati dan air , baik yang diolah maupun tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman ( UU RI No. 7
th.1996 tentang Pangan ). Dan gizi pangan adalah zat atau senyawa yang terdapat
dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral serta tanamannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan
manusia.
Bagi tumbuhan, pangan disintesis sendiri dengan energi sinar matahari, mikro organisme hanya memerlukan sumber energi yang sederhana. Untuk hewan memerlukan pangan antara lain berupa tanaman dalam bentuk molekul yang komplek.
Kekurangan pangan, dapat menimbulkan akibat yang sulit ditoleransi, terutama pada anak-anak balita sehingga masalah pangan menjadi sangat penting dan menentukan tingkat kesehatan (fisik, mental, sosial).
Kekurangan pangan di Indonesia muncul dalam bentuk: (1) Kekurangan kalori-protein (KKP) ; (2) Kekurangan vitamin A ; (3) Gondok endemik dan kretinin ; (4) Anemia gizi (kekurangan zat besi).
Kekurangan pangan dan gizi, terutama pada balita dapat menurunkan kualitas manusianya, sehingga kualitas SDM dapat sangat terbatas.
Kebijakan pemerintah yang semula dengan program B1MAS, INMAS, INSUS, kemudian SUPRA INSUS ; Peningkatan nilai gizi konsumsi pangan melalui pogram perbaikan menu makanan rakyat (PMMR) serta penganekaragaman bahan makanan yang bergizi.
Setelah adanya UU RI No. 7 th.1996 tentang Pangan, Pemerintah mengenai pangan dicanangkan dengan program ketahanan pangan yang mempunyai makna : Suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman merata dan terjangkau.
Bagi tumbuhan, pangan disintesis sendiri dengan energi sinar matahari, mikro organisme hanya memerlukan sumber energi yang sederhana. Untuk hewan memerlukan pangan antara lain berupa tanaman dalam bentuk molekul yang komplek.
Kekurangan pangan, dapat menimbulkan akibat yang sulit ditoleransi, terutama pada anak-anak balita sehingga masalah pangan menjadi sangat penting dan menentukan tingkat kesehatan (fisik, mental, sosial).
Kekurangan pangan di Indonesia muncul dalam bentuk: (1) Kekurangan kalori-protein (KKP) ; (2) Kekurangan vitamin A ; (3) Gondok endemik dan kretinin ; (4) Anemia gizi (kekurangan zat besi).
Kekurangan pangan dan gizi, terutama pada balita dapat menurunkan kualitas manusianya, sehingga kualitas SDM dapat sangat terbatas.
Kebijakan pemerintah yang semula dengan program B1MAS, INMAS, INSUS, kemudian SUPRA INSUS ; Peningkatan nilai gizi konsumsi pangan melalui pogram perbaikan menu makanan rakyat (PMMR) serta penganekaragaman bahan makanan yang bergizi.
Setelah adanya UU RI No. 7 th.1996 tentang Pangan, Pemerintah mengenai pangan dicanangkan dengan program ketahanan pangan yang mempunyai makna : Suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman merata dan terjangkau.
III.2
Kebutuhan Kalori Bagi Manusia
Gizi pangan adalah zat atau senyawa
yang terdapat dalam pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan
kesehatan manusia. Kebutuhan pangan bagi manusia, sebetulnya sukar ditentukan
dan sangat tergantung pemilihan bahan jumlah dan kondisinya. Tingkat efisiensi
dalam tubuh sangat tergantung komposisi, sistem pencernaan, ukuran tubuh, jenis
pekerjaan, umur juga tingkat kesehatan manusianya.
Di Indonesia saat ini menetapkan ketahanan pangan sebagai programnya yang bertujuan : (1) Menjamin ketersediaan pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan; (2) Harga terjangkau bagi setiap keluarga ; (3) Dengan memperhatikan pendapatan petani, peternak dan nelayan. Kebutuhan manusia akan menu pangan tergantung antara lain pada umur, misalnya : (1) Balita membutuhkan menu yang berkualitas tinggi dengan kuantitas yang cukup; (2) Manusia usia efektif memerlukan menu berkualitas cukup dengan kuantitas sesuai dengan pekerjaannya; (3) Manula kebutuhan menu disesuaikan kondisinya.
Visi program ketahanan pangan : (1) Ketersediaan pangan yang cukup, merata, aman, dan terjangkau ; (2) Optimasi sumber daya domestik melalui intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi ; (3) Pengolahan pangan (agroindustri) agar pendapatan meningkat ; (4) Sistem distribusi pangan ; (5) Keanekaragaman pangan ; (6) Taraf hidup meningkat.
Program BIMAS, INMAS, INSUS, SUPRA INSUS dan yang terakhir SUPRA INSUS + CORPORATE FARMING telah berhasil mewujudkan swasembada beras tahun 1984 namun mengalami fluktuasi sampai dewasa ini.
Penyebab fluktuasi tersebut antara lain: (1) Iklim ; (2) Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ; (3) Bencana alam ; (4) Krisis moneter ; (5) Lahan produktif yang menurun ; (6) Penerapan teknik budidaya yang belum ramah lingkungan ; (7) Seringkali kurang adanya keperpihakan pada petani.
Permasalahan umum yang dihadapi antara lain : (1) Jumlah penduduk masih meningkat ; (2) Masih ada alih fungsi tanah produktif di Jawa; (3) Bergesernya konsumsi dari beras ke non beras ; (4) Tuntutan kualitas dan kuantitas lebih besar ; (5) Rusaknya keseimbangan hayati ; (6) Makin menyempitnya areal hutan terutama di Jawa. (baca lebih lengkap)
Di Indonesia saat ini menetapkan ketahanan pangan sebagai programnya yang bertujuan : (1) Menjamin ketersediaan pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan; (2) Harga terjangkau bagi setiap keluarga ; (3) Dengan memperhatikan pendapatan petani, peternak dan nelayan. Kebutuhan manusia akan menu pangan tergantung antara lain pada umur, misalnya : (1) Balita membutuhkan menu yang berkualitas tinggi dengan kuantitas yang cukup; (2) Manusia usia efektif memerlukan menu berkualitas cukup dengan kuantitas sesuai dengan pekerjaannya; (3) Manula kebutuhan menu disesuaikan kondisinya.
Visi program ketahanan pangan : (1) Ketersediaan pangan yang cukup, merata, aman, dan terjangkau ; (2) Optimasi sumber daya domestik melalui intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi ; (3) Pengolahan pangan (agroindustri) agar pendapatan meningkat ; (4) Sistem distribusi pangan ; (5) Keanekaragaman pangan ; (6) Taraf hidup meningkat.
Program BIMAS, INMAS, INSUS, SUPRA INSUS dan yang terakhir SUPRA INSUS + CORPORATE FARMING telah berhasil mewujudkan swasembada beras tahun 1984 namun mengalami fluktuasi sampai dewasa ini.
Penyebab fluktuasi tersebut antara lain: (1) Iklim ; (2) Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ; (3) Bencana alam ; (4) Krisis moneter ; (5) Lahan produktif yang menurun ; (6) Penerapan teknik budidaya yang belum ramah lingkungan ; (7) Seringkali kurang adanya keperpihakan pada petani.
Permasalahan umum yang dihadapi antara lain : (1) Jumlah penduduk masih meningkat ; (2) Masih ada alih fungsi tanah produktif di Jawa; (3) Bergesernya konsumsi dari beras ke non beras ; (4) Tuntutan kualitas dan kuantitas lebih besar ; (5) Rusaknya keseimbangan hayati ; (6) Makin menyempitnya areal hutan terutama di Jawa. (baca lebih lengkap)
Pertanian pada dasamya berhubungan
dengan perubahan energi matahari ke dalam bentuk bahan pangan maupun serat.
