Mari Berusaha, Berdo'a Kemudian Tawakal

Saya Hanya Manusia Biasa

Minggu, 20 Mei 2012

Laporan Praktikum Pengenalan Profil Tanah


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA VI
(PENGENALAN PROFIL TANAH)

 
 
Semester :
Genap 2011/2012

Disusun Oleh :
             Nama          : Kustam
             NIM             : A1L111053
             Rombongan : 14
             Asisten         : Ratri Noorhidayah
              Soffa Zukhrofati
              Nova Margareth
              Septia Lindia


KEMENTERIAN  PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas (sets of characteristic) yang merupakan hasil kerja faktor-faktor pembentuk tanah. Akibat bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan menampakkan profil yang berbeda. Ciri-ciri morfologi suatu tanah sangat berguna untuk mengetahui jenis tanah dan tingkat kesuburan tanahnya. Tindakan budidaya tanaman akan lebih tepat, bila didasarkan pada sifat morfologi tersebut.
       Tanah secara Edhapologi adalah tubuh alam yang disintesiskan dalam bentuk penampang (ada horizon-horizon), terdiri dari berbagai hancuran mineral dan bahan organik yang menyelimuti bumi dan dapat memberi atau menyediakan makanan, air udara bagi tumbuhan.
Profil dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison, horison-horison tersebut diantaranya yaitu :
1.   Horison O adalah horison yang terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa). Horison ini ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang masih utuh. Merupakan horison organik yang terbentuk diatas lapisan tanah mineral
2.   Horison A1 adalah horison mineral berbahan organik tanah (BOT) tinggi sehingga berwarna agak gelap. A2 – Horison dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, A dan bahan organik. A3 – Horison peralihan ke B, lebih menyerupai A. Horison dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral. Merupakan horison eluvasi, yaitu horison yang mengalami pencucian.
3.   Horison E adalah horison mineral yang telah tereloviasi (tercuci) sehingga kadar BOT, liat silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir & debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi serta berwarna terang.
4.   Horison B adalah horison illuviasi yaitu horison akumulasi bahan eluvial dari horison diatasnya.
5.   Horison C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi.
6.   Horison R adalah batuan keras yang belum dilapuk sehingga tidak dapat ditembus akar tanaman.
Pengamatan profil meliputi pengamatan dalam profil itu sendiri, dan pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Yang termasuk faktor sekeliling antara lain yaitu vegetasi, kedalaman air tanah, topografi, usaha tani, ada tidaknya faktor penghambat seperti bahaya banjir, erosi, salinitas, keadaan berbatu dan sebagainya.
Untuk mengenal suatu jenis tanah, dilakukan praktikum pengenalan profil di lapang. Profil tanah yang akan diamati ciri- cirinya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu masih alami, vertikal dan bidang pengamatan profil tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.

B. Tujuan
Tujuan praktikum Acara VI Pengenalan Profil Tanah ini adalah untuk mengetahui atau mengenal suatu jenis tanah, dan untuk mengamati horizon-horizon tanah.
BAB II
 METODE KERJA
A.  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Acara VI. Pengenalan Profil Tanah ini antara lain Bor tanah, abney level (clinometer) untuk mengukur kemiringan tanah, kompas, altimeter, pH saku, botol semprot, kertas label, meteran, buku Munsell Soil Color Chart, Kantong Plastik, Spidol, buku pedoman pengamatan tanah di lapang, dan daftar isian profil.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah larutan H2O2 3%, larutan HCL 10%, larutan αα-dipridil dalam 1N NH4Oac neteral, akuades dan lahan pengamatan.

B.  Prosedur Kerja
1.   Tempat pembuatan profil dipilih, sebelumnya dilakukan pengeboran (boring) ditempat-tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3 tempat berjarak 1meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman.
2.   Lubang yang telah digali sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran panjang 2m, lebar 1,5m. Didepan bidang pengamatan profil dibuat tangga (trap) ke bawah untuk memudahkan pengamatan.

C.  Pengamatan
Pengamatan dimulai dengan mengukur dalamnya profil, diukur dari lapisan atas sampai bawah. Penarikan batas horison atau lapisan tanah dapt ditentukan dengan melihat pebedaan warna atau menusuk-nusuk piasu ke dalam tanah dengan tekanan tetap untuk meraskan perbedaan kekerasannya. Selanjutnya dilakukan penetapan horison-horison dan penncatatan pada daftar isian profil.



