LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA V
(PENETAPAN ANGKA-ANGKA ATTERBERG)
Semester :
Genap 2011/2012
Disusun Oleh :
Nama : Lukman Prasetyo
NIM : A1L011062
Rombongan : 3
Asisten : Septia Linda
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ringan
beratnya suatu tanah bukan saja berhubungan dengan mudah tidaknya tanah diolah,
namun juga berhubungan dengan gaya menahan air tanah, infiltrasi, dan
perkolasi. Untuk menghindari faktor subyektif dalam mengklasifikasikan tanah
berat atau ringan, dipakai standar angka.
Atterberg menggunakan angka – angka konsistensi tanah. Angka – angka ini
penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah, karena pengolahan tanah
akan sulit dilakukan kalau tanah terlalu kering ataupun terlalu basah. Mohr
mempraktekan hal ini untuk tanah – tanah di Indonesia. Batas – batas yang
dipakai untuk mencirikan berat ringannya tanah adalah Batas Cair (BC), Batas
Lekat (BL), Batas Gulung (BG), dan Batas Berubah Warna (BBW).
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap rendah dan tingginya indeks plastisitas (Angka Atterberg) yaitu :
1. Komposisi
butiran dari tanah. Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan rangkap, yang
terutama terdiri dari air, maka dengan mudah saling bergerak. Hal ini
berlawanan dengan partikel pasir, tidak berkaitan satu dengan lainnya.
2. Pada
kenyataan tipe mineral tanah juga penting. Tanah Kaolinit akan menjadi plastis pada kair yang rendah disbanding
dengan montmorilonit.
3. Bentuk
partikel. Oleh karena liat terdiri dari
lempeng-lempeng (laminer) yang dapat berdekatan satu sama lain pada
pengeringan, maka liat dapat berpengaruh terhadap tenaga adhesi yang tinggi.berbeda
dengan butiran pasir dengan bentuk bentuk bundar dan tajam, tidak perperan yang
penting.
4. Dengan
adanya bahan organic, maka kadar air
baik pada batas cair maupun batas plastis terendah menjadi meningkat.
Pada pengujian di laboratorium, menggunakan batas-batas
untuk mencirikan berat ringannya tanah yaitu Batas Cair (Batas Mengalir =
Liquid limit = BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG) dan Batas Berubah Warna
(BBW).
B. Tujuan
1. Mengetahui
Batas Cair (Batas Mengalir = Liquid limit = BC)
2. Mengetahui
Batas Lekat (BL)
3. Mengetahui
Batas Gulung (BG)
4. Mengetahui
Batas Berubah Warna (BBW)
BAB II
METODE KERJA
A. Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum Acara V Penetapan Angka-angka Atterberg ini
diantaranya Casagrande, stop watch, colet/spatel, timbangan analitik, botol
semprot, lap/serbet, kertas label, lempeng kaca, oven dan eksikator. Bahan yang digunakan
pada praktikum ini adalah Contoh tanah kering udara, halus berdiameter 0,5 mm
(Inseptisol, Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol).
B. Prosedur
Kerja.
1. Batas
Cair
·
Alat casagrande yang
mempunyai tinggi 1 cm disiapkan.
·
Tanah basah yang
homogen dibuat pasta secukupnya dengan cawan porselin.
·
Latihan memutar alat
casagrande dengan kecepatan konstan 2x per detik.
·
Pasta tanah yang telah
dibuat di atas cawan casagrande dan permukaannya diratakan dengan colet sampai
setebal 1 cm, kemudian dengan colet pembelah pasta tanah dibelah di tengahnya
dengan gerakan tegak lurus pada bidang cawan. Hasilnya pada dasar cawan harus
terlihat bagian yang bersih dari tanah, lebar alur yang terjadi 2mm.
·
Alat casagrande segera
diputar dengan kecepatan konstan (2x per detik). Diamati sampai alur menutup
selebar 1cm, putaran dihentika dan catat jumlah putaran yang diperlukan tadi.
·
Setelah diperoleh
jumlah ketukan antara 10-40, ambil pasta tanah disekitar alur yang menutup
sebanyak kurang lebih 10 gram dan tetapkan kadar air tanahnya.
·
Kerjakan untuk 4
ulangan dengan banyak ketukan diatas 25, dua ulangan dan dibawah 25 (2
ulangan).
2. Batas
Lekat.
·
Sisa pasta tanah dari
acara BC diambil, gumpalkan dalam tangan dan tusukkan colet kdalamnya sedalam
2,5 cm dengan kecepatan 1cm per detik. Dapat juga dijalankan dengan
menggumpalkan pasta tanah dengan ujung colet sepanjang 2,5cm ada didalamnya dan
kemudian colet ditarik dengan kecepatan 0,5 detik.
·
Permukaan colet
diperiksa: 1) bersih, tidak ada tanah lebih kering, 2) tanah atau suspensi
tanah melekat, berarti pasta tanah lebih basah dari BL.
·
Tergantung dari hasil
pemeriksaan dalam langkah ke-2, pasta tanah dibasahi atau dikurangi kelembabannya,
dan langkah ke-1 diulang-ulang lagi sampai dicapai keadaan dipermukaan colet
disebelah ujungnya melekat suspensi tanah seperti dempul sepanjang kira-kira
1/3 kali dalamnya penusukan (kira-kira 0,8cm)
·
Tanah sekitar tempat
tusukan sebanyak kurang lebih 10 gram dan tetapkan kadar airnya.
·
Dikerjakan untuk 2
ulangan.
3. Batas
Gulung.
·
Pasta tanah diambil
kurang lebih 15 gram dan bentuk bulat sosis atau pita tanah dengan cara
menggulung-gulungkan diatas lempeng kaca dengan telapak tangan yang digerakkan
maju mundur tanpa ditekan. Pada waktu menggolek-golekkan pasta tanah, gerakan
jari memanjang.
·
Tabung tanah yang
terbentuk diperiksa: 1) tidak menunjukkan keretakan sewaktu mencapai tebal 3mm,
2) sudah retak-retak pada diameter lebih dari 3mm. Pada kejadian 1) pasta tanah
lebih basah dari BG dan pada kejadian 2) pasta tanah lebih kering.
·
Praktikum diulangi lagi
sampaidiperoleh tambang tanah yang retak pada diameter 3mm. Ambil tambang tanah
yang retak tersebut, masukkan ke dalam botol timbang untuk ditetapkan kadar
airnya, kerjakan untuk dua ulangan.
4. Batas
Berubah Warna.
·
Dengan colet pasta
tanah diratakan tipis dan permukaan licin mengkilat di atas permukaan papan
kayu dan dibuat bentuk elips. Tebal bagian tengah 3mm, makin ketepi makin
menipis.
·
Hasil kerja tadi
diletakkan pada tempat teduh dan yang diperangin-anginkan, air akan mulai
menguap dan kering mulai dari tepi (bagian yang tipis) berjalan ketengah.
·
Setelah jalur yang
kering pada bagian tepi mulai mengering selebar 0,5cm, ambil bagian yang kering
dan pada bagian tanah yang berwarna gelap selebar 1cm (atau maing-masing
selebar 0,5cm)
·
Kemudian dimasukkan
kedalam botol imbang dan tentukan kadar airnya, dikerjakan untuk 2 ulangan.
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Contoh Tanah Vertisol
1)
Tabel
Batas Cair (BC)
Ulangan
|
Ketukan
ke
|
Botol
timbang kosong (a) gr
|
a
+ contoh tanah (b) gr
|
b
setelah dioven (c) gr
|
KA
%
|
1
|
13
|
23,4453
|
33,0748
|
26,8418
|
64,72
%
|
2
|
11
|
24,2366
|
30,2629
|
26,4112
|
63,91 %
|
3
|
37
|
23,0608
|
30,7802
|
26,1937
|
59,41%
|
4
|
37
|
22,9506
|
30,7377
|
25,4338
|
68,11 %
|
2)
Tabel
Batas Lekat (BL)
Ulangan
|
Botol
Timbang Kosong (a) gr
|
a
+ contoh tanah (b ) gram
|
b
setelah dioven
|
KA %
|
1
|
22,4014
|
29,0516
|
25,2881
|
56,59 %
|
2
|
24,3851
|
32,8013
|
27,4147
|
64,00 %
|
3) Tabel Batas Gulung (BG)
Ulangan
|
Botot Timbang Kosong (a) gr
|
a + contoh tanah (b) gr
|
b stelah dioven
|
KA %
|
1.
|
22,4823
|
24,4621
|
24,0930
|
22,91 %
|
2.
|
23,8221
|
25,4276
|
24,7718
|
63,05 %
|
4) Tabel Batas Berubah Warna (BBW)
Ulangan
|
Botot Timbang Kosong (a) gr
|
a + contoh tanah (b) gr
|
b stelah dioven
|
KA %
|
1.
|
22,8152
|
24,4238
|
24,2378
|
13,07 %
|
2.
|
24,1924
|
24,3182
|
25,5527
|
-90,75 %
|
PERHITUNGAN BC
No.
|
Log
∑ ketukan (X)
|
Kadar
air (Y)
|
X
. Y
|
X2
|
1.
|
13=1,11
|
183,51 %
|
203,7
|
1,2321
|
2.
|
11=1,04
|
177,12
%
|
184,2
|
1,0816
|
3.
|
37=1,57
|
146,39
%
|
229,8
|
2,4649
|
4.
|
37=1,57
|
213,59
%
|
335,3
|
2,4649
|
Æ©X = 5,29
|
Æ©Y = 720,61 %
|
Æ©XY = 953
|
Æ©X2 = 7,2435
|
Perhitungan
:
1. =
=
=
1,3225
2. =
=
=
180,1525
3.
b =
=
=
= 2,48
4.
a
= – b .
=
180,1525 – (- 2,48)(1,3225 )
= 180,1525 – (- 3,27 )
= 183,4
5. Y = a + bx
= 183,4 + ( -2.48 )x
6. Log 25 = 183,4 + ( - 2.48 )x
1.4 = 183,4 + ( - 2.48 )x
2,48
x = 183,4 – 1.4
x =
x = 73,39
%
B.
Pembahasan
Atterberg
menggunakan angka-angka konsistensit
anah. Angka-angka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah.,
karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau tanah terlalu kering ataupun
terlalu basah. (Black, 1965)
Batas mengalir (batas cair) adalah jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan tanah. Kalau air lebih banyak tanah bersama air
akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air sehingga tanah bukan
dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang (field capacity) yang menunjukkan jumlah
air terbanyak yang dapat ditahan tanah dalam keadaan alami atau undisturbed.
(Foth, 1998)
BL ( Batas Lekat) yaitu
kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Bila tanah yang telah mencapai batas mengalir
atau batas melekat tersebut dapat membentuk gulungan atau pita yang tidak mudah
patah maka dikatakan plastis, bila tanah tidak dapat dibentuk pita atau
gulungan ( selalu patah- patah) maka disebut tidak plastis (Harjowigeno, 2010)
Batas gulung atau batas menggolek
adalah kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat digolek-golekkan lagi.
Kalau digolek-golekkan tanah akan pcah-pecah ke segala jurusan. Pada kadar air
lebih kecil dari batas menggolek tanah sukar diolah. (Hardjowigeno,2010)
Batas berubah warna atau titik ubah
adalah jika tanah yang telah mencapai batas menggolek, masih dapat terus
kehilangan air, sehingga tanah lambat laun akan menjadi kering dan pada suatu
ketika tanah menjadi berwarna lebih terang. Titik ini dinamakan titk batas
ganti warna atau titik ubah. (Hardjowigeno,2010)
Vertisol adalah tanah – tanah mineral yang mempunyai liat
30 % atau lebih, retakannya lebar dan dalam bila kering, dan kedua
mukroreliefnya gilgai, sisi antar bagiannya licin, atau struktur agregat berbentuk
baji, menikam pada suatu sudut dari garis horisontal. ( Henry, 1988).
Sedangkan menurut sarwono (2010), vertisol adalah tanah
dengan kandungan liat 30% atau lebih, mempunyai sifat mengembang dan mengerut.
Kalau kering tanah menjadi keras, dan retak retak karena mengerut, kalau basah
mengembang dan lengket.
Tanah Vertisol memilki tekstur liat karena cirinya
rasa agak licin ,
membentuk bola dalam keadaan dalam keadaan kering
sukar dipijit, mudah digulung serta melekat. Karena tanah ini
dikembangkan dari bahan induk liat dimanailkim musim basah dan kering
jelas (Foth,1988).
Dari data dan perhitungan Batas
Cair yang kami lakukan mendapatkan hasil bahwa tanah Vertisol mempunyai Persamaan
Regresi sebesar 73,39 %. Hasil perhitungan
Batas Lekat sampel I dan II masing –
masing adalah 56,59 %
dan 64,00 %. Pada perhitungan sampel Batas Gulung yaitu I = 22,91 % dan II = 63,05 %. Perhitungan Batas Berubah Warna
sampel didapat
hasil yang masing – masing memiliki kadar air 13,07 % dan -90,75 %. Hasil yang didapatkan
negative dikarenakan kurang akuratnya praktikan dalam melakukan pengukuran.
Seharusnya bobot setelah dioven akan lebih kecil dibandingkan bobot sebelum
dioven. Dengan adanya kesalahan tersebut, maka hasil yang didapatkan menjadi
negative.
Harkat
angka-angka Atterberg menurut Harjowigeno (2010) adalah
Harkat
|
Batas Mengalir
|
Indeks Plastisitas
|
Jangka Olah
|
.......................................................................
(% kadar air)........................................................
|
|||
Sangat rendah
|
<20
|
0-5
|
1-3
|
Rendah
|
20-30
|
6-10
|
4-8
|
Sedang
|
31-45
|
11-17
|
9-15
|
Tinggi
|
46-70
|
18-30
|
16-25
|
Sangat tinggi
|
71-100
|
31-43
|
26-40
|
Ekstrim tinggi
|
>100
|
>43
|
>40
|
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Angka-angka
Atterberg merupakan metode untuk menentukan klasifikasi suatu konsistensi tanah
dalam pengolahan tanah. Penentuan angka atterberg dengan menetapkan Batas Cair,
Batas Lekat, Batas Gulung dan Batas Berubah Warna. Untuk Batas Cair tanah Tanah
Vertisol dapat diperoleh data KA berturut-turut dengan ketukan ke 13, 11, 37, 37 adalah 64,72 % , 63,91 % , 59,41 % , dan 68,11 %.Untuk nilai BL didapat 56,59 % dan 64,00 %. Untuk BG didapat 22,91 % dan 63,05 %. Untuk BBW, setelah dioven diperoleh data 13,07 % dan -90,75 %.
Nilai BBW seharusnya bernilai positif, akan tetapi karena kesalahan dalam
praktikum, hasil yang didapat bernilai negative.
DAFTAR
PUSTAKA
Black, C. A. 1965. Methods of Soil Analysis part.1. Am.
Soc. Agron. Publ. Madison.
Wisconsin
: USA.
Foth, Henry d. 1998.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo
: Jakarta.
Munir, Moch. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Jakarta : PT
Dunia Pustaka Jaya.
ACARA V
(PENETAPAN ANGKA-ANGKA ATTERBERG)
Semester :
Genap 2011/2012
Disusun Oleh :
Nama : Kustam
NIM : A1L111053
Rombongan : AGT par 2
Asisten : Septia Linda
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ringan
beratnya suatu tanah bukan saja berhubungan dengan mudah tidaknya tanah diolah,
namun juga berhubungan dengan gaya menahan air tanah, infiltrasi, dan
perkolasi. Untuk menghindari faktor subyektif dalam mengklasifikasikan tanah
berat atau ringan, dipakai standar angka.
Atterberg menggunakan angka – angka konsistensi tanah. Angka – angka ini
penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah, karena pengolahan tanah
akan sulit dilakukan kalau tanah terlalu kering ataupun terlalu basah. Mohr
mempraktekan hal ini untuk tanah – tanah di Indonesia. Batas – batas yang
dipakai untuk mencirikan berat ringannya tanah adalah Batas Cair (BC), Batas
Lekat (BL), Batas Gulung (BG), dan Batas Berubah Warna (BBW).
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap rendah dan tingginya indeks plastisitas (Angka Atterberg) yaitu :
1. Komposisi
butiran dari tanah. Karena partikel liat dikelilingi oleh lapisan rangkap, yang
terutama terdiri dari air, maka dengan mudah saling bergerak. Hal ini
berlawanan dengan partikel pasir, tidak berkaitan satu dengan lainnya.
2. Pada
kenyataan tipe mineral tanah juga penting. Tanah Kaolinit akan menjadi plastis pada kair yang rendah disbanding
dengan montmorilonit.
3. Bentuk
partikel. Oleh karena liat terdiri dari
lempeng-lempeng (laminer) yang dapat berdekatan satu sama lain pada
pengeringan, maka liat dapat berpengaruh terhadap tenaga adhesi yang tinggi.berbeda
dengan butiran pasir dengan bentuk bentuk bundar dan tajam, tidak perperan yang
penting.
4. Dengan
adanya bahan organic, maka kadar air
baik pada batas cair maupun batas plastis terendah menjadi meningkat.
Pada pengujian di laboratorium, menggunakan batas-batas
untuk mencirikan berat ringannya tanah yaitu Batas Cair (Batas Mengalir =
Liquid limit = BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG) dan Batas Berubah Warna
(BBW).
B. Tujuan
1. Mengetahui
Batas Cair (Batas Mengalir = Liquid limit = BC)
2. Mengetahui
Batas Lekat (BL)
3. Mengetahui
Batas Gulung (BG)
4. Mengetahui
Batas Berubah Warna (BBW)
BAB II
METODE KERJA
A. Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum Acara V Penetapan Angka-angka Atterberg ini
diantaranya Casagrande, stop watch, colet/spatel, timbangan analitik, botol
semprot, lap/serbet, kertas label, lempeng kaca, oven dan eksikator. Bahan yang digunakan
pada praktikum ini adalah Contoh tanah kering udara, halus berdiameter 0,5 mm
(Inseptisol, Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol).
B. Prosedur
Kerja.
1. Batas
Cair
·
Alat casagrande yang
mempunyai tinggi 1 cm disiapkan.
·
Tanah basah yang
homogen dibuat pasta secukupnya dengan cawan porselin.
·
Latihan memutar alat
casagrande dengan kecepatan konstan 2x per detik.
·
Pasta tanah yang telah
dibuat di atas cawan casagrande dan permukaannya diratakan dengan colet sampai
setebal 1 cm, kemudian dengan colet pembelah pasta tanah dibelah di tengahnya
dengan gerakan tegak lurus pada bidang cawan. Hasilnya pada dasar cawan harus
terlihat bagian yang bersih dari tanah, lebar alur yang terjadi 2mm.
·
Alat casagrande segera
diputar dengan kecepatan konstan (2x per detik). Diamati sampai alur menutup
selebar 1cm, putaran dihentika dan catat jumlah putaran yang diperlukan tadi.
·
Setelah diperoleh
jumlah ketukan antara 10-40, ambil pasta tanah disekitar alur yang menutup
sebanyak kurang lebih 10 gram dan tetapkan kadar air tanahnya.
·
Kerjakan untuk 4
ulangan dengan banyak ketukan diatas 25, dua ulangan dan dibawah 25 (2
ulangan).
2. Batas
Lekat.
·
Sisa pasta tanah dari
acara BC diambil, gumpalkan dalam tangan dan tusukkan colet kdalamnya sedalam
2,5 cm dengan kecepatan 1cm per detik. Dapat juga dijalankan dengan
menggumpalkan pasta tanah dengan ujung colet sepanjang 2,5cm ada didalamnya dan
kemudian colet ditarik dengan kecepatan 0,5 detik.
·
Permukaan colet
diperiksa: 1) bersih, tidak ada tanah lebih kering, 2) tanah atau suspensi
tanah melekat, berarti pasta tanah lebih basah dari BL.
·
Tergantung dari hasil
pemeriksaan dalam langkah ke-2, pasta tanah dibasahi atau dikurangi kelembabannya,
dan langkah ke-1 diulang-ulang lagi sampai dicapai keadaan dipermukaan colet
disebelah ujungnya melekat suspensi tanah seperti dempul sepanjang kira-kira
1/3 kali dalamnya penusukan (kira-kira 0,8cm)
·
Tanah sekitar tempat
tusukan sebanyak kurang lebih 10 gram dan tetapkan kadar airnya.
·
Dikerjakan untuk 2
ulangan.
3. Batas
Gulung.
·
Pasta tanah diambil
kurang lebih 15 gram dan bentuk bulat sosis atau pita tanah dengan cara
menggulung-gulungkan diatas lempeng kaca dengan telapak tangan yang digerakkan
maju mundur tanpa ditekan. Pada waktu menggolek-golekkan pasta tanah, gerakan
jari memanjang.
·
Tabung tanah yang
terbentuk diperiksa: 1) tidak menunjukkan keretakan sewaktu mencapai tebal 3mm,
2) sudah retak-retak pada diameter lebih dari 3mm. Pada kejadian 1) pasta tanah
lebih basah dari BG dan pada kejadian 2) pasta tanah lebih kering.
·
Praktikum diulangi lagi
sampaidiperoleh tambang tanah yang retak pada diameter 3mm. Ambil tambang tanah
yang retak tersebut, masukkan ke dalam botol timbang untuk ditetapkan kadar
airnya, kerjakan untuk dua ulangan.
4. Batas
Berubah Warna.
·
Dengan colet pasta
tanah diratakan tipis dan permukaan licin mengkilat di atas permukaan papan
kayu dan dibuat bentuk elips. Tebal bagian tengah 3mm, makin ketepi makin
menipis.
·
Hasil kerja tadi
diletakkan pada tempat teduh dan yang diperangin-anginkan, air akan mulai
menguap dan kering mulai dari tepi (bagian yang tipis) berjalan ketengah.
·
Setelah jalur yang
kering pada bagian tepi mulai mengering selebar 0,5cm, ambil bagian yang kering
dan pada bagian tanah yang berwarna gelap selebar 1cm (atau maing-masing
selebar 0,5cm)
·
Kemudian dimasukkan
kedalam botol imbang dan tentukan kadar airnya, dikerjakan untuk 2 ulangan.
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Contoh Tanah Vertisol
1)
Tabel
Batas Cair (BC)
Ulangan
|
Ketukan
ke
|
Botol
timbang kosong (a) gr
|
a
+ contoh tanah (b) gr
|
b
setelah dioven (c) gr
|
KA
%
|
1
|
13
|
23,4453
|
33,0748
|
26,8418
|
64,72
%
|
2
|
11
|
24,2366
|
30,2629
|
26,4112
|
63,91 %
|
3
|
37
|
23,0608
|
30,7802
|
26,1937
|
59,41%
|
4
|
37
|
22,9506
|
30,7377
|
25,4338
|
68,11 %
|
2)
Tabel
Batas Lekat (BL)
Ulangan
|
Botol
Timbang Kosong (a) gr
|
a
+ contoh tanah (b ) gram
|
b
setelah dioven
|
KA %
|
1
|
22,4014
|
29,0516
|
25,2881
|
56,59 %
|
2
|
24,3851
|
32,8013
|
27,4147
|
64,00 %
|
3) Tabel Batas Gulung (BG)
Ulangan
|
Botot Timbang Kosong (a) gr
|
a + contoh tanah (b) gr
|
b stelah dioven
|
KA %
|
1.
|
22,4823
|
24,4621
|
24,0930
|
22,91 %
|
2.
|
23,8221
|
25,4276
|
24,7718
|
63,05 %
|
4) Tabel Batas Berubah Warna (BBW)
Ulangan
|
Botot Timbang Kosong (a) gr
|
a + contoh tanah (b) gr
|
b stelah dioven
|
KA %
|
1.
|
22,8152
|
24,4238
|
24,2378
|
13,07 %
|
2.
|
24,1924
|
24,3182
|
25,5527
|
-90,75 %
|
PERHITUNGAN BC
No.
|
Log
∑ ketukan (X)
|
Kadar
air (Y)
|
X
. Y
|
X2
|
1.
|
13=1,11
|
183,51 %
|
203,7
|
1,2321
|
2.
|
11=1,04
|
177,12
%
|
184,2
|
1,0816
|
3.
|
37=1,57
|
146,39
%
|
229,8
|
2,4649
|
4.
|
37=1,57
|
213,59
%
|
335,3
|
2,4649
|
Æ©X = 5,29
|
Æ©Y = 720,61 %
|
Æ©XY = 953
|
Æ©X2 = 7,2435
|
Perhitungan
:
1. =
=
=
1,3225
2. =
=
=
180,1525
3.
b =
=
=
= 2,48
4.
a
= – b .
=
180,1525 – (- 2,48)(1,3225 )
= 180,1525 – (- 3,27 )
= 183,4
5. Y = a + bx
= 183,4 + ( -2.48 )x
6. Log 25 = 183,4 + ( - 2.48 )x
1.4 = 183,4 + ( - 2.48 )x
2,48
x = 183,4 – 1.4
x =
x = 73,39
%
B.
Pembahasan
Atterberg
menggunakan angka-angka konsistensit
anah. Angka-angka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah.,
karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau tanah terlalu kering ataupun
terlalu basah. (Black, 1965)
Batas mengalir (batas cair) adalah jumlah air
terbanyak yang dapat ditahan tanah. Kalau air lebih banyak tanah bersama air
akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air sehingga tanah bukan
dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang (field capacity) yang menunjukkan jumlah
air terbanyak yang dapat ditahan tanah dalam keadaan alami atau undisturbed.
(Foth, 1998)
BL ( Batas Lekat) yaitu
kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Bila tanah yang telah mencapai batas mengalir
atau batas melekat tersebut dapat membentuk gulungan atau pita yang tidak mudah
patah maka dikatakan plastis, bila tanah tidak dapat dibentuk pita atau
gulungan ( selalu patah- patah) maka disebut tidak plastis (Harjowigeno, 2010)
Batas gulung atau batas menggolek
adalah kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat digolek-golekkan lagi.
Kalau digolek-golekkan tanah akan pcah-pecah ke segala jurusan. Pada kadar air
lebih kecil dari batas menggolek tanah sukar diolah. (Hardjowigeno,2010)
Batas berubah warna atau titik ubah
adalah jika tanah yang telah mencapai batas menggolek, masih dapat terus
kehilangan air, sehingga tanah lambat laun akan menjadi kering dan pada suatu
ketika tanah menjadi berwarna lebih terang. Titik ini dinamakan titk batas
ganti warna atau titik ubah. (Hardjowigeno,2010)
Vertisol adalah tanah – tanah mineral yang mempunyai liat
30 % atau lebih, retakannya lebar dan dalam bila kering, dan kedua
mukroreliefnya gilgai, sisi antar bagiannya licin, atau struktur agregat berbentuk
baji, menikam pada suatu sudut dari garis horisontal. ( Henry, 1988).
Sedangkan menurut sarwono (2010), vertisol adalah tanah
dengan kandungan liat 30% atau lebih, mempunyai sifat mengembang dan mengerut.
Kalau kering tanah menjadi keras, dan retak retak karena mengerut, kalau basah
mengembang dan lengket.
Tanah Vertisol memilki tekstur liat karena cirinya
rasa agak licin ,
membentuk bola dalam keadaan dalam keadaan kering
sukar dipijit, mudah digulung serta melekat. Karena tanah ini
dikembangkan dari bahan induk liat dimanailkim musim basah dan kering
jelas (Foth,1988).
Dari data dan perhitungan Batas
Cair yang kami lakukan mendapatkan hasil bahwa tanah Vertisol mempunyai Persamaan
Regresi sebesar 73,39 %. Hasil perhitungan
Batas Lekat sampel I dan II masing –
masing adalah 56,59 %
dan 64,00 %. Pada perhitungan sampel Batas Gulung yaitu I = 22,91 % dan II = 63,05 %. Perhitungan Batas Berubah Warna
sampel didapat
hasil yang masing – masing memiliki kadar air 13,07 % dan -90,75 %. Hasil yang didapatkan
negative dikarenakan kurang akuratnya praktikan dalam melakukan pengukuran.
Seharusnya bobot setelah dioven akan lebih kecil dibandingkan bobot sebelum
dioven. Dengan adanya kesalahan tersebut, maka hasil yang didapatkan menjadi
negative.
Harkat
angka-angka Atterberg menurut Harjowigeno (2010) adalah
Harkat
|
Batas Mengalir
|
Indeks Plastisitas
|
Jangka Olah
|
.......................................................................
(% kadar air)........................................................
|
|||
Sangat rendah
|
<20
|
0-5
|
1-3
|
Rendah
|
20-30
|
6-10
|
4-8
|
Sedang
|
31-45
|
11-17
|
9-15
|
Tinggi
|
46-70
|
18-30
|
16-25
|
Sangat tinggi
|
71-100
|
31-43
|
26-40
|
Ekstrim tinggi
|
>100
|
>43
|
>40
|
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Angka-angka
Atterberg merupakan metode untuk menentukan klasifikasi suatu konsistensi tanah
dalam pengolahan tanah. Penentuan angka atterberg dengan menetapkan Batas Cair,
Batas Lekat, Batas Gulung dan Batas Berubah Warna. Untuk Batas Cair tanah Tanah
Vertisol dapat diperoleh data KA berturut-turut dengan ketukan ke 13, 11, 37, 37 adalah 64,72 % , 63,91 % , 59,41 % , dan 68,11 %.Untuk nilai BL didapat 56,59 % dan 64,00 %. Untuk BG didapat 22,91 % dan 63,05 %. Untuk BBW, setelah dioven diperoleh data 13,07 % dan -90,75 %.
Nilai BBW seharusnya bernilai positif, akan tetapi karena kesalahan dalam
praktikum, hasil yang didapat bernilai negative.
DAFTAR
PUSTAKA
Black, C. A. 1965. Methods of Soil Analysis part.1. Am.
Soc. Agron. Publ. Madison.
Wisconsin
: USA.
Foth, Henry d. 1998.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo
: Jakarta.
Munir, Moch. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Jakarta : PT
Dunia Pustaka Jaya.