Mari Berusaha, Berdo'a Kemudian Tawakal

Saya Hanya Manusia Biasa

Senin, 21 Mei 2012

Laporan Kimia dan Kesuburan Tanah

laporan kimia dan kesuburan tanah
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerat dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na (kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila didominasi oleh kation asam, Al, H (kejenuhan basa rendah) dapat mengurangi kesuburan tanah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.KTK pada jenis tanah yang ada berbeda-beda, dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat.
KTK tanah pada umumnya digunakan sebagai indikator pembeda pada proses klasifikasi tanah. Misalnya tanah Alfisol harus mempunyai KTK <16 Cmol/kg. Pada dasarnya Pada Jenis-jenis mineral liat juga menentukan besarnya KTK tanah, misalnya tanah dengan mineral liat montmorillonit mempunyai KTK yang lebih besar daripada tanah dengan mineral liat kaolinit. Tanah-tanah yang tua seperti tanah Alfisol mempunyai KTK rendah karena koloidnya banyak terdiri dan seskuioksida.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melakukan percobaan penentuan KTK untuk mengetahui besarnya nilai KTK pada tanah Alfisol.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum penentuan KTK adalah untuk mengetahui nilai KTK pada tanah Alfisol serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum penentuan KTK adalah memberi informasi pada jenis-jenis tanah yang dapat menentukan jenis suatu komoditas yang dapat dikembangkan pada tanah tersebut.















II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KaTK Tanah Alfisol
Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didefenisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Kemampuan atau daya jerap unsur hara dari suatu koloid tanah dapat ditentukan dengan mudah. Jumlah unsur hara yang terjerap dapat ditukar dengan barium (Ba+) atau amonium (NH4+), kemudian jumlah Ba atau NH4 yang terjerap ini ditentukan kembali melalui penyulingan. Jumlah Ba atau NH4 yang tersuling akan sama banyak dengan jumlah unsur hara yang ditukar pada koloid tanah tadi (Hakim, dkk., 1986).
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga menentukan besarnya KTK tanah, misalnya tanah dengan mineral liat montmorillonit mempunyai KTK yang lebih besar daripada tanah dengan mineral liat kaolinit. Tanah-tanah yang tua seperti tanah Alfisol mempunyai KTK rendah karena koloidnya banyak terdiri dan seskuioksida. Besarnya KTK digunakan sebagai penciri untuk klasifikasi tanah misalnya Alfisol harus mempunyai KTK < 16 cmol (+) ka liat (Hardjowigeno, 2003).
Alfisol merupakan tanah yang telah mengalami proses pelapukan lanjut melalui proses Luxiviasi dan Podsolisasi. Ditandai oleh kejenuhan basa rendah (kurang dari 50% ), Kapasitas Tukat Kation kurang dari 16 meq per me per 100 gram liat, bahan organic rendah sampai sedang, nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5) (Hardjowigeno, 2002).

2.2 KTK
Kapasitas tukar kation tanah tergantung pada tipe dan jumlah kandungan liat, kandungan bahan organik, dan pH tanah. Kapasitas tukar kation tanah yang memiliki banyak muatan tergantung pH dapat berubah-ubah dengan perubahan pH. Keadaan tanah yang masam menyebabkan tanah kehilangan kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar, karena perkembangan muatan positif. Kapasitas tukar kation kaolinit menjadi sangat berkurang karena perubahan pH dari 8 menjadi 5,5. KTK tanah adalah jumlah kation yang dapat dijerap 100 gram tanah pada pH 7 (Pairunan, dkk., 1999).
Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, Mg+, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+, dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah (biasanya per 100 g) dinamakan kapasitas tukar kation (KTK). Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal tersebut dinamakan pertukaran kation. Jenis-jenis kation yang telah disebutkan di atas merupakan kation-kation yang umum ditemukan dalam kompleks jerapan tanah.(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
Kenyataan menunjukkan bahwa KTK dari berbagai tanah sangat beragam, bahkan tanah sejenisnyapun berbeda KTKnya. Besarnya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu sendiri yang antara lain adalah: 1.) Reaksi tanah atau pH; 2.) Tekstur Tanah atau Jumlah Liat; 3.) Jenis Mineral Liat; 4.) Bahan Organik; dan 5.) Pangapuran dan Pemupukan (Hakim, dkk., 1986).
Pada kebanyakan tanah ditemukan bahwa pertukaran kation berubah dengan berubahnya pH tanah. Pada pH rendah, hanya muatan permanen liat, dan sebagian muatan koloid organik memegang ion yang dapat digantikan melalui pertukaran kation. Dengan demikian KTK relatif rendah.(Harjowigeno, 2002)
KTK tanah berbanding lurus dengan jumlah butir liat. Semakin tinggi jumlah liat suatu jenis tanah yang sama, KTK juga bertambah besar. Makin halus tekstur tanah makin besar pula jumlah koloid liat dan koloid organiknya, sehingga KTK juga makin besar. Sebaliknya tekstur kasar seperti pasir atau debu, jumlah koloid liat relatif kecil demikian pula koloid organiknya, sehingga KTK juga relatif lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.(Hakim, 1986)
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah. Telah dikemukakan bahwa organik mempunyai daya jerap kation yang lebih besar daripada koloid liat. Berarti semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah makin tinggi pula lah KTKnya.(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
Masukan kapur akan menaikkan pH tanah. Pada tanah-tanah yang bermuatan tergantung pH, seperti tanah kaya montmorillonit atau koloid organik, maka KTK akan meningkat dengan pengapuran. Di lain pihak pemberian pupuk-pupuk tertentu dapat menurunkan pH tanah, sejalan dengan hal itu KTK pun akan turun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh pengapuran dan pemupukan ini berkaitan erat dengan perubahan pH, yang selanjutnya memperngaruhi KTK tanah (Hakim, dkk., 1986).


















III. BAHAN DAN METODE


3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Penentuan KTK dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Jumat, tanggal 22 Oktober 2010, pada pukul 13.00 WITA sampai selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum Penentuan KTK adalah timbangan, botol polyethylene, botol roll film, tabung destilasi, erlenmeyer, rak tabung, dan penitrasi.
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Penentuan KTK adalah sampel tanah Alfisol, Ammonium Acetat, kertas saring, alcohol 70%, larutan MgO, larutan NaOH 10 N, larutan Boric Acid, larutan HCL 0,1 N, tissu rol, dan kertas label.
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja Penentuan KTK adalah :
1. Menimbang 5 gram tanah Alfisol kemudian dimasukkan ke dalam botol polyethylene
2. Menambahkan Ammonium Acetat sebanyak 25 ml
3. Mengocok selama 1 jam
4. Menyaring sampai semua tanah pindah ke kertas saring (untuk analisa KTK) selama 1 x 24 jam
5. Mengencerkan hasil saringan sampai 50 ml (untuk analisa Ca, Mg, K, Na)
6. Mencuci tanah pada kertas saring dengan alcohol 70% sampai bebas NH3
7. Menambahkan 0,5 gr MgO setelah bebas NH3
8. Memasukkan ke dalam tabung destilasi, kemudian menambahkan NaOH 10 N sebanyak 25 ml
9. Menampung destilasi ke dalam erlenmeyer yang berisi 20 ml Boric Acid
10. Menitrasi dengan HCL 0,1 N
11. Menghitung dengan menggunakan rumus :
KTK (cmol/kg) = ml Penitar x N x 100/5
gr sampel
















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Berdasarkan hasil perhitungan nilai KTK dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6: Nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) Pada percobaan.
Jenis tanah Nilai KTK Kriteria
Alfisol 15,5 cmol/kg Rendah
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2010
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, KTK pada tanah alfisol yang menjadi sampel pada percobaan ini adalah 15,5 dengan kriteria rendah. Hal ini diebabkan karena pada tanah Alfisol yang menjadi sampel pada percobaan ini mengandung bahan orgnik yang rendah sehingga KTK tanah menjadi rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2002) bahwa bahwa organik mempunyai daya jerap kation yang lebih besar daripada koloid liat. Berarti semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah makin tinggi pula lah KTKnya dan begitupun sebaliknya.
Rendahnya KTK yang dikandung pada tanah Alfisol menyebabkan kurang tersedianya hara bagi tanaman sehingga menyebabkan rendahnya kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno(2002) bahwa Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerat dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya KTK pada tanah Alfisol adalah rendahnya bahan organik yang dikandung, rendahnya PH tanah hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (1986) bahwayang antara lain adalah: 1.) Reaksi tanah atau pH; 2.) Tekstur Tanah atau Jumlah Liat; 3.) Jenis Mineral Liat; 4.) Bahan Organik. Sedangkan menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) rendahnya KTK pada tanah Alfisol disebabkan Karena tanah-tanah yang tua seperti tanah Alfisol mempunyai KTK rendah karena koloidnya banyak terdiri dan seskuioksida.