IV.1
Penggunaan energi untuk kegiatan tanaman
Energi matahari merupakan sumber
utama hubungannnya dengan pertumbuhan tanaman, sembilan puluh persen bahan
kering tanaman pertanian berasal dari perubahan carbon melalui proses
fotosintesis yang tergantung cahaya. Belakangan ini banyak ahli biologi yang
mencoba menghitung produktivitas tanaman dengan memperhatikan penangkapan
energi matahari dan pengubahannya ke energi kimia melalui proses fotosintesis.
Bahan dan hasil akhir proses fotosintesis ditulis sebagai berikut :
( energi cahaya 673.000 kalori
+ klorofil )
6CO2 + 12H2O ————————————————————— > C6H12O6 + 6O2 + 6H2O
6CO2 + 12H2O ————————————————————— > C6H12O6 + 6O2 + 6H2O
Energi cahaya matahari yang
digunakan berasal dari panjang gelombang 0,4 - 0,7 mikron.
Efisiensi fotosintesis dipengaruhi oleh laju fotosintesis.
Laju fotosintesis akan meningkat dengan meningkatnya cahaya sampai batas-batas tertentu, walaupun laju fotosintesis meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya, tetapi peningkatannya lambat sehingga efisiensi penangkapan cahaya menurun. Apabila intensitas cahaya tinggi secara relatif lebih banyak cahaya tegak yang dipantulkan oleh daun-daun. Masuknya cahaya ke tajuk tanaman dipengaruhi oleh sudut datangnya sinar dan susunan daun, tajuk yang ideal untuk distribusi cahaya mempunyai susunan daun merata, pada bagian atas tajuk mempunyai daun-daun lebih tegak dan lebih kecil sedang daun-daun bawah tersusun secara horizontal.
Laju fotosintesis akan meningkat dengan meningkatnya cahaya sampai batas-batas tertentu, walaupun laju fotosintesis meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya, tetapi peningkatannya lambat sehingga efisiensi penangkapan cahaya menurun. Apabila intensitas cahaya tinggi secara relatif lebih banyak cahaya tegak yang dipantulkan oleh daun-daun. Masuknya cahaya ke tajuk tanaman dipengaruhi oleh sudut datangnya sinar dan susunan daun, tajuk yang ideal untuk distribusi cahaya mempunyai susunan daun merata, pada bagian atas tajuk mempunyai daun-daun lebih tegak dan lebih kecil sedang daun-daun bawah tersusun secara horizontal.
IV.2
Konsep aliran energi dalam pertanian
Dengan menganggap tanaman sebagai
alat penangkap, perubah dan penyimpan energi, maka timbul usaha menaikkan
efisiensi dan produktivitas tanaman.
Didaerah yang padat tanaman, beberapa faktor lingkungan segera menjadi berkurang, cahaya, kelembaban tanah dan unsur hara. Hal ini merupakan faktor pembatas dalam pertanian, pemupukan merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan produksi.
Efisiensi pertanian dapat diperoleh dengan pcrbaikan tanaman melalui pemuliaan tanaman.
Salah satu usaha untuk memperluas alat penangkap energi dengan memperpanjang musim tanam misalnya menggunakan rumah kaca untuk tanaman yang memungkinkan input teknologi dan modal besar seperti tanaman hortikultura di daerah iklim sedang.
Usaha mempengaruhi laju fotosintesis dengan cara pertukaran CO 2 antara dedaunan dan atmosfer di sekitarnya. Di wilayah yang sebelumnya angin kurang diperhatikan, hasil jagung dapat ditingkatkan bila barisan tanaman diarahkan tegak lurus arah angin, sehingga pucuk tanaman tertiup angin dan terjadi perputaran dan pencampuran udara. (baca lebih lengkap)
Didaerah yang padat tanaman, beberapa faktor lingkungan segera menjadi berkurang, cahaya, kelembaban tanah dan unsur hara. Hal ini merupakan faktor pembatas dalam pertanian, pemupukan merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan produksi.
Efisiensi pertanian dapat diperoleh dengan pcrbaikan tanaman melalui pemuliaan tanaman.
Salah satu usaha untuk memperluas alat penangkap energi dengan memperpanjang musim tanam misalnya menggunakan rumah kaca untuk tanaman yang memungkinkan input teknologi dan modal besar seperti tanaman hortikultura di daerah iklim sedang.
Usaha mempengaruhi laju fotosintesis dengan cara pertukaran CO 2 antara dedaunan dan atmosfer di sekitarnya. Di wilayah yang sebelumnya angin kurang diperhatikan, hasil jagung dapat ditingkatkan bila barisan tanaman diarahkan tegak lurus arah angin, sehingga pucuk tanaman tertiup angin dan terjadi perputaran dan pencampuran udara. (baca lebih lengkap)
Tanaman biasanya terdiri dari bagian akar yang
berada di bawah permukaan tanah dan pucuk (shoot) yang berada di atas tanah.
V.1 Akar
Akar biasanya 1/3 berat kering
seluruh tubuh tanaman. Akar beradaptasi untuk tugasnya yaitu absorbsi,
pengukuhan tegaknya tanaman dan tempat penyimpan. Percabangan akar komplek dan
tidak teratur karena tidak berbuku serta permukaannya luas. Bila akar primer
menjadi akar utama disebut akar tunggang dan bila akar primer berhenti tumbuh
digantikan akar adventif membentuk akar serabut. Umumnya tanaman dengan sistem
akar serabut, berakar dangkal dan peka terhadap kekeringan tetapi responnya
cepat terhadap variasi pemupukan. Spesies tanaman tertentu akarnya membesar dan
berdaging sebagai hasil penyimpan pangan dalam bentuk pati dan gula.
V.2 Pucuk
Pucuk (Shoot) merupakan sumbu
tengah dengan embelan-embelan. Batang (sumbu tengah) yang menyokong
dedaunan yang menghasilkan pangan dan menghubungkan akar yang mengabsorbsi air
dan hara.
Bentuk tanaman tegak dan batang kaku yang memiliki satu titik tumbuh aktif dianggap bentuk normal, sedang bentuk lain dianggap penyimpangan. Modittkasi batang, hal ini sangat berbeda dari morfologi aslinya, tetapi struktumya masih seperti batang yaitu memiliki buku, daun (atau struktur seperti sisik dan berfungsi dalam pengangkutan dan penyimpanan, modifikasi batang diatas tanah (crown, spur) dan dibawah tanah ( bulb, corn, rhizome, tuber, dsb). Banyak modifikasi ini berisi sejumlah cadangan makanan yang penting untuk pembiakan tanaman.
Kuncup (tunas = bud) yaitu batang yang bersifat embrionik. Kuncup merupakan sumber potensial bagi pertumbuhan selanjutnya. Kuncup dapat menghasilkan daun, bunga atau keduanya disebut kuncup daun, kuncup bunga dan keduanya.
Daun pada tanaman tingkat tinggi merupakan alat fotosintesis, lembaran daun merupakan embelan pipih pada batang sehingga memperluas permukaan untuk absorbsi cahaya. Struktur anatomi sistem pembuluh dalam daun terdiri dan urat daun yang bercabang-cabang, percabangan urat daun pada dikotyl seperti jala sedang pada monokotyl sejajar.
Bunga menunjukkan baik struktur maupun ukurannya. Sepal (calyx) yaitu kelopak bunga yang menutupi bunga sewaktu masih kuncup. Petal (Corolla) yaitu mahkota bunga.
Stamen yaitu alat reproduksi jantan tersusun dari anther yang berisi tepung sari. Tepung sari dewasa dikeluarkan lewat dinding anther yang pecah. Pistil (terdiri dari satu atau beberapa carpel ) yaitu alat reproduksi betina, biasanya mengandung ovule dan ovary yang mendukung style yang pucuknya membesar disebut stigma. Ovule akan berkembang menjadi biji sedang ovary dewasa menjadi buah. Bunga yang terdiri dari Sepal, Petal, Stamen dan Fistil disebut bunga lengkap.
Buah secara botani menunjukkan ovary dewasa dan bagian lain dari bunga yang berhubungan dengannya. Pengelompokkan buah dapat menurut jumlah, dinding ovary yang terdapat dalam struktur tersebut. Buah tunggal, tersusun dari ovary tunggal. Dinding ovary atau Pericarp terdiri dari Rxocarp (terluar), Mesocarp (tengah), Endocarp(terdalam). Buah tunggal bila seluruh pericarpnya berdaging disebut buah berry atau buahberi. Buah berry yang kulit luarnya keras (exocarp) disebut Pepo. Buah tunggal berdaging yang memiliki endocarp seperti batu dikenal sebagai drupe atau buah batu. Buah kering yaitu buah yang seluruh kulitnya menjadi kering dan keras sewaktu masak, buah kering yang kulitnya merekah waktu masak misalnya Polong pada legume, buah kering yang pericarpnya menjadi satu dengan biji disebut caryopsis. Buah majemuk, berasal dari bunga yang memiliki banyak Fistil pada Receptacle yan sama. Buah individual dari buah majemuk pada arbei (strobery), bagian berdaging yang dimakan yaitu Receptaclenya.
Bentuk tanaman tegak dan batang kaku yang memiliki satu titik tumbuh aktif dianggap bentuk normal, sedang bentuk lain dianggap penyimpangan. Modittkasi batang, hal ini sangat berbeda dari morfologi aslinya, tetapi struktumya masih seperti batang yaitu memiliki buku, daun (atau struktur seperti sisik dan berfungsi dalam pengangkutan dan penyimpanan, modifikasi batang diatas tanah (crown, spur) dan dibawah tanah ( bulb, corn, rhizome, tuber, dsb). Banyak modifikasi ini berisi sejumlah cadangan makanan yang penting untuk pembiakan tanaman.
Kuncup (tunas = bud) yaitu batang yang bersifat embrionik. Kuncup merupakan sumber potensial bagi pertumbuhan selanjutnya. Kuncup dapat menghasilkan daun, bunga atau keduanya disebut kuncup daun, kuncup bunga dan keduanya.
Daun pada tanaman tingkat tinggi merupakan alat fotosintesis, lembaran daun merupakan embelan pipih pada batang sehingga memperluas permukaan untuk absorbsi cahaya. Struktur anatomi sistem pembuluh dalam daun terdiri dan urat daun yang bercabang-cabang, percabangan urat daun pada dikotyl seperti jala sedang pada monokotyl sejajar.
Bunga menunjukkan baik struktur maupun ukurannya. Sepal (calyx) yaitu kelopak bunga yang menutupi bunga sewaktu masih kuncup. Petal (Corolla) yaitu mahkota bunga.
Stamen yaitu alat reproduksi jantan tersusun dari anther yang berisi tepung sari. Tepung sari dewasa dikeluarkan lewat dinding anther yang pecah. Pistil (terdiri dari satu atau beberapa carpel ) yaitu alat reproduksi betina, biasanya mengandung ovule dan ovary yang mendukung style yang pucuknya membesar disebut stigma. Ovule akan berkembang menjadi biji sedang ovary dewasa menjadi buah. Bunga yang terdiri dari Sepal, Petal, Stamen dan Fistil disebut bunga lengkap.
Buah secara botani menunjukkan ovary dewasa dan bagian lain dari bunga yang berhubungan dengannya. Pengelompokkan buah dapat menurut jumlah, dinding ovary yang terdapat dalam struktur tersebut. Buah tunggal, tersusun dari ovary tunggal. Dinding ovary atau Pericarp terdiri dari Rxocarp (terluar), Mesocarp (tengah), Endocarp(terdalam). Buah tunggal bila seluruh pericarpnya berdaging disebut buah berry atau buahberi. Buah berry yang kulit luarnya keras (exocarp) disebut Pepo. Buah tunggal berdaging yang memiliki endocarp seperti batu dikenal sebagai drupe atau buah batu. Buah kering yaitu buah yang seluruh kulitnya menjadi kering dan keras sewaktu masak, buah kering yang kulitnya merekah waktu masak misalnya Polong pada legume, buah kering yang pericarpnya menjadi satu dengan biji disebut caryopsis. Buah majemuk, berasal dari bunga yang memiliki banyak Fistil pada Receptacle yan sama. Buah individual dari buah majemuk pada arbei (strobery), bagian berdaging yang dimakan yaitu Receptaclenya.
V.3 Biji
Biji pada hakekatnya tanaman mini
dalam keadaan perkembangan terkekang. Biji yaitu ovule yang masak mengandung
embrio dan cadangan makanan dengan integument terdiferensiasi menjadi testa.
Kebanyakan biji mengandung suplai makanan yang berasal dari jaringan endosperm
(jagung) dan pada yang lain kotiledon bertindak sebagai alat penyimpan makanan.
Perkecambahan biji menunjukkan perubahan pertumbuhan terkekang menjadi
pertumbuhan aktif. (baca lebih lengkap)
IV.1 Pertumbuhan
Tanaman
Pertumbuhan menunjukkan pertambahan
ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik yang mencerminkan pertambahan
protoplasma mungkin karena ukuran dan jumlahnya bertambah. Pertambahan
protoplasma melalui reaksi dimana air , C02, dan garam-garaman organik
dirubah menjadi bahan hidup yang mencakup; pembentukan karbohidrat (proses
tbtosintesis), pengisapan dan gerakan air dan hara (proses absorbs dan
translokasi), penyusunan perombakan protein dan lemak dari elemen C dari
persenyawaan organik (proses metabolisme) dan tenaga kimia yang dibutuhkan
didapat dari respirasi.
IV.2
Perkembangan Tanaman
Perkembangan mencakup diferensiasi
sel dan ditunjukkan oleh perubahan yang lebih tinggi menyangkut spesialisasi
anatomi dan fisiologi. Perkembangan dari tanaman bersel banyak, terlaksana
dengan proses mitosis, sel-sel tertentu berperan dalam mengatur diferensiasi,
pengaturan ini berlangsung dengan media "utusan kimia" yang
ditunjukkan oleh pengatur pertumbuhan.
Pengatur pertumbuhan adalah zat organik yang keaktifannya jauh berlipat seperti hormon yang dikenal adalah auksin, giberelin, dan citokinin. Perpanjangan sel, contoh dari diferensiasi anatomi yang secara langsung dipengaruhi oleh konsentrasi auksis, fototropisme, pembengkokan ke arah cahaya dari kecambah akibat penyebaran auxin yang tidak merata dan penghambatan sintesa auxin pada titik tumbuh oleh cahaya. Dominasi pucuk yaitu penghambatan pada pertumbuhan tunas dibawahnya, nampaknya merupakan fungsi dari distribusi auxin. Giberelin ditemukan dari studi mengenai pertumbuhan yang berlebihan dari padi yang diserang suatu jenis cendawan.
Pengaruh pertumbuhan pada banyak tipe tanaman roset. Pemberian sedikit saja mengubah tipe semak ke tipe menjalar, pengaruh proses perkembangan terutama yang dikendalikan oleh suhu dan cahaya termasuk dormansi biji.
Sitokinin kelompok zat kimia yang mempengaruhi pembelahan sel. Kebanyakan sitokinin adalah purin. Banyak kinin ditemukan dalam penelitian menyangkut kultur jaringan. Sel-sel yang sudah tidak membelah, bila diberi kinetin dapat membelah lagi. Kinin dan auksin berinteraksi dalam mempengaruhi diferensiasi. Konsentrasi auksin tinggi dan kinin rendah menimbulkan perkembangan tunas. Sitokinin terdapat dalam buah dan biji (misalnya endosperm jagung dan air kelapa)
Pengatur pertumbuhan adalah zat organik yang keaktifannya jauh berlipat seperti hormon yang dikenal adalah auksin, giberelin, dan citokinin. Perpanjangan sel, contoh dari diferensiasi anatomi yang secara langsung dipengaruhi oleh konsentrasi auksis, fototropisme, pembengkokan ke arah cahaya dari kecambah akibat penyebaran auxin yang tidak merata dan penghambatan sintesa auxin pada titik tumbuh oleh cahaya. Dominasi pucuk yaitu penghambatan pada pertumbuhan tunas dibawahnya, nampaknya merupakan fungsi dari distribusi auxin. Giberelin ditemukan dari studi mengenai pertumbuhan yang berlebihan dari padi yang diserang suatu jenis cendawan.
Pengaruh pertumbuhan pada banyak tipe tanaman roset. Pemberian sedikit saja mengubah tipe semak ke tipe menjalar, pengaruh proses perkembangan terutama yang dikendalikan oleh suhu dan cahaya termasuk dormansi biji.
Sitokinin kelompok zat kimia yang mempengaruhi pembelahan sel. Kebanyakan sitokinin adalah purin. Banyak kinin ditemukan dalam penelitian menyangkut kultur jaringan. Sel-sel yang sudah tidak membelah, bila diberi kinetin dapat membelah lagi. Kinin dan auksin berinteraksi dalam mempengaruhi diferensiasi. Konsentrasi auksin tinggi dan kinin rendah menimbulkan perkembangan tunas. Sitokinin terdapat dalam buah dan biji (misalnya endosperm jagung dan air kelapa)
IV.3 Fase -fase pertumbuhan dan karbohidrat
Fase vegetatif ; terutama
perkembangan akar, batang dan daun. Fase ini berhubungan dengan 3 proses :
pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama diferensiasi.
Pembelahan sel, memerlukan karbohidrat dalam jumlah besar, karena dinding sel terbentuk dari selulosa dan protoplasmanya dari gula. Pembelahan sel terjadi dalam jaringan merismatis pada titik tumbuh batang daun ujung akar dan kambium.
Perpanjangan sel terjadi pada pembesaran sel, proses ini membutuhkan ; (1) Pemberian air; (2) Hormon untuk merentangkan dinding sel; (3) Tersedianya gula.
Fase reproduktif: terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan struktur penyimpan makanan.
Fase ini berhubungan dengan proses: (l) Pembelahan sel relatif sedikit ; (2) Pendewasaan jaringan; (3) Penebalan serabut ; (4) Pembentukan hormon untuk perkembangan kuncup bunga ; (5) Perkembangan kuncup bunga, buah dan biji serta alat penyimpan ; (6) Pembentukan koloid hidrofilik.
Fase reproduktif ini memerlukan suplai karbohidrat, sehingga karbohidrat yang digunakan untuk perkembangan akar, batang, dan daun sebagian disisakan untuk perkembangan bunga, buah dan biji serta alat penyimpan.
Perimbangan rase vegetatif, reproduktif dan tipe pertumbuhan.
Umumnya semua tanaman memerlukan dominansi dari fase vegetatif selama tahap semai. Setelah tahap ini, dapat dibedakan ke dalam 3 kelompok :
Pembelahan sel, memerlukan karbohidrat dalam jumlah besar, karena dinding sel terbentuk dari selulosa dan protoplasmanya dari gula. Pembelahan sel terjadi dalam jaringan merismatis pada titik tumbuh batang daun ujung akar dan kambium.
Perpanjangan sel terjadi pada pembesaran sel, proses ini membutuhkan ; (1) Pemberian air; (2) Hormon untuk merentangkan dinding sel; (3) Tersedianya gula.
Fase reproduktif: terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan struktur penyimpan makanan.
Fase ini berhubungan dengan proses: (l) Pembelahan sel relatif sedikit ; (2) Pendewasaan jaringan; (3) Penebalan serabut ; (4) Pembentukan hormon untuk perkembangan kuncup bunga ; (5) Perkembangan kuncup bunga, buah dan biji serta alat penyimpan ; (6) Pembentukan koloid hidrofilik.
Fase reproduktif ini memerlukan suplai karbohidrat, sehingga karbohidrat yang digunakan untuk perkembangan akar, batang, dan daun sebagian disisakan untuk perkembangan bunga, buah dan biji serta alat penyimpan.
Perimbangan rase vegetatif, reproduktif dan tipe pertumbuhan.
Umumnya semua tanaman memerlukan dominansi dari fase vegetatif selama tahap semai. Setelah tahap ini, dapat dibedakan ke dalam 3 kelompok :
- Tanaman berbatang basah yang memerlukan dominansi fase
vegetatif selama tahap pertama hidupnya dan dominansi fase reproduktif
selama masa akhir hidupnya.
- Tanaman berbatang basah yang tidak memerlukan dominansi
dari kedua kedua fase vegetatif maupun reproduktif
- Tanaman berkayu yang memeriukan dominansi fase
vegetatif selama tahap pertama tiap musim dan dominansi fase reproduktif
selama bagian akhir musim.
IV.4 Faktor
Lingkungan Dalam Kehidupan Tanaman
Beberapa faktor lingkungan yang
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman ialah faktor tanah, suhu,
dan cahaya. Peranan tanah tergantung pada
kondisi mineral organik, bahan organik tanah, organisme tanah, atmosfer tanah
dan air tanah. Dalam hal ini tingkat kesuburan tanah (kimiawi, fisik, dan
biologis) sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman.
Peranan suhu sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi dalam tubuh tanaman. Misalnya suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Kecepatan reaksi kimia sangat dipengaruhi suhu, suhu makin tingg dalam batas tertentu reaksi makin cepat. Disamping itu suhu juga berpengaruh pada kestabilan sistem enzim.
Cahaya matahari sebagai sumber energi primer di muka bumi, sangat menentukan kehidupan dan produksi tanaman. Pengaruh cahaya tergantung mutu berdasarkan panjang gelombang (antara panjang gelombang 0,4 – 0,7 milimikron). Sebagai sumber energi pengaruh cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya maupun lama penyinaran (panjang hari). Reaksi cahaya dari tanaman (fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisitas) didasarkan atas reaksi fotokimia yang dilaksanakan oleh sistem pigmen spesifik. (baca lebih lengkap)
Peranan suhu sebagai pengendali proses-proses fisik dan kimiawi yang selanjutnya akan mengendalikan reaksi biologi dalam tubuh tanaman. Misalnya suhu menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Kecepatan reaksi kimia sangat dipengaruhi suhu, suhu makin tingg dalam batas tertentu reaksi makin cepat. Disamping itu suhu juga berpengaruh pada kestabilan sistem enzim.
Cahaya matahari sebagai sumber energi primer di muka bumi, sangat menentukan kehidupan dan produksi tanaman. Pengaruh cahaya tergantung mutu berdasarkan panjang gelombang (antara panjang gelombang 0,4 – 0,7 milimikron). Sebagai sumber energi pengaruh cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya maupun lama penyinaran (panjang hari). Reaksi cahaya dari tanaman (fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisitas) didasarkan atas reaksi fotokimia yang dilaksanakan oleh sistem pigmen spesifik. (baca lebih lengkap)
Tanaman perlu pembiakan dalam rangka
mempertahankan jenisnya dan peningkatan produksinya. Ada dua cara pembiakan
tanaman ialah: (1) Secara generatif/reproduktif (secara kawin) dengan
menggunakan benih (biji yang memenuhi persyaratan sebagai bahan tanaman; (2)
Secara vegetatif (secara tak kawin) dengan menggunakan organ vegetatif.
VII.1
Pembiakan Generatif
Pembentukan biji melalui proses
penyerbukan (jatuhnya tepung sari pada kepala putik) kemudian dilanjutkan
dengan pembuahan (peleburan antara gamet jantan dari tepung sari dan gamet
betina dari putik).
Dalam kontek agronomi, benih sebagai bahan tanaman merupakan biji yang diproduksi, diproses, dan diuji dengan metode standar sehingga memenuhi persyaratan sebgai bahan tanaman. Peran teknologi benih (merupakan rangkaian kegiatan sejak produksi, pemanenan, pengeringan, pengolahan/prosesing, pengujian sampai dengan sertifikasi benih) sangat strategis dalam rangka penyediaan benih bermutu dalam jumlah dan saat yang dibutuhkan.
Sungguh disayangkan di Indonesia sampai dewasa ini perhatian sebagian besar masih terbatas pada benih ortodok, sedangkan perhatian pada benih rekalsitran masih reatif terbatas. Padahal mengingat keanekaragaman tanaman buah-buahan tropik yang ada, sangat potensial untuk dikembangkan.
Dalam kontek agronomi, benih sebagai bahan tanaman merupakan biji yang diproduksi, diproses, dan diuji dengan metode standar sehingga memenuhi persyaratan sebgai bahan tanaman. Peran teknologi benih (merupakan rangkaian kegiatan sejak produksi, pemanenan, pengeringan, pengolahan/prosesing, pengujian sampai dengan sertifikasi benih) sangat strategis dalam rangka penyediaan benih bermutu dalam jumlah dan saat yang dibutuhkan.
Sungguh disayangkan di Indonesia sampai dewasa ini perhatian sebagian besar masih terbatas pada benih ortodok, sedangkan perhatian pada benih rekalsitran masih reatif terbatas. Padahal mengingat keanekaragaman tanaman buah-buahan tropik yang ada, sangat potensial untuk dikembangkan.
VII.2 Pembiakan Vegetatif
Cara
pembiakan vegetatif meliputi: (1) Secara alami dengan penggunaan biji apomiktik
(terbentuk tanpa pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan penggunaan
organ-organ khusus tanaman (hasil modifikasi batang atau akar, misalnya: bulb,
tuber, rhizome, dll); (2) Secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas
adventif ialah ”layerage”, ”cuttage”, atau setek, penyambungan tanaman dan
kultur jaringan.
Pada ”layerage” stimulasi saat organ vegetatif masih bersatu dengan tanaman, misalnya, ”layerage” di atas tanah (cangkokan). Stimulasi pada setek saat organ vegetatif sudah dipisahkan dari tanaman, misalnya setek akar, setek batang, setek daun, dan setek tunas/mata tunas.
Pengertian penyambungan adalah menyambung suatu bagian tanaman (pupuk/mata tunas) pada bagian tanaman lain sehingga menyatu dan tumbuh menjadi tanaman baru. Penyambungan tanaman bisa dalam bentuk ”grafting” (batang atas berupa pucuk), ”budding atau okulasi” (batang atas berupa mata tunas), susuan (saat penyambungan batang bawah dan atas masih pada tanaman masing-masing.
Salah satu keuntungan penyusuan tanaman adalah tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Dibandingkan pada ”grafting” dan okulasi. Disamping itu daya adaptasi tanaman batang atas dapat lebih luas. Dibanding tanda batang bawah spesies tanaman lain. Apabila dalam budidaya tanaman ada kesulitan dalam menggunakan benih dan berbagai cara perbanyakan vegetatif, maka penggunaan bibit dari kultur jaringan dianggap jalan keluar yang perlu ditempuh. (baca lebih lengkap)
Pada ”layerage” stimulasi saat organ vegetatif masih bersatu dengan tanaman, misalnya, ”layerage” di atas tanah (cangkokan). Stimulasi pada setek saat organ vegetatif sudah dipisahkan dari tanaman, misalnya setek akar, setek batang, setek daun, dan setek tunas/mata tunas.
Pengertian penyambungan adalah menyambung suatu bagian tanaman (pupuk/mata tunas) pada bagian tanaman lain sehingga menyatu dan tumbuh menjadi tanaman baru. Penyambungan tanaman bisa dalam bentuk ”grafting” (batang atas berupa pucuk), ”budding atau okulasi” (batang atas berupa mata tunas), susuan (saat penyambungan batang bawah dan atas masih pada tanaman masing-masing.
Salah satu keuntungan penyusuan tanaman adalah tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Dibandingkan pada ”grafting” dan okulasi. Disamping itu daya adaptasi tanaman batang atas dapat lebih luas. Dibanding tanda batang bawah spesies tanaman lain. Apabila dalam budidaya tanaman ada kesulitan dalam menggunakan benih dan berbagai cara perbanyakan vegetatif, maka penggunaan bibit dari kultur jaringan dianggap jalan keluar yang perlu ditempuh. (baca lebih lengkap)
Agronomi
merupakan istilah yang tidak asing lagI di bidang pertanian. Istilah itu
belakangan ini diartikan sebagai usaha dalam membudidayakan tanaman-tanaman
pertanian atau sering disebut dengan budidaya pertanian. Dalam membudidayakan
tanaman yang di dasar ialah produksi yang tinggi baik mutu maupun jumlahnya.
Dalam rangka mendapatkan produksi tinggi (jumlah dan mutu) perlu penerapan yang dikenal dengan panca usaha tani yang meliputi: (1) penyediaan bahan tanaman (benih/bibit) bermutu tinggi yang berasal dari klon/kultivar unggul; (2) pengolahan tanah; (3) pengairan; (4) pemupukan; (5) perlindungan tanaman.
Dalam rangka mendapatkan produksi tinggi (jumlah dan mutu) perlu penerapan yang dikenal dengan panca usaha tani yang meliputi: (1) penyediaan bahan tanaman (benih/bibit) bermutu tinggi yang berasal dari klon/kultivar unggul; (2) pengolahan tanah; (3) pengairan; (4) pemupukan; (5) perlindungan tanaman.
VIII.1 Penyediaan Bahan Tanaman Bermutu
Tinggi
Bahan
tanam (benih/bibit yang bermutu tinggi) sangat diperlukan untuk mendapatkan
hasil panen yang tinggi. Bahan tanam merupakan suatu awal keberhasilan suatu
proses produksi. Tidak ada gunanya kita memupuk, menyiangi dan menyiram apabila
bahan tanamannya tidak bermutu tidak akan dapat diperoleh hasil panen yang
maksimum.
Benih yang berkualitas adalah yang mempunyai sifat-sifat antara lain tingkat kemurnian genetik dan fisik yang tinggi, sehat dan kadar air aman dalam penyimpanan.
Kultivar unggul diperoleh dengan cara seleksi mutasi maupun persilangan antara tetua yang mempunyai sift-sifat genetik unggul. Penggunaan kultivar unggul introduksi dari luar negeri, perlu diperhatikan masalah adaptasinya. Yang ideal sifat-sifat unggul dari luar negeri dikombinasikan sifat unggul nasional/lokal, akan memperkaya plasma nutfah di dalam negeri.
Pemanfaatan kultivar unggul lokal yang sudah teruji daya adaptasinya, akan mendukung pelestarian dan pengembangan plasma nutfah dan merupakan salah satu faktor pendukung terwujudnya pertanian berkelanjutan. Kultivar unggul pada umumnya memerlukan unsur hara yang banyak, agar dapat memberikan hasil sesuai potensinya. Yang perlu segera dikembangkan adalah kultivar-kultivar unggul hemat unsur hara (tidak manja). Dengan demikian akan menghemat sumber daya alam bahan pupuk.
Benih yang berkualitas adalah yang mempunyai sifat-sifat antara lain tingkat kemurnian genetik dan fisik yang tinggi, sehat dan kadar air aman dalam penyimpanan.
Kultivar unggul diperoleh dengan cara seleksi mutasi maupun persilangan antara tetua yang mempunyai sift-sifat genetik unggul. Penggunaan kultivar unggul introduksi dari luar negeri, perlu diperhatikan masalah adaptasinya. Yang ideal sifat-sifat unggul dari luar negeri dikombinasikan sifat unggul nasional/lokal, akan memperkaya plasma nutfah di dalam negeri.
Pemanfaatan kultivar unggul lokal yang sudah teruji daya adaptasinya, akan mendukung pelestarian dan pengembangan plasma nutfah dan merupakan salah satu faktor pendukung terwujudnya pertanian berkelanjutan. Kultivar unggul pada umumnya memerlukan unsur hara yang banyak, agar dapat memberikan hasil sesuai potensinya. Yang perlu segera dikembangkan adalah kultivar-kultivar unggul hemat unsur hara (tidak manja). Dengan demikian akan menghemat sumber daya alam bahan pupuk.
VIII.2 Pengolahan Tanah
Pengolahan
tanah bertujuan: untuk menyediakan lahan agar siap bagi kehidupan tanaman dengan
meningkatkan kondisi fisik tanah. Karena tanah merupakan faktor lingkungan yang
mempunyai hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbub padanya. Faktor
lingkungan tanah meliputi : Faktor fisik (air, udara, struktur tanah serta
suhu), Faktor kimiawi (kemampuan tanah dalam menyediakan nutrisi), Faktor
biologis (makro/mikro flora dan makro/mikro fauna).
Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi lahan basah sasaran yang ingin dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi perkecambahan benh dan perkembangan akar tanaman. Alat pengolahan tanah mulai yang tradisional sampai modern (mekanisasi).
Berdasarkan tingkat intensifitasnya ada beberapa pengolahan tanah :
Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi lahan basah sasaran yang ingin dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi perkecambahan benh dan perkembangan akar tanaman. Alat pengolahan tanah mulai yang tradisional sampai modern (mekanisasi).
Berdasarkan tingkat intensifitasnya ada beberapa pengolahan tanah :
- Pengolahan tanah O (Zero Tillage) sering disebut Tanpa
Olah Tanah (TOT). Penaburan benih kedelai pada lahan sawah bekas padi
tanpa pengolahan tanah terlebih dulu, untuk memanfaatkan kelembaban tanah.
- Pengolahan tanah minimum (Mimimum Tillage). Bagian
tanah yang diloah hanya pada calon zona perakaran dengan kelembaban dan
suhu yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
- Pengolahan tanah optimum (Optimum Tillage). Pengolahan
hanya dilakukan pada lajur tanaman saja (sistem Reynoso untuk tanaman
tebu).
- Pengolahan tanah maksimum (Maximum Tillage). Pengolahan
secara intensif seluruh areal pertanahan menjadi gembur dan permukaan
tanah rata.
Makin
minim (tidak intensif) cara pengolahan tanah, akan makin mampu menangkal erosi.
Dengan demikian makin mendukung kelestarian kesuburan tanah disamping lebih
menghemat biaya dan waktu.
VIII.3
Pengairan
Pengairan
mengandung arti memanfaatkan dan menambah sumber air dalam tingkat tersedia
bagi kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan dalam tanah maka perlu
dilakukan pembuangan (drainase), agar tidak mengganggu kehidupan tanaman.
Pengairan pada tanaman dapat dilakukan dengan cara: (1) Pengairan di atas tanah; (2) Pengairan di dalam tanah (sub irrigation); (3) Pengairan denagn penyemprotan (sprinkler irrigation); dan (4) Pengairan tetes (drip irrigation).
Pengairan permukaan menggunakan selokan dengan aliran lambat agar tidak terjadi erosi berat. Penggenangan kontur dilakukan bila tanah cukup kemiringannya, sehingga terjadi genangan yang bertingkat tingginya karena dibatasi dengan galengan yang bertahap dan teratur. Laju pemberian air hendaknya berkesinambungan dengan bagian tanah yang dapat menyerapnya, oleh karenanya frekuensi pengairan akan efektif bila diberikan sebelum kelembaban tanah menjadi penghambat pertumbuhan tanaman.
Dalam keadaan tanah kering maka pemberian air dapat berjumlah lebih banyak dibanding pada tanah basah. Tanah yang memperoleh air pengairan, maka air dapat masuk ke dalam tanah (inflitrasi) dan air dapat lalu lewat tanah itu (perkolasi). Dalam air pengairan dikenal istilah air bebas yaitu air yang tidak diikat dan lalu dengan bebas kebawah karena gaya gravitasi. Bila sebagian air tetap didalam pori-pori tanah maka disebut air kapiler yang terikat dalam pori tersebut oleh tekanan permukaan dan daya adesinya. Air kapiler dan air bebas ini keduanya dapat dipergunakan oleh tanaman. Penggunaan air tersebut juga tergantung dari banyaknya akar, dan laju pengambilan air meningkat dengan makin meningkatnya kekeringan.
Mengingat makin terbatasnya sumber air, maka langkah-langkah penghematan (peningkatan keefisienan) penggunaan air dalam budidaya tanaman, perlu dilakukan secara simultan dan terus menerus. Langkah-langkah tersebut antara lain melalui pergiliran tanaman (padi dan palawija/sayuran di lahan sawah), pemanfaatan mulsa (diutamakan mulsa organik) di laahn kering pada musim kemarau, sistem tanpa olah tanah (TOT) di akhir musim hujan, pemanfaatan air tanah, penerapan pengairan tetes, dll. Dengan langkah-langkah tersebut kelestarian sunber daya alam air akan lebih terjamin.
Pengairan pada tanaman dapat dilakukan dengan cara: (1) Pengairan di atas tanah; (2) Pengairan di dalam tanah (sub irrigation); (3) Pengairan denagn penyemprotan (sprinkler irrigation); dan (4) Pengairan tetes (drip irrigation).
Pengairan permukaan menggunakan selokan dengan aliran lambat agar tidak terjadi erosi berat. Penggenangan kontur dilakukan bila tanah cukup kemiringannya, sehingga terjadi genangan yang bertingkat tingginya karena dibatasi dengan galengan yang bertahap dan teratur. Laju pemberian air hendaknya berkesinambungan dengan bagian tanah yang dapat menyerapnya, oleh karenanya frekuensi pengairan akan efektif bila diberikan sebelum kelembaban tanah menjadi penghambat pertumbuhan tanaman.
Dalam keadaan tanah kering maka pemberian air dapat berjumlah lebih banyak dibanding pada tanah basah. Tanah yang memperoleh air pengairan, maka air dapat masuk ke dalam tanah (inflitrasi) dan air dapat lalu lewat tanah itu (perkolasi). Dalam air pengairan dikenal istilah air bebas yaitu air yang tidak diikat dan lalu dengan bebas kebawah karena gaya gravitasi. Bila sebagian air tetap didalam pori-pori tanah maka disebut air kapiler yang terikat dalam pori tersebut oleh tekanan permukaan dan daya adesinya. Air kapiler dan air bebas ini keduanya dapat dipergunakan oleh tanaman. Penggunaan air tersebut juga tergantung dari banyaknya akar, dan laju pengambilan air meningkat dengan makin meningkatnya kekeringan.
Mengingat makin terbatasnya sumber air, maka langkah-langkah penghematan (peningkatan keefisienan) penggunaan air dalam budidaya tanaman, perlu dilakukan secara simultan dan terus menerus. Langkah-langkah tersebut antara lain melalui pergiliran tanaman (padi dan palawija/sayuran di lahan sawah), pemanfaatan mulsa (diutamakan mulsa organik) di laahn kering pada musim kemarau, sistem tanpa olah tanah (TOT) di akhir musim hujan, pemanfaatan air tanah, penerapan pengairan tetes, dll. Dengan langkah-langkah tersebut kelestarian sunber daya alam air akan lebih terjamin.
VIII.4 Pemupukan
Tujuan
pemupukan adalah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil tanaman. Pemupukan
diberikan pada saat tanaman menunjukkan sejumlah kebutuhan unsur hara agar
diperoleh keefisienan yang maksimal. Pemberian pupuk padat dilakukan dengan
cara ditugal, disebar di atas tanah atau di sebelah tanaman, sedangkan
pemberian pupuk daun.
Dengan cara menyemprotkan pada daun, bersama air disemprotkan sebagai perlakuan tambahan. Pemupukan secara disebar mempunyai kelemahan bahwa pupuk mudah menguap ataupun terikat dalam tanah. Sebenarnya tanah merupakan sumber unsur-unsur hara. Suatu hasil yang tinggi dari tanaman akan mengangkut keluar unsur lebih banyak daripada tanaman yang berdaya hasil rendah.
Unsur-unsur esensial yaitu unsur penting bila ditiadakan maka pertumbuhan tanaman dapat terhenti. Pada saat kekurangan nampak gejala defisiensi, dan fungsi unsur tertentu tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Unsur esensial makro ialah unsur penting yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak agar siklus hidupnya tidak terhenti seperti N, P, K, Ca, Mg, H dan O, sedangkan unsur esensial mikro ialah unsur penting yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit agar siklus hidupnya tidak terhenti, meliputu Fe, Mn, Zn, Cu, Cl, Mo dan B.
Konsekuensi penggunaan kultivar unggul berpotensi hasil tinggi (terutama kultivar ”manja”) adalah pemberian pupuk dalam jumlah banyak. Apabila yang digunakan pupuk anorganik dan diberikan terus-menerus tanpa diimbangi pupuk organik, maka akan menyebabkan kerusakan fisik dan keseimbangan hayati tanah. Kesehatan dan produktivitas tanah cenderung menurun sehingga menjadi kendala terwujudnya pertanian berkelanjutan.
Dalam rangka melestarikan kesuburan tanah (kimiawi, fisik dan hayati) dan mencegah pencemaran air tanah, maka sistem pemupukan hayati perlu ditingkatkan dan dikembangkan karena efeknya yang ramah lingkungan. Pendekatannya dengan pemanfaatan input lokal (pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, pupuk kascing, pupuk guano, dll) dan input luar yang ramah lingkungan misalnya pemanfaatan bakteri Rhizobium (pada kacang-kacangan), cendawan Micoriza (pada padi-padian) dan pupuk organik cair.
Peletakan Pupuk
Pupuk Nitrogen yang dalam bentuk mudah larut, perlu diletakkan dekat dengan biji tanaman sebagai pemacu tumbuh. Bila pemberian secara sebar maka kemungkinan penguapan cukup besar dan dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan gulma. Pada tanah basah yang memudahkan pupuk N mudah menguap maka dapat diatasi dengan peletakan yang agak dalam.
Pupuk Fosfor, yang diberikan dalam bentuk fosfat dapat larut dalam air tanah asam merupakan pemupukan yang cukup efisien bila diberikan secara jalur.
Pupuk Kalium, peletakan yang terlalu dekat dari pupuk kalium khiorida akan menyebabkan kerusakan asmotik pada biji tanaman. Pupuk Daun, pada umumnya diberikan bagi pupuk yang mengandung unsur mikro seperti Fe, Cu dan Mn. Namun penyemprotan pupuk N juga dilakukan pada tanaman yang sudah tumbuh lanjut.
Dengan cara menyemprotkan pada daun, bersama air disemprotkan sebagai perlakuan tambahan. Pemupukan secara disebar mempunyai kelemahan bahwa pupuk mudah menguap ataupun terikat dalam tanah. Sebenarnya tanah merupakan sumber unsur-unsur hara. Suatu hasil yang tinggi dari tanaman akan mengangkut keluar unsur lebih banyak daripada tanaman yang berdaya hasil rendah.
Unsur-unsur esensial yaitu unsur penting bila ditiadakan maka pertumbuhan tanaman dapat terhenti. Pada saat kekurangan nampak gejala defisiensi, dan fungsi unsur tertentu tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Unsur esensial makro ialah unsur penting yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak agar siklus hidupnya tidak terhenti seperti N, P, K, Ca, Mg, H dan O, sedangkan unsur esensial mikro ialah unsur penting yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit agar siklus hidupnya tidak terhenti, meliputu Fe, Mn, Zn, Cu, Cl, Mo dan B.
Konsekuensi penggunaan kultivar unggul berpotensi hasil tinggi (terutama kultivar ”manja”) adalah pemberian pupuk dalam jumlah banyak. Apabila yang digunakan pupuk anorganik dan diberikan terus-menerus tanpa diimbangi pupuk organik, maka akan menyebabkan kerusakan fisik dan keseimbangan hayati tanah. Kesehatan dan produktivitas tanah cenderung menurun sehingga menjadi kendala terwujudnya pertanian berkelanjutan.
Dalam rangka melestarikan kesuburan tanah (kimiawi, fisik dan hayati) dan mencegah pencemaran air tanah, maka sistem pemupukan hayati perlu ditingkatkan dan dikembangkan karena efeknya yang ramah lingkungan. Pendekatannya dengan pemanfaatan input lokal (pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, pupuk kascing, pupuk guano, dll) dan input luar yang ramah lingkungan misalnya pemanfaatan bakteri Rhizobium (pada kacang-kacangan), cendawan Micoriza (pada padi-padian) dan pupuk organik cair.
Peletakan Pupuk
Pupuk Nitrogen yang dalam bentuk mudah larut, perlu diletakkan dekat dengan biji tanaman sebagai pemacu tumbuh. Bila pemberian secara sebar maka kemungkinan penguapan cukup besar dan dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan gulma. Pada tanah basah yang memudahkan pupuk N mudah menguap maka dapat diatasi dengan peletakan yang agak dalam.
Pupuk Fosfor, yang diberikan dalam bentuk fosfat dapat larut dalam air tanah asam merupakan pemupukan yang cukup efisien bila diberikan secara jalur.
Pupuk Kalium, peletakan yang terlalu dekat dari pupuk kalium khiorida akan menyebabkan kerusakan asmotik pada biji tanaman. Pupuk Daun, pada umumnya diberikan bagi pupuk yang mengandung unsur mikro seperti Fe, Cu dan Mn. Namun penyemprotan pupuk N juga dilakukan pada tanaman yang sudah tumbuh lanjut.
VIII.5 Perlindungan Tanaman
Pada
budidaya tanaman faktor organisme pengganggu tanaman (OPT) baik berupa hama
(insekta, tikus, burung jenis tertentu, dll) dan mikroba penyebab penyakit
(cendawan, bakteri, virus) sebagai perusak (secara fisik, kimiawi, dan
biologik) maupun gulma sebagai kompetitor tanaman (persaingan dalam mendapatkan
unsur hara, air, energi cahaya matahari, CO 2 , O 2 , ruang hidup) disertai zat
allelopati yang dikeluarkannya, sangat menentukan tingkat produksi dalam jumlah
maupun mutu. Tingkat dampak gangguan pada tanaman sejak yang paling ringan
berupa hambatan pertumbuhan/perkembangan, penurunan produk (jumlah dan mutu),
kerusakan fatal sehingga gagal panen (ledakan hama tikus di era enam puluhan
dan hama wereng di era tahun tujuh puluhan pada tanaman padi) bahkan kematian
total tanaman (ledakan hama kutu loncat pada lamtoro local di era tahun delapan
puluhan).
Kejadian tersebut di atas minimal suatu ilustrasi tentang besarnya tingkat gangguan pada keseimbangan hayati di alam, sehingga populasi musuh alam (antara lain predator dan parasit) sudah tidak seimbang lagi dengan populasi hama-hama tersebut di atas. Kondisi tersebut dipicu terutama oleh penggunaan pestisida kimia murni yang tidak terkendali, sehingga pencemaran atmosfer akan menekan kehidupan musuh-musuh alami hama.
Beberapa cara pengendalian organisme pengganggu yang dikenal antara lain: (1) Cara teknik budidaya dititikberatkan pengurangan populasi musuh alami (menghilangkan tanaman/bagian yang terserang, pergiliran tanaman, pengaturan populasi tanaman, karantina tanaman/tumbuhan, tanaman campuran); (2) Cara fisik (menghilangkan binatang hama dari tanaman, pencabutan gulma, penggunaan zat penarik, penggunaan penangkap hama, perlakuan panas untuk penyebab penyakit); (3) Cara hayati (pemanfaatan predator dan parasit, penggunaan tanaman resisten, pemanfaatan binatang pengusir hama); (4) Cara kimiawi dengan pestisida kimia murni di satu sisi positifnya adalah efek lebih cepat tampak dan praktis dalam penanganan. Tetapi aplikasi yang tidak tepat (takaran, cara, intensitas dan saat) justru dampak negatifnya akan dirasakan jangka panjang dalam bentuk pencemaran (atmosfer, tanah dan air), residu pada produk tanaman, keracunan pada manusia dan hewan, resistensi pada hama dan penyebab penyakit. Cara pengendalian inilah yang sangat mengancam kelestarian sumber daya alam keseimbangan hayat di alam. Penggunaan cara kimia tersebut sebaiknya dilakukan apabila cara lain yang lebih ramah lingkungan kurang berhasil. Penggunaan dan pengembangan pestisida hayat dianggap dapat menutup kelemahan pestisida kimia murni.
Kejadian tersebut di atas minimal suatu ilustrasi tentang besarnya tingkat gangguan pada keseimbangan hayati di alam, sehingga populasi musuh alam (antara lain predator dan parasit) sudah tidak seimbang lagi dengan populasi hama-hama tersebut di atas. Kondisi tersebut dipicu terutama oleh penggunaan pestisida kimia murni yang tidak terkendali, sehingga pencemaran atmosfer akan menekan kehidupan musuh-musuh alami hama.
Beberapa cara pengendalian organisme pengganggu yang dikenal antara lain: (1) Cara teknik budidaya dititikberatkan pengurangan populasi musuh alami (menghilangkan tanaman/bagian yang terserang, pergiliran tanaman, pengaturan populasi tanaman, karantina tanaman/tumbuhan, tanaman campuran); (2) Cara fisik (menghilangkan binatang hama dari tanaman, pencabutan gulma, penggunaan zat penarik, penggunaan penangkap hama, perlakuan panas untuk penyebab penyakit); (3) Cara hayati (pemanfaatan predator dan parasit, penggunaan tanaman resisten, pemanfaatan binatang pengusir hama); (4) Cara kimiawi dengan pestisida kimia murni di satu sisi positifnya adalah efek lebih cepat tampak dan praktis dalam penanganan. Tetapi aplikasi yang tidak tepat (takaran, cara, intensitas dan saat) justru dampak negatifnya akan dirasakan jangka panjang dalam bentuk pencemaran (atmosfer, tanah dan air), residu pada produk tanaman, keracunan pada manusia dan hewan, resistensi pada hama dan penyebab penyakit. Cara pengendalian inilah yang sangat mengancam kelestarian sumber daya alam keseimbangan hayat di alam. Penggunaan cara kimia tersebut sebaiknya dilakukan apabila cara lain yang lebih ramah lingkungan kurang berhasil. Penggunaan dan pengembangan pestisida hayat dianggap dapat menutup kelemahan pestisida kimia murni.
Budidaya Tanaman Ganda
1.
Multiple Cropping
|
||
|
Penanaman lebih dari jenis tanaman
pada sebidang tanah yang sama dalam satu tahun, yang termasuk dalam sistem
tanaman ganda yaitu Inter Cropping, Mixed Cropping dan Relay Cropping.
|
|
|
a.
Inter Cropping
|
|
|
|
Penanaman serentak dua atau lebih
jenis tanaman dalam barisan berselang-seling pada sebidang tanah yang sama.
Sebagai contoh tumpang sari antara Sorghum dan tanaman kacang tunggak dan
antara tanaman ubi kayu dan jagung atau kacang tanah.
|
|
b.
Mixed Cropping
|
|
|
|
Penanaman dua atau lebih jenis
tanaman secara serentak dan bercampur pada sebidang lahan yang sama. Sistem
tanam campuran lebih banyak diterapkan dalam usaha pengendalian hama dan
penyabab penyakit.
|
|
c.
Relay Cropping
|
|
|
|
Penanaman sisipan adalah penanaman
suatu jenis tanaman kedalam pertanaman yang ada sebelum tanaman yang ada
tersebut dipanen, atau dengan istilah lain suatu bentuk tumpang sari dimana
tidak semua jenis tanaman ditanam pada waktu yang sama. Sebagai contoh : padi
gogo dan jagung ditanam bersamaan kemudian ubi kayu ditanam sebagai tanaman
sela satu belan atau lebih sesudahnya.
|
|
|
|
2.
Sequantial Cropping
|
||
|
Penanaman lebih dari satu jenis
tanaman pada sebidang lahan dalam satu tahun, dimana tanaman kedua ditanam
setelah tanaman pertama dipanen. Demikian juga kalau ada tanaman ketiga,
tanaman ditanam setelah tanaman kedua dipanen. (baca lebih lengkap)
|
Asparno Mardjuki, 1990, Pertanian
dan Masalahnya, Andi Offset, Yogyakarta
Gardner, F.P., R. Brent Pearce dan Roger Mitchell, 1991, Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Harjadi, Sri Setyati, 1982, Pengantar Agronomi , PT. Gramedia, Jakarta
Hasan Basri Jumin, 1991, Dasar-dasar Agronomi , CV. Rajawali, Jakarta
Hendarto Kuswanto, 2003, Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Yusnita, 2003, Kultur Jaringan, Agromedia, Pustaka, Jakarta
Kamil, J, 1982, Teknologi Benih I , Universitas Andalas, Padang
Mahida, U.N., 1984, Pencemaran air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Kata Pengantar Otto Soemarwoto, Penerbit CV. Radjawali, Jakarta
Moenandir, J., 1994, Agronomi , Fakultas Pertanian, UNIBRAW, Malang
Nuryadi, 1978, Kumpulan Makalah Lokakarya, Pola Tanam Tumpanggilir , Cipayung
Orchard, P.W. and D.C. Goodwin, 1979, Environmental Factors, Plant and Crop Growth , University of New England (AAUCS)
Rachman Sutanto, 2002, Penerapan Pertanian Organik , Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Reijntjes, Coen., Bertus Haverkort dan Ann Waters Bayer, Pertanian Masa Depan, Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah , Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Rinsema, W.T., 1983, Pupuk dan Cara Pemupukan , Terj. H.M. Saleh, Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta
Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setyati Harjadi, 1973, Pembiakan Vegetatif , Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Sadjad, S., 1976, Agronomi Umum , Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Salisbury , F.B. and C.W. Ross, 1992, Plant Physiology . Wadsworth Publishing Company, Belmont , California http://www.lablink.or.id/index.html
Gardner, F.P., R. Brent Pearce dan Roger Mitchell, 1991, Fisiologi Tanaman Budidaya, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta
Harjadi, Sri Setyati, 1982, Pengantar Agronomi , PT. Gramedia, Jakarta
Hasan Basri Jumin, 1991, Dasar-dasar Agronomi , CV. Rajawali, Jakarta
Hendarto Kuswanto, 2003, Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Yusnita, 2003, Kultur Jaringan, Agromedia, Pustaka, Jakarta
Kamil, J, 1982, Teknologi Benih I , Universitas Andalas, Padang
Mahida, U.N., 1984, Pencemaran air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Kata Pengantar Otto Soemarwoto, Penerbit CV. Radjawali, Jakarta
Moenandir, J., 1994, Agronomi , Fakultas Pertanian, UNIBRAW, Malang
Nuryadi, 1978, Kumpulan Makalah Lokakarya, Pola Tanam Tumpanggilir , Cipayung
Orchard, P.W. and D.C. Goodwin, 1979, Environmental Factors, Plant and Crop Growth , University of New England (AAUCS)
Rachman Sutanto, 2002, Penerapan Pertanian Organik , Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Reijntjes, Coen., Bertus Haverkort dan Ann Waters Bayer, Pertanian Masa Depan, Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah , Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Rinsema, W.T., 1983, Pupuk dan Cara Pemupukan , Terj. H.M. Saleh, Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta
Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setyati Harjadi, 1973, Pembiakan Vegetatif , Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Sadjad, S., 1976, Agronomi Umum , Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Salisbury , F.B. and C.W. Ross, 1992, Plant Physiology . Wadsworth Publishing Company, Belmont , California http://www.lablink.or.id/index.html