Dalam pengamatan tebal horison perlu diamati :
1.   Keselasan yang dibedakan atas :
a = Abrupt (nyata) jika tebalnya <2,5 cm
c = Clear (jelas), batas peralihannya 2,50-6,25 cm
g = Gradual (berangsur), batas peralihannya 6,25- 12,5 cm
d = Diffuse (baur), batas peralihannya >12,5 cm
2.   Topografi batas horison yang dibedakan atas :
s = smooth (rata), batasnya lurus teratur
w = wavy (berombak), berbentuk kantong, lebar > dalam
i = irregular (tidak teratur), berbentuk kantong, lebar < dalam
b = broken (terputus), batas horison tidak dapat disambung
Setelah masing-masing horison diketahui batasnya, masing-masing lapisan diamati; warna, tekstur, struktur, konsistensi, pH, perakaran, kedalaman, bentukan istimewa seperti konkresi, horison penciri, dan sebagainya.
Selain ciri-ciri morfologi profil, perlu juga dicatat faktor-faktor sekeliling yaitu relief, lereng (posisi, bentuk), bentuk wilayah, ketinggian tempat, bahan induk, drainase (kelas), permeabilitas, bentuk erosi, vegetasi, iklim, curah hujan, permukaan air tanah, usaha tani, keadaan batu, dan sebagainya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
DESKRIPSI PROFIL
Pemeta :
No lapang :
Tanggal :  10 Mei 2012
Nama tanah: inseptiso
Fase :
Tanda satuan peta tanah :

Lembaran : -
Peta :
Photo udara :
Propinsi : Jawa Tengah
Kabupaten : Banyumas
kecamatan : Purwokerto Utara
Desa/kel : Grendeng
Ketinggian tempat : 70 dpl
Fisiografi :aspek bentuk wiayah
Bahan Induk :
Formasi geologi :

RELIEF

Makro :                         Mikro :

Cuaca : Cerah
Iklim : Tropis Basah
Tipe (kopen) :B
Curah hujan :    -          mm/th
Bulan kering :     -        bulan
LERENG
Tunggal : -   ganda : -
Bentuk : -     Panjang : -
Arah : 50       letak : -
                                                        

DRAENASE
Permukaan :
Kedalaman air tanah: sumur
Permeabilitas :
Glei : 

Vegetasi :  bukan asli
Dominan : semak belukar/gulma
Spesialis : lampesan, rumput teki,  orok – orok,  bandhotan.


BATUAN
Di permukaan :  - % dari penampang
Dilapisan ke 5: 20% dari penampangan

EROSI
Jenis erosi : geoogi + dipercepat
Tingkatan : rendah
Usaha pencegahan : Tidak ada
PENGGUNAAN TANAH
Lamanya :
Tanaman utama:

Kemampuan wilayah :
Posisi penampang bagan (gambar) :

                                                   U

B           T
                                      S

Sumber air : tadah hujan
Pemupukan : -
Jenis Pupuk : -







 Pengamatan Profil Tanah
Nomor lapisan
1
2
3
4
5
Dalam lapisan
0 - 12 cm
12 - 25 cm
25 - 56 cm
56 - 70 cm
-
Simbol Lapisan
-
-
-
-
-
Batas Lapisan
Baur
Baur
Jelas
Jelas
-
Batas Topografi
Rata
Rata

Rata
-
Warna tanah
2,5 YR2,5/0
10 R 2,5/1
7,5 YR 3/2
2,5 YR 2,5/4
-
Tekstur tanah
S,l
S
SI
S
-
Kandungan bahan kasar (konkresi / hablur / fragmen)
Mn, Ca
FE,Mn
Mn, Ca
Mn,B
-
Struktur tanah
Ukuran l,F,Cr
Ukuran C
Ukuran l,F,sb
Ukuran l,M,pl
-
Konsistensi
Agak lekat, sangat gembur, lunak
Agak lekat, gembur
Agak lekat, sangat teguh, sangat keras
Lekat, teguh
-
Karatan
-
-
-
-
-
pH tanah (lapang)
5
56
6
5

Reaksi terhadap larutan HCl
Tidak Berbuih
Berbuih
Tidak Berbuih
Mengandung Buih
-
Perakaran
Halus
-           
Sedikit
-
-
Epipedon
Molic
Molic
Molic
Molic
-
Horison penciri bawah
Cambric
Cambric
Cambric
Cambric
-






B.     Pembahasan
Apabila kita menggali lubang pada tanah, maka apabila kita perhatikan dengan teliti pada masiing-masing sisi lubang tersebut akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan pasir berselang-seling dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedangkan di tempat lain ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat, tetapi lapisan bawah berwarna kelabu dengan bercak-bercak merah, di bagian tengah berwarna merah, dari lapisan atasnya berwarna kehitam-hitaman. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk karena dua hal, yaitu dengan adanya pengendapan berulang-ulang oleh genangan air dan karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horison tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah disebut profil. (Hardjowigeno, 2010).
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga bebatuan induk tanah (regolit),yang biasanya terdiri dari horison-horison O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca  disebut solum tanah, meskipun tanah terdiri dari beberapa horison, namun bagi tetanaman yang sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai ketebalan dibawah 30cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi, palawija dan sesayuran yang berperan adalah kedalaman dibawah 20cm (Ali, 2004).

Sifat morfologi tanah adalah sifat – sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari dilapang, (Sarwono, 2011).
Sifat-sifat tanah yang diamati dalam praktikum ini, yaitu :
1.   Warna Tanah
Suatu profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna beragam antara horizon dan dalam satu horizon. Pada pemerian profil tanah, warna setiap horizon itu haruslah diperi secara lengkap. (Poerwidodo, 1991)
2.   Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2-0,05 mm, debu dengan ukuran 0,05-0.002 mm dan liat dengan ukuran <0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA. (Hanafiah, 2007)
3.   Struktur Tanah
Struktur tanah menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau ped disebut juga agregat. Struktur suatu horizon yang berbeda satu profil tanah merupakan satu ciri penting tanah, seperti warna tekstur atau komposisi kimia. (Foth, 1998)
4.   Konsistensi Tanah
Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. (Hardjowigeno, 2010)
Pada praktikum ini digunakan Larutan HCl yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan kapur pada tanah, jika tanah berbuih berarti terdapat kandungan kapur didalam tanah. Sementara Larutan H2O2 digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan bahan organik pada tanah, jika tanah berbuih berarti terdapat kandungan bahan organik didalam tanah.
Praktikum Pengamatan Profil Tanah ini bertempat di  Kelurahan/Desa Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara,  Kabupaten/ Kota Banyumas Propinsi Jawa Tengah. Hasil dari pembuatan profil tanah pada praktikum tanah tersebut dapat dimasukkan kedalam ordo inceptisol, sub ordo udep,  sub group  dystrudeis, group typic dystrudept.
                Terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975,yaitu: Alfisol,Aridisol, Entisol, Histosol, Inceptisol, Mollisol, Oxisol, Spodosol, Ultisol, Vertisol. (Hardjowigeno, 2010)
            Taksonomi tanah berdasarkan sistem Dudal-Soepraptohardjo mendasarkan pada penampilan profil tanah dan sejumlah ciri-ciri fisika dan kimia. Dasar sistem ini adalah dari Rudi Dudal, ahli tanah dari Belgia, yang dimodifikasi untuk situasi Indonesia oleh M. Soepraptohardjo. Sistem ini disukai oleh pekerja lapangan pertanian karena mudah untuk diterapkan di lapangan. Versi aslinya dirilis pada tahun 1957. Modifikasinya dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah pada tahun 1978 dan 1982. Sistem ini (dan modifikasinya) berlaku khusus untuk Indonesia, dengan mengadopsi beberapa sistem internasional, khususnya dalam penamaan dan pemberian kriteria Berikut adalah klasifikasi tanah Indonesia menurut sistem Dudal-Soepraptohardjo (D-S), diberikan dengan padanannya menurut empat sistem klasifikasi lain.
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil praktikum Pengamatan Profil Tanah yaitu bahwa tanah yang berada di daerah kampus Fakultas Pertanian Unsoed  merupakan tanah Inseptisol.


DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Hanafiah, Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pt. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah. Rajawali : Jakarta.