V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada tanah Alfisol yang dijadikan sampel dalam percobaan KTK tanah yaitu 15,5.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai KTK tanah Alfisol menjadi rendah adalah rendahnya pH tanah, rendahnya bahan Organik, dan koloidnya banyak terdiri dari koloid seuskosida.

5.2. Saran
Sebaiknya, tanah Alfisol yang diujikan dalam percobaan ini diketahui lokasi pengambilan sampelnya sehingga mudah dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan KTK pada tanah tersebut.






DAFTAR PUSTAKA


Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung

Hardjowigeno, H. Sarwono., 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

., 2003. Klasifkasi Tanah dan pedogenesis. Akademika Pressindo,
Jakarta

Pairunan, Anna K., J. L. Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir, Romualdus Tangkaisari, J. R. Lalopua, Bachrul Ibrahim, Hariadji Asmadi, 1999. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Makassar

Rosmarkam dan Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. 2002. Kanisius, Jakarta

Diposkan oleh pusat peradaban di 20:58

Minggu, 20 Mei 2012

Tumbunhan dan Nama Latinnya

Daftar Nama Tumbuhan (Tanaman) dan Nama Latin
Posted on 20 Februari 2011

Daftar nama tumbuhan (tanaman) dan nama latin ini sebagai kumpulan nama tumbuhan (flora) yang dilengkapi dengan nama latin (ilmiah). Seratusan nama tanaman lengkap dengan nama latinnya saya susun sebagai daftar.

Daftar dalam artikel ini merupakan permintaan keponakan saya yang menanyakan nama tumbuhan beserta nama latinnya. Dari pada susah nulis hanya untuk dikirim pada satu orang via email, saya pikir akan lebih baik jika tumbuhan dan nama latin ini saya posting di blog sekalian. Siapa tahu ada yang membutuhkan.

Berikut daftar nama latin dari berbagai tumbuhan atau tanaman yang kesemuanya dapat ditemukan di Indonesia.

Nama Tanaman Hias atau Bunga dan Nama Latin

Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata)
Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum)
Bunga Bangkai (Amorphpophallus titanium)
Cempaka Putih (Michelia alba)
Cempaka Kuning (Michelia champaka)
Cempaka Telor (Magnolia coco)
Edelweis Jawa (Anaphalis javanica)
Kenanga (Cananga odorata)
Melati Gambir (Jasminum pubescens)
Melati Putih (Jasminus sambac)
Nibung (Oncosperma tigillarium)

Nama Tumbuhan Obat dan Nama Latin

Ciplukan (Physalis angulata)
Gambir (Uncaria gambir)
Mengkudu (Morinda citrifolia)
Sirih (Piper betle)
Zodia (Evodia suaveolens)

Nama Tumbuhan Buah dan Nama Latin

Alpukat (Persea americana)
Apel (Pyrus malus)
Belimbing Manis (Averrhoa carambola)
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
Ceremai (Phyllanthus acidus)
Delima (Punica granatum)
Durian (Durio zibethinus)
Duwet (Syzygium cumini)
Gayam (Inocarpus fagiferus)
Jambu Air (Eugenia aquea)
Jeruk Manis (Citrus sinensis)
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Kasturi (Mangifera casturi)
Kawista (Limonia acidissima)
Kedoya (Dysoxylum gaudichaudianum)
Kemang (Mangifera kemanga)
Kelapa (Cocos nucifera)
Kepa (Syzygium polycephalum)
Kepel (Stelechocarpus burahol)
Kersen (Muntingia calabura)
Korma rawa (Phoenix paludosa)
Lontar (Borassus flabellifer)
Mangga (Mangifera indica)
Manggis (Garcinia mangostana)
Matoa (Pometia pinnata)
Menteng (Baccaurea racemosa)
Mundu (Garcinia dulcis)
Nam Nam (Cynometra cauliflora)
Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Pisang (Musa paradisiaca)
Pepaya (Carica papaya)
Rambutan (Nephelium lappaceum)
Salak (Salacca zalacca)
Sawo Kecik (Manilkara kauki)
Sawo Manila (Manilkara zapota)

Durian atau Duren (Durio zibethinus)

Durian atau Duren (Durio zibethinus

Nama Tanaman Keras dan Nama Latin

Ajan Kelicung (Diospyros macrophylla)
Andalas (Morus macroura)
Baobab (Adansonia Digitata)
Bintaro (Cerbera manghas)
Eboni (Diospyros celebica)
Gaharu (Aquilaria moluccensis)
Gandaria (Bouea macrophylla)
Jati (Tectona grandis)
Karet (Hevea braziliensis)
Kapuk Randu (Ceiba pentandra)
Kenari (Canarium ovatum)
Kendal (Cordia bantamensis)
Kepuh (Sterculia foetida)
Kokoleceran (Vatica bantamensis)
Limpasu (Baccaurea lanceolata)
Maja (Aegle marmelos)
Majegau (Dysoxylum densiflorum)
Nagasari (Palaquium rostratum)
Trembesi (Albizia saman Sin. Samanea saman)

Nama Tanaman Umbi dan Rimpang dan Nama Latin

Jahe (Zingiber officinale)
Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
Garut (Maranta arundinacea)
Ganyong (Canna edulis)
Kedawung (Parkia roxburghii)
Lengkuas (Alpinia galanga)
Singkong (Manihot esculenta)
Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

Tumbuhan Rempah dan Nama Latin

Asam Jawa (Tamarindus indica)
Bawang Merah (Allium cepa)
Bawang Putih (Allium sativum)
Cabai (Capsicum annum)
Cabai Rawit (Capsicum frutescens)
Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Kencur (Kaempferia galanga)
Lada (Piper nigrum)
Pala (Myristica fragrans)

Tumbuhan Lainnya dan Nama Latin

Jagung (Zea mays)
Kacang Hijau (Vigna radiata)
Kacang Kapri (Pisum sativum)
Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)
Kacang Panjang (Phaseolus vulgaris)
Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Kentang (Solanum tuberosum)
Kesambi (Schleichera oleosa)
Padi (Oryza sativa)
Petai Cina (Leucaena leucocephala)
Terung (Solanum melongena)
Tuba (Derris elliptica)

Selain itu bisa dilihat juga daftar nama latin dari tumbuhan-tumbuhan:

Aneka jenis Bambu
Aneka jenis Melati
Aneka Jenis Kantong Semar
Aneka Jenis Anggrek Langka
Aneka Jenis Bunga Bangkai
Aneka Jenis Palem
Aneka Tanaman Penyerap Karbondioksida
Aneka Flora Identitas di Indonesia

Karena hanya daftar nama latin tanaman (tumbuhan), untuk melihat diskripsi lebih lengkap dari masing-masing jenis silakan meng-klik tautan yang tersedia.

Sekali lagi ini merupakan permintaan keponakan sekaligus mengisi postingan di blog ini sekaligus (lagi) memberikan internal link pada artikel-artikel saya terdahulu. Jadi mohon maaf jika daftar nama latin tumbuhan atau tanaman (flora) ini membuat bosan sobat-sobat.


MOHON KOMEN ATAU SARANNYA YAH..
trimakasih,,

Perbedaan Sel Hewan dan Tumbuhan

PERBEDAAN ANTARA SEL HEWAN DAN SEL TUMBUHAN
Peran ekologis tumbuhan dalam ekosistem adalah sebagai produsen/pembuat makanan, sedangkan hewan berperan sebagai herbivor (pemakan tumbuhan) atau karnivor (pemakan hewan lainnya). Oleh karena itu, sel tumbuhan berbeda dengan sel hewan.

Ciri-ciri Sel Tumbuhan adalah:
• Memiliki dinding sel
• Memiliki vakuola berukuran besar
• Memiliki plastida (yang dapat berupa kloroplas/kromoplas/leukoplas)
• Tidak memiliki sentriol

sedangkan ciri sel Hewan
• Tidak memiliki dinding sel
• Memiliki vakuola berukuran kecil
• Tidak memiliki plastida
• Memiliki sentriol


Dinding Sel
Batang tumbuhan umumnya lebih keras dibandingkan tubuh manusia. Kahan dapat inencubit teman, tetapi tidak dapat mencubit potion yang berkayu. Hal ini karena bagian luar sel tumbuhan tersusun dari dinding set yang amat keras. Bahan utama penyusun dinding set berupa zat kayu, yaitu selulosa yang tersusun dad glukosa. Selain selulosa, dinding sel jugs mengandung zat lain, misalnya pektin, hemiselulosa, dan glikoprotein.
Vakuola
Vakuola merupakan organel bermembran yang berisi cairan vakuota. Vakuola terdapat pada set hewan dan sel tumbuhan. Namun, vakuola pada sel tumbuhan memiliki bentuk dan fungsi yang lebih nyata dibandingkan dengan vakuola pada set hewan. Tumbuhan yang masih muda memiliki set dengan vakuola berukuran kecil, tetapi pada tumbuhan yang bertambah besar dan dewasa, vakuola tampak membesar bahkan mendominasi sitoptasma dan mendesak sitoplasma ke tepi dinding sel.

Kloroplas merupakan organel yang mengandung klorofil. Klorofil berfungsi pada saat fotosintesis. Struktur kloroplas terdiri dari membran luar yang berguna untuk melewatkan molekul-molekul berukuran kurang dari 10 kilodalton tanpa selektivitas; membran dalam bersifat selektif permeabel dan berguna untuk memilih molekul yang keluar masuk dengan transpor aktif; stroma merupakan cairan kloroplas yang berguna untuk menyimpan basil fotosintesis dalam bentuk pati (amilum); dan tilakoid tempat terjadinya fotosintesis (Gambar 1.22).

Kromoplas:
Kromoplas adalah plastida yang berwarna kuning jingga dan merah karena mengandung karoten. Sel-sel yang mengandung kromoplas terdapat pada bunga, buah masak, dan daun yang akan gugur. Warna kromoplas bervariasi karena berasosiasi dengan pigmen bunga dan buah lainnya, yaitu antosianin yang tersimpan di vakuola.

Leukoplas

Sel Hewan
Hewan memiliki organel yang khas pada selnya, yaitu sentriol.
Sentriol merupakan sepasang struktur seperti silinder yang memiliki lubang di tengah dan tersusun dari protein mikrotubulus. Anggota pasangan sentriol biasanya terletak pada posisi menyudut ke arah kanan satu sama lain. Lihat Gambar 1.23. Sentriol tersusun dari mikrotubulus yang membentuk suatu struktur protein seperti jala yang tampak berlekatan dengan kromosom selama pembelahan sel (mitosis dan meiosis). Jala tersebut dinamakan benang spindel. l’ada ujung yang lain, jala ini berlekatan dengan bagian ujung sentriol. Sentriol berperan untuk mengatur polaritas (kutub) pembelahan sel hewan dan mengatur pemisahan kromosom selama pembelahan sel.

---------------------------------
Plastida:
Plastida adalah organel bermembran rangkap dengan bentuk dan fungsi yang bermacam-macam. Beberapa plastida yang penting ada 3 macam, yaitu :
- Kloroplas
- Leukoplas
- Kromoplas

1. Kloroplas, adalah plastida yang menghasilkan warna hijau daun, disebut klorofil. Kloroplas adalah plastida yang mengandung klorofil, karotenoid dan pigmen fotosintesis lain

Macam-macam klorofil adalah sebagai berikut :
- klorofil a: menghasilkan warna hijau biru
- klorofil b: menghasilkan warna hijau kekuningan
- klorofil c: menghasilkan warna hijau coklat
- klorofil d: menghasilkan warna hijau merah

Selubung kloroplas terdiri atas dua membran. Dalam kloroplas terdapat sistem membran lain berupa kantong-kantong pipih yang disebut Tilakoid. Tilakoid tersusun bertumpuk membentuk struktur yang disebut grana (jamak granum). Di dalam tilakoid inilah terdapat pigmen fotosintesis yaitu klorofil dan karoten. Ruangan di antara grana disebut stroma.

Proses fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Di dalam tilakoid pigmen klorofil berperan dalam penangkapan energi sinar yang akan diubah menjadi energi kimia melalui suatu proses yang disebut reaksi terang. Reaksi selanjutnya adalah reaksi gelap yaitu proses pembentukan glukosa. Reaksi gelap berlangsung di dalam stroma dengan menggunakan energi kimia hasil reaksi terang.

2. Leukoplas adalah plastida yang tidak berwarna. Leukoplas biasanya berguna untuk menyimpan cadangan makanan, seperti amilum dan protein pada sel-sel batang ketela pohon dan sel-sel akar pada kentang.
Berdasarkan fungsinya leukoplas dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

a. Amiloplas ; berfungsi menghasilkan Amilum
b. Elaioplas ; berfungsi menghasilkan lemak
c. Proteoplas ; berfungsi menghasilkan protein

3. Kromoplas, adalah plastida yang menghasilkan warna non fotosintesis atau warna selain hijau. Macam-macam warna tersebut adalah sebagai berikut:

a. Karotin : Berwarna kuning, misalnya pada wortel
b. Xantofil : Berwarna kuning pada daun yang tua
c. Fikosantin : Berwarna coklat pada ganggang Phaeophyta
d. Fikosianin : Berwarna biru pada ganggang cyanophyta
e. Fikoeritrin : Berwarna merah pada ganggang Rhodophyta
f. Antosianin : Memberi warna merah sampai kuning pada bunga
Diposkan oleh Admin