Mari Berusaha, Berdo'a Kemudian Tawakal

Saya Hanya Manusia Biasa

Kamis, 26 Juli 2012

Selamatkan Anak Indonesia dari Film Negatif dan Video Game

Smangat
Selamatkan Anak Indonesia dari Film Negatif dan Video Game

         Lembaga Sensor Film (LSF) mengajak masyarakat untuk menyelamatkan anak Indonesia dari keburukan moral. Mengingat, banyaknya film yang beredar begitu cepat di masyarakat tanpa sensor. Salah satunya adalah film porno.
LSF mengakui, cepatnya peredaran film-film bernilai negatif itu salah satunya disebabkan kecanggihan teknologi. Kalau dulu membuat film harus pakai roll film. Untuk membawa atau memindahkan pun agak sulit. Sekarang, tinggal menancapkan flash disk, tunggu beberapa menit, film sudah berhasil ditransfer.
Kecanggihan teknologi tidak hanya menguntungkan kehidupan manusia. Di samping itu, banyak pula sisi-sisi negatif yang perlu diantisipasi supaya tidak merusak generasi muda.
Hal itu diungkapkan oleh perwakilan LSF, Nunus Supardi saat membuka Diskusi dan Sosialisasi LSF 'Memasyarakatkan Kesadaran Swasensor Pertunjukkan dan Tayangan Televisi' di hotel Santika, Sabtu (26/5/2012). 
"Dengan kecanggihan teknologi ini, kami (LSF) sulit sekali mensensor. Karena itu, kami harapkan swasensor oleh masyarakat bisa berjalan Guna mencegah nilai negatif. Selamatkan anak Indonesia dan lindungi masyarakat dari dampak negatif perfilman," papar Nunus.
Tidak kalah bahayanya, kata Nunus, merebaknya video game hingga pelosok desa juga mengancam generasi muda. Apalagi kalau generasi muda ini memainkan permainan kekerasan. Perlu diingat, otak pada masa anak-anak berjumlah satu miliar masih kosong. Ibarat flash disk yang masih memiliki kosong, diisi apapun akan masuk.
"Kalau anak-anak dicekoki permainan seperti ini, maka akan mempengaruhi otak anak. Hanya di Indonesia permainan seperti ini tidak ada sensor, sementara di Amerika, Australia, Singapura dan negara lainnya sudah menerapkan batasan permainan seperti ini," katanya.
Sosialisasi swasensor di tingkat II (kabupaten/kota) di Jawa Timur baru pertama kali dilakukan di Kota Malang. Sebelumnya, sosialisasi ini dilakukan di tingkat ibukota provinsi. "Yang lebih penting, para orang tua dan dewasa mau melakukan swasensor dan memberitahukan kepada anak-anak agar generasi muda," pungkasnya.

TRIBUNNEWS.COM, MALANG