Mari Berusaha, Berdo'a Kemudian Tawakal

Saya Hanya Manusia Biasa

Sabtu, 05 Mei 2012

belajar sikap


Diambil dari mailing list assunnah@yahoogroups.com
=======================================
Message: 9        
   Date: Wed, 02 Feb 2005 06:57:41 +0700
   From: "Abu Abdullah" <>
Subject: **Etika Bergaul 2/3**


ETIKA BERGAUL 2/3

Disusun oleh
Fariq bin Gasim Anuz



SIKAP-SIKAP YANG DISUKAI MANUSIA

[1]. Manusia suka kepada orang yang memberi perhatian kepada orang lain.

Diantara bentuk perhatian kepada orang lain, ialah mengucapkan salam,
menanyakan kabarnya, menengoknya ketika sakit, memberi hadiah dan
sebagainya. Manusia itu membutuhkan perhatian orang lain. Maka, selama tidak
melewati batas-batas syar’I, hendaknya kita menampakkan perhatian kepada
orang lain. seorang anak kecil bisa berprilaku nakal, karena mau mendapat
perhatian orang dewasa. orang tua kadang lupa bahwa anak itu tidak cukup
hanya diberi materi saja. Merekapun membutuhkan untuk diperhatikan, ditanya
dan mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Apabila kasih sayang tidak
didapatkan dari orang tuanya, maka anak akan mencarinya dari orang lain.

[2]. Manusia suka kepada orang yang mau mendengar ucapan mereka

Kita jangan ingin hanya ucapan kita saja yang didengar tanpa bersedia
mendengar ucapan orang lain. kita harus  memberi waktu kepada orang lain
untuk berbicara.

Seorang suami –misalnya-ketika pulang ke rumah dan bertemu istrinya,
walaupun masih terasa lelah, harus mencoba menyediakan waktu untuk mendengar
istrinya bercerita. Istrinya yang ditinggal sendiri di rumah tentu tak bisa
berbicara dengan orang lain. Sehingga ketika sang suami pulang, ia merasa
senang karena ada teman untuk berbincang-bincang. Oleh karena itu, suami
harus mendengarkan dahulu perkataan istri. Jika belum siap untuk
mendengarkannya, jelaskanlah dengan baik kepadanya, bahwa dia perlu
istirahat dulu dan nanti ceritanya dilanjutkan lagi.

Contoh lain, yaitu ketika ketika teman kita berbicara dan salah dalam
bicaranya itu, maka seharusnya kita tidak memotong langsung, apalagi
membantahnya dengan kasar. kita dengarkan dulu pembicaraannya hingga
selesai, kemudian kita jelaskan kesalahannya dengan baik.

[3]. Manusia suka kepada orang yang menjauhi debat kusir

Allah berfirman, yang artinya: “Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah,
dan nasehat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang baik”.

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah dalam kasetnya,
menerangkan tentang ayat:serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah. Beliau
berkata, “manusia tidak suka suka kepada orang yang berdiskusi dengan
hararah (dengan panas). Karena umumnya orang hidup dengan latar
belakang……..dan pemahaman yang berbeda dengan kita dan itu sudah mendarah
daging……..sehinnga para penuntut ilmu, jika akan berdiskusi dengan orang
yang fanatik terhadap madzhabnya, (maka) sebelum berdiskusi dia harus
mengadakan pendahuluan untuk menciptakan suasana kondusif antara dia dengan
dirinya. target pertama yang kita inginkan ialah agar orang itu mengikuti
apa yang kita yakini kebenarannya, tetapi hal itu tidaklah mudah. Umumnya
disebabkan fanatik madzhab, mereka tidak siap mengikuti kebenaran. target
kedua, minimalnya dia tidak menjadi musuh bagi kita. Karena sebelumnya
tercipta suasana yang kondusif antara kita dengan dirinya. Sehingga ketika
kita menyampaikan yang haq, dia tidak akan memusuhi kita disebabkan ucapan
yang haq tersebut. Sedangkan apabila ada orang lain yang ada yang berdiskusi
dalam permasalahan yang sama, namun belum tercipta suasana kondusif antara
dia dengan dirinya, tentu akan berbeda tanggapannya.

[4]. Manusia suka kepada orang yang memberikan penghargaan dan penghormatan
kepada orang lain

Nabi mengatakan, bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang
lebih tua, dan yang lebih tua harus menyayangi yang lebih muda.

Permasalahan ini kelihatannya sepele. Ketika kita shalat di masjid……namun
menjadikan seseorang tersinggung karena dibelakangi. Hal ini kadang tidak
sengaja kita lakukan. Oleh karena itu, dari pengalaman kita dan orang lain,
kita harus belajar dan mengambil faidah. Sehingga bisa memperbaiki diri
dalam hal menghormati orang lain. Hal-hal yang membuat diri kita
tersinggung, jangan kita lakukan kepada orang lain. Bentuk-bentuk sikap
tidak hormat dan pelecehan, harus kita kenali dan hindarkan.

Misalnya, ketika berjabat tangan tanpa melihat wajah yang diajaknya. Hal
seperti itu
jarang kita lakukan kepada orang lain. Apabila kita diperlakukan kurang
hormat, maka kita sebisa mungkin memakluminya. Karena-mungkin-orang lain
belum mengerti atau tidak menyadarinya. Ketika kita memberi salam kepada
orang lain, namun orang tersebut tidak menjawab, maka kita jangan langsung
menuduh orang itu menganggap kita ahli bid’ah atau kafir. Bisa jadi, ketika
itu dia sedang menghadapi banyak persoalan sehingga tidak sadar ada yang
memberi salam kepadanya, dan ada kemungkinan-kemungkinan lainnya. Kalau
perlu didatangi dengan baik dan ditanyakan,agar persoalannya jelas. Dalam
hal ini kita dianjurkan untuk banyak memaafkan orang lain.

Allah berfirman,yang artinya: “Terimalah apa yang mudah dari akhlaq mereka
dan perintahkanlah orang lain mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah
dari orang-orang yang bodoh.”(QS Al-A’raaf 199).

[5].Manusia suka kepada orang yang memberi kesempatan kepada orang lain
untuk maju

Sebagai seorang muslim,seharusnya senang jika saudara kita maju, berhasil
atau mendapatkan kenikmatan, walaupun secara naluri manusia itu tidak suka,
jika ada orang lain yang melebihi dirinya. Naluri seperti ini harus kita
kekang dan dikikis sedikit demi sedikit. Misalnya, bagi mahasiswa. Jika di
kampus ada teman muslim yang lebih pandai daripada kita. Maka kita harus
senang. Jika kita ingin seperti dia, maka harus berikhtiar dengan rajin
belajar dan tidak bermalas-malasan. Berbeda dengan orang yang dengki, tidak
suka jika temannya lebih pandai dari dirinya. Malahan karena dengkinya itu
dia bisa-bisa memboikot temannya dengan mencuri catatan pelajarannya dan
sebagainya.

[6]. Manusia suka kepada orang yang tahu berterima kasih atau suka membalas
kebaikan

Hal ini bukan berarti dibolehkan mengharapkan ucapan terima kasih atau
balasan dari manusia jika kita berbuat kebaikan terhadap mereka. Akan tetapi
hendaklah tidak segan-segan untuk mengucapkan terima kasih dan membalas
kebaikan yang diberikan orang lain kepada kita.

[7]. Manusia suka kepada orang yang memperbaiki kesalahan orang lain tanpa
melukai perasaannya

Kita perlu melatih diri untuk menyampaikan ungkapan kata-kata yamg tidak
menyakiti perasaan orang lain dan tetapSampai kepada tujuan yang diinginkan.
Dalam sebuah buku diceritakan, ada seorang suami yang memberikan ceramah
dalam suatu majelis dengan bahasa yang cukup tinggi, sehingga tidak bisa
dipahami oleh yang mengikuti majelis tersebut. Ketika pulang, dia menanyakan
pendapat istrinya tentang ceramahnya. Istrinya menjawab dengan mengatakan,
bahwa jika ceramah tersebut disampaikan di hadapan para dosen, maka tentunya
akan tepat sekali.

Ucapan itu merupakan sindiran halus, bahwa ceramah itu tidak tepat
disampaikan di hadapan hadirin saat itu, dengan tanpa mengucapkan perkataan
demikian. Hal ini bukan berarti kita harus banyak berbasa-basi atau bahkan
membohongi orang lain. Namun hal ini agar tidak melukai perasaan orang,
tanpa kehilangan maksud untuk memperbaikinya.

Sumber  : Majalah As-Sunnah edisi 03 – 04/ V11/ 1424/ 2003 M.

Tidak ada komentar: