LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA III
(DERAJAT KERUT TANAH)
Semester :
Genap 2011/2012
Disusun Oleh :
Nama : Kustam
NIM : A1L111053
Rombongan : AGT par 2
Asisten : Ratri Noorhidayah
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Secara
fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik,
udara dan air. Masing
- masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda beda. Bahan anorganik secara garis besar
dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu :
1. Pasir
(0,05 mm – 2,00 mm) yaitu Tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air
rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi
cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir
ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain.
2. Debu
(0,002 mm – 0,005 mm) yaituMerupakn pasir mikro. Tanah keringnya menggumpal
tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai
sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3. Liat
(<0,002 mm) yaituBerbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga
bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengmbang dan mengkerut
yang besar.
Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh
iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu
tertentu. Tanah dalam pertanian mempunyai peranan
sebagai media tumbuh tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan,
cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik maupun anorganik.
Berat
ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi
kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah.Selain itu bahan organik
tanah, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan
bahan organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.
Secara
fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan
organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan
fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya
sukar diolah sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar
derajat kerutnya. Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah
untuk mengetahui kandungan bahan organic dalam tanah tersebut
B. Tujuan
Mengetahui besarnya
derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya
derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.
BAB II
METODE KERJA
A. Alat
dan Bahan
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum Acara
III Derajat kerut Tanah ini adalah contoh tanah halus (<0,5 mm), botol
semprot, air, cawan porselin, colet, cawan dakhil, jangka sorong dan serbet /
lap pembersih.
B. Prosedur
Kerja
1.
Tanah halus diambil
secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin, ditambah air dengan menggunakan
botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah
menjadi homogen.
2.
Pasta tanah yang sudah homogen tadi dimasukkan ke dalam
cawan dakhil yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong
(diameter awal).
3. Cawan dakhil yang telah berisi pasta
tanah tersebut dijemur dibawah terik matahari, kemudian dilakukan pengukuran
besarnya pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai diameternya konstan (diameter
akhir).
Perhitungan :
Derajat kerut =
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No
|
Jenis Tanah
|
Pengamatan
ke :
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1.
|
Ultisol I
|
Ø1
|
3,56
|
3,55
|
3,43
|
3,15
|
Ø2
|
3,43
|
3,39
|
3,39
|
3,11
|
||
X
|
3,49
|
3,47
|
3,41
|
3,13
|
||
2.
|
Ultisol II
|
Ø1
|
5,38
|
5,26
|
5,13
|
4,72
|
Ø2
|
5,24
|
5,30
|
5,22
|
4,94
|
||
X
|
5,31
|
5,28
|
5,17
|
4,83
|
Perhitungan :
Derajat kerut I =
Derajat kerut I
=
Derajat kerut I
= 1 %
Derajat kerut II
=
Derajat kerut II
=
Derajat kerut II
= 9 %
B
Pembahasan
Tanah dapat terbagi menjadi beberapa jenis yang
masing-masing memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada jenis tanah yang mempunyai
sifat mengembang (bila basah) dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim
kering karena tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang
dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit
yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai
COLE (Coefficient Of Linear Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change =
Swell index = index pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang
ilmu tanah (pedology) sedang PVC digunakan dalam bidang engineering (pembuatan jalan,
gedung-gedung dsb). (Hardjowigeno,2010)
Percobaan derajat kerut
tanah, kami mendapat Jenis Tanah Ultisol. Pengamatan dilakukan pada 2 wadah yaitu cawan I dan cawan II
yang berisi tanah Ultisol yang sebelumnya telah diolesi vaseline agar saat penjemuran tanah
yang mengkerut tidak menempel pada cawan.
Dilakukan penjemuran
di bawah sinar matahari, dan diamati setiap 2 jam sekali. Dilakukan pengukuran sebanyak 4 kali. Pada cawan pertama setelah dihitung dengan rumus
derajat kerut hasilnya sebesar 1
%. Dan pada
cawan kedua didapat hasil sebesar 9%.
Ultisol adalah
tanah – tanah dimana terjadi penimbunan liat di horison bawah (horison
argilik), bersifat masam, kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 180cm
dari permukaan tanah kurang dari 35%. Tanah ini dulu disebut tanah Podzolik
Merah Kuning yang banyak terdapat di Indonesia. Kadang – kadang juga termasuk
tanah Latosol dan Hidromorf kelabu. (Hardjowigono, 2010)
Secara
fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organic,
udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksi
tanah yaitu pasir, debu dan liat. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran sifat
yang berbeda-beda, antara lain:
1. Pasir (0,05 mm-2,00 mm), bersifat
tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukurannya yang besar
menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat sehingga tanah
pasiran beraerasi baik dan drainasenya baik.
2. Debu (0,002 mm-0,05 mm), sebenarnya
merupakan pasir mikro dan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai
sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3. Liat (<0,002 mm), berbentuk mika
atau lempeng, bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang
dan mengerut yang besar. Bila kering menciut dan banyak menyerap energi panas,
bila dibasahi terjadi pengembangan volume dan terjadi pelepasan panas yang
disebut sebagai panas pembasahan (heat of wetting).
Tanah
ringan adalah tanah yang mengandung banyak pasir akan mempunyai tekstur kasar,
mudah diolah, merembeskan air. Sedangkan tanah berat adalah tanah yang banyak
mengandung liat, sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sulit dalam
pengelolaannya.
Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang
berbeda-beda. Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang
kasar, mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan air dan disebut sebagai
tanah ringan. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah
adalah Berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi
kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik
tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah,
maka derajat kerut tanah semakin kecil.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan persobaan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa suatu
tanah semakin
tinggi kandungan liatnya, maka semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu,
bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan
organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry.
1988. Dasar – Dasar Ilmu Tanah.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA : Lampung.
Hardjowigeno,
Sarwono.2010. Ilmu Tanah. Akademika
Pressindo : Jakarta.
Poerwowidodo.
1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan
Morfologi. Fahutan : Institut Pertanian Bogor.
Sarief,
Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian.
Pustaka Buana : Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar