Mari Berusaha, Berdo'a Kemudian Tawakal

Saya Hanya Manusia Biasa

Senin, 21 Mei 2012

Laporan Kimia dan Kesuburan Tanah

laporan kimia dan kesuburan tanah
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerat dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na (kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan tanah, tetapi bila didominasi oleh kation asam, Al, H (kejenuhan basa rendah) dapat mengurangi kesuburan tanah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.KTK pada jenis tanah yang ada berbeda-beda, dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat.
KTK tanah pada umumnya digunakan sebagai indikator pembeda pada proses klasifikasi tanah. Misalnya tanah Alfisol harus mempunyai KTK <16 Cmol/kg. Pada dasarnya Pada Jenis-jenis mineral liat juga menentukan besarnya KTK tanah, misalnya tanah dengan mineral liat montmorillonit mempunyai KTK yang lebih besar daripada tanah dengan mineral liat kaolinit. Tanah-tanah yang tua seperti tanah Alfisol mempunyai KTK rendah karena koloidnya banyak terdiri dan seskuioksida.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melakukan percobaan penentuan KTK untuk mengetahui besarnya nilai KTK pada tanah Alfisol.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum penentuan KTK adalah untuk mengetahui nilai KTK pada tanah Alfisol serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum penentuan KTK adalah memberi informasi pada jenis-jenis tanah yang dapat menentukan jenis suatu komoditas yang dapat dikembangkan pada tanah tersebut.















II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KaTK Tanah Alfisol
Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didefenisikan sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Kemampuan atau daya jerap unsur hara dari suatu koloid tanah dapat ditentukan dengan mudah. Jumlah unsur hara yang terjerap dapat ditukar dengan barium (Ba+) atau amonium (NH4+), kemudian jumlah Ba atau NH4 yang terjerap ini ditentukan kembali melalui penyulingan. Jumlah Ba atau NH4 yang tersuling akan sama banyak dengan jumlah unsur hara yang ditukar pada koloid tanah tadi (Hakim, dkk., 1986).
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Jenis-jenis mineral liat juga menentukan besarnya KTK tanah, misalnya tanah dengan mineral liat montmorillonit mempunyai KTK yang lebih besar daripada tanah dengan mineral liat kaolinit. Tanah-tanah yang tua seperti tanah Alfisol mempunyai KTK rendah karena koloidnya banyak terdiri dan seskuioksida. Besarnya KTK digunakan sebagai penciri untuk klasifikasi tanah misalnya Alfisol harus mempunyai KTK < 16 cmol (+) ka liat (Hardjowigeno, 2003).
Alfisol merupakan tanah yang telah mengalami proses pelapukan lanjut melalui proses Luxiviasi dan Podsolisasi. Ditandai oleh kejenuhan basa rendah (kurang dari 50% ), Kapasitas Tukat Kation kurang dari 16 meq per me per 100 gram liat, bahan organic rendah sampai sedang, nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5) (Hardjowigeno, 2002).

2.2 KTK
Kapasitas tukar kation tanah tergantung pada tipe dan jumlah kandungan liat, kandungan bahan organik, dan pH tanah. Kapasitas tukar kation tanah yang memiliki banyak muatan tergantung pH dapat berubah-ubah dengan perubahan pH. Keadaan tanah yang masam menyebabkan tanah kehilangan kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar, karena perkembangan muatan positif. Kapasitas tukar kation kaolinit menjadi sangat berkurang karena perubahan pH dari 8 menjadi 5,5. KTK tanah adalah jumlah kation yang dapat dijerap 100 gram tanah pada pH 7 (Pairunan, dkk., 1999).
Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++, Mg+, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+, dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah. Banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah (biasanya per 100 g) dinamakan kapasitas tukar kation (KTK). Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercuci oleh air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal tersebut dinamakan pertukaran kation. Jenis-jenis kation yang telah disebutkan di atas merupakan kation-kation yang umum ditemukan dalam kompleks jerapan tanah.(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
Kenyataan menunjukkan bahwa KTK dari berbagai tanah sangat beragam, bahkan tanah sejenisnyapun berbeda KTKnya. Besarnya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu sendiri yang antara lain adalah: 1.) Reaksi tanah atau pH; 2.) Tekstur Tanah atau Jumlah Liat; 3.) Jenis Mineral Liat; 4.) Bahan Organik; dan 5.) Pangapuran dan Pemupukan (Hakim, dkk., 1986).
Pada kebanyakan tanah ditemukan bahwa pertukaran kation berubah dengan berubahnya pH tanah. Pada pH rendah, hanya muatan permanen liat, dan sebagian muatan koloid organik memegang ion yang dapat digantikan melalui pertukaran kation. Dengan demikian KTK relatif rendah.(Harjowigeno, 2002)
KTK tanah berbanding lurus dengan jumlah butir liat. Semakin tinggi jumlah liat suatu jenis tanah yang sama, KTK juga bertambah besar. Makin halus tekstur tanah makin besar pula jumlah koloid liat dan koloid organiknya, sehingga KTK juga makin besar. Sebaliknya tekstur kasar seperti pasir atau debu, jumlah koloid liat relatif kecil demikian pula koloid organiknya, sehingga KTK juga relatif lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.(Hakim, 1986)
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah. Telah dikemukakan bahwa organik mempunyai daya jerap kation yang lebih besar daripada koloid liat. Berarti semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah makin tinggi pula lah KTKnya.(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)
Masukan kapur akan menaikkan pH tanah. Pada tanah-tanah yang bermuatan tergantung pH, seperti tanah kaya montmorillonit atau koloid organik, maka KTK akan meningkat dengan pengapuran. Di lain pihak pemberian pupuk-pupuk tertentu dapat menurunkan pH tanah, sejalan dengan hal itu KTK pun akan turun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh pengapuran dan pemupukan ini berkaitan erat dengan perubahan pH, yang selanjutnya memperngaruhi KTK tanah (Hakim, dkk., 1986).


















III. BAHAN DAN METODE


3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Penentuan KTK dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Jumat, tanggal 22 Oktober 2010, pada pukul 13.00 WITA sampai selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum Penentuan KTK adalah timbangan, botol polyethylene, botol roll film, tabung destilasi, erlenmeyer, rak tabung, dan penitrasi.
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Penentuan KTK adalah sampel tanah Alfisol, Ammonium Acetat, kertas saring, alcohol 70%, larutan MgO, larutan NaOH 10 N, larutan Boric Acid, larutan HCL 0,1 N, tissu rol, dan kertas label.
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja Penentuan KTK adalah :
1. Menimbang 5 gram tanah Alfisol kemudian dimasukkan ke dalam botol polyethylene
2. Menambahkan Ammonium Acetat sebanyak 25 ml
3. Mengocok selama 1 jam
4. Menyaring sampai semua tanah pindah ke kertas saring (untuk analisa KTK) selama 1 x 24 jam
5. Mengencerkan hasil saringan sampai 50 ml (untuk analisa Ca, Mg, K, Na)
6. Mencuci tanah pada kertas saring dengan alcohol 70% sampai bebas NH3
7. Menambahkan 0,5 gr MgO setelah bebas NH3
8. Memasukkan ke dalam tabung destilasi, kemudian menambahkan NaOH 10 N sebanyak 25 ml
9. Menampung destilasi ke dalam erlenmeyer yang berisi 20 ml Boric Acid
10. Menitrasi dengan HCL 0,1 N
11. Menghitung dengan menggunakan rumus :
KTK (cmol/kg) = ml Penitar x N x 100/5
gr sampel
















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Berdasarkan hasil perhitungan nilai KTK dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6: Nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) Pada percobaan.
Jenis tanah Nilai KTK Kriteria
Alfisol 15,5 cmol/kg Rendah
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2010
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, KTK pada tanah alfisol yang menjadi sampel pada percobaan ini adalah 15,5 dengan kriteria rendah. Hal ini diebabkan karena pada tanah Alfisol yang menjadi sampel pada percobaan ini mengandung bahan orgnik yang rendah sehingga KTK tanah menjadi rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosmarkam dan Yuwono (2002) bahwa bahwa organik mempunyai daya jerap kation yang lebih besar daripada koloid liat. Berarti semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah makin tinggi pula lah KTKnya dan begitupun sebaliknya.
Rendahnya KTK yang dikandung pada tanah Alfisol menyebabkan kurang tersedianya hara bagi tanaman sehingga menyebabkan rendahnya kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno(2002) bahwa Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerat dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya KTK pada tanah Alfisol adalah rendahnya bahan organik yang dikandung, rendahnya PH tanah hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (1986) bahwayang antara lain adalah: 1.) Reaksi tanah atau pH; 2.) Tekstur Tanah atau Jumlah Liat; 3.) Jenis Mineral Liat; 4.) Bahan Organik. Sedangkan menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) rendahnya KTK pada tanah Alfisol disebabkan Karena tanah-tanah yang tua seperti tanah Alfisol mempunyai KTK rendah karena koloidnya banyak terdiri dan seskuioksida.















V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada tanah Alfisol yang dijadikan sampel dalam percobaan KTK tanah yaitu 15,5.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai KTK tanah Alfisol menjadi rendah adalah rendahnya pH tanah, rendahnya bahan Organik, dan koloidnya banyak terdiri dari koloid seuskosida.

5.2. Saran
Sebaiknya, tanah Alfisol yang diujikan dalam percobaan ini diketahui lokasi pengambilan sampelnya sehingga mudah dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan KTK pada tanah tersebut.






DAFTAR PUSTAKA


Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung

Hardjowigeno, H. Sarwono., 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

., 2003. Klasifkasi Tanah dan pedogenesis. Akademika Pressindo,
Jakarta

Pairunan, Anna K., J. L. Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir, Romualdus Tangkaisari, J. R. Lalopua, Bachrul Ibrahim, Hariadji Asmadi, 1999. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Makassar

Rosmarkam dan Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. 2002. Kanisius, Jakarta

Diposkan oleh pusat peradaban di 20:58

Minggu, 20 Mei 2012

Tumbunhan dan Nama Latinnya

Daftar Nama Tumbuhan (Tanaman) dan Nama Latin
Posted on 20 Februari 2011

Daftar nama tumbuhan (tanaman) dan nama latin ini sebagai kumpulan nama tumbuhan (flora) yang dilengkapi dengan nama latin (ilmiah). Seratusan nama tanaman lengkap dengan nama latinnya saya susun sebagai daftar.

Daftar dalam artikel ini merupakan permintaan keponakan saya yang menanyakan nama tumbuhan beserta nama latinnya. Dari pada susah nulis hanya untuk dikirim pada satu orang via email, saya pikir akan lebih baik jika tumbuhan dan nama latin ini saya posting di blog sekalian. Siapa tahu ada yang membutuhkan.

Berikut daftar nama latin dari berbagai tumbuhan atau tanaman yang kesemuanya dapat ditemukan di Indonesia.

Nama Tanaman Hias atau Bunga dan Nama Latin

Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata)
Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum)
Bunga Bangkai (Amorphpophallus titanium)
Cempaka Putih (Michelia alba)
Cempaka Kuning (Michelia champaka)
Cempaka Telor (Magnolia coco)
Edelweis Jawa (Anaphalis javanica)
Kenanga (Cananga odorata)
Melati Gambir (Jasminum pubescens)
Melati Putih (Jasminus sambac)
Nibung (Oncosperma tigillarium)

Nama Tumbuhan Obat dan Nama Latin

Ciplukan (Physalis angulata)
Gambir (Uncaria gambir)
Mengkudu (Morinda citrifolia)
Sirih (Piper betle)
Zodia (Evodia suaveolens)

Nama Tumbuhan Buah dan Nama Latin

Alpukat (Persea americana)
Apel (Pyrus malus)
Belimbing Manis (Averrhoa carambola)
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
Ceremai (Phyllanthus acidus)
Delima (Punica granatum)
Durian (Durio zibethinus)
Duwet (Syzygium cumini)
Gayam (Inocarpus fagiferus)
Jambu Air (Eugenia aquea)
Jeruk Manis (Citrus sinensis)
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Kasturi (Mangifera casturi)
Kawista (Limonia acidissima)
Kedoya (Dysoxylum gaudichaudianum)
Kemang (Mangifera kemanga)
Kelapa (Cocos nucifera)
Kepa (Syzygium polycephalum)
Kepel (Stelechocarpus burahol)
Kersen (Muntingia calabura)
Korma rawa (Phoenix paludosa)
Lontar (Borassus flabellifer)
Mangga (Mangifera indica)
Manggis (Garcinia mangostana)
Matoa (Pometia pinnata)
Menteng (Baccaurea racemosa)
Mundu (Garcinia dulcis)
Nam Nam (Cynometra cauliflora)
Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Pisang (Musa paradisiaca)
Pepaya (Carica papaya)
Rambutan (Nephelium lappaceum)
Salak (Salacca zalacca)
Sawo Kecik (Manilkara kauki)
Sawo Manila (Manilkara zapota)

Durian atau Duren (Durio zibethinus)

Durian atau Duren (Durio zibethinus

Nama Tanaman Keras dan Nama Latin

Ajan Kelicung (Diospyros macrophylla)
Andalas (Morus macroura)
Baobab (Adansonia Digitata)
Bintaro (Cerbera manghas)
Eboni (Diospyros celebica)
Gaharu (Aquilaria moluccensis)
Gandaria (Bouea macrophylla)
Jati (Tectona grandis)
Karet (Hevea braziliensis)
Kapuk Randu (Ceiba pentandra)
Kenari (Canarium ovatum)
Kendal (Cordia bantamensis)
Kepuh (Sterculia foetida)
Kokoleceran (Vatica bantamensis)
Limpasu (Baccaurea lanceolata)
Maja (Aegle marmelos)
Majegau (Dysoxylum densiflorum)
Nagasari (Palaquium rostratum)
Trembesi (Albizia saman Sin. Samanea saman)

Nama Tanaman Umbi dan Rimpang dan Nama Latin

Jahe (Zingiber officinale)
Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
Garut (Maranta arundinacea)
Ganyong (Canna edulis)
Kedawung (Parkia roxburghii)
Lengkuas (Alpinia galanga)
Singkong (Manihot esculenta)
Ubi Jalar (Ipomoea batatas)

Tumbuhan Rempah dan Nama Latin

Asam Jawa (Tamarindus indica)
Bawang Merah (Allium cepa)
Bawang Putih (Allium sativum)
Cabai (Capsicum annum)
Cabai Rawit (Capsicum frutescens)
Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Kencur (Kaempferia galanga)
Lada (Piper nigrum)
Pala (Myristica fragrans)

Tumbuhan Lainnya dan Nama Latin

Jagung (Zea mays)
Kacang Hijau (Vigna radiata)
Kacang Kapri (Pisum sativum)
Kacang Merah (Phaseolus vulgaris)
Kacang Panjang (Phaseolus vulgaris)
Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
Kentang (Solanum tuberosum)
Kesambi (Schleichera oleosa)
Padi (Oryza sativa)
Petai Cina (Leucaena leucocephala)
Terung (Solanum melongena)
Tuba (Derris elliptica)

Selain itu bisa dilihat juga daftar nama latin dari tumbuhan-tumbuhan:

Aneka jenis Bambu
Aneka jenis Melati
Aneka Jenis Kantong Semar
Aneka Jenis Anggrek Langka
Aneka Jenis Bunga Bangkai
Aneka Jenis Palem
Aneka Tanaman Penyerap Karbondioksida
Aneka Flora Identitas di Indonesia

Karena hanya daftar nama latin tanaman (tumbuhan), untuk melihat diskripsi lebih lengkap dari masing-masing jenis silakan meng-klik tautan yang tersedia.

Sekali lagi ini merupakan permintaan keponakan sekaligus mengisi postingan di blog ini sekaligus (lagi) memberikan internal link pada artikel-artikel saya terdahulu. Jadi mohon maaf jika daftar nama latin tumbuhan atau tanaman (flora) ini membuat bosan sobat-sobat.


MOHON KOMEN ATAU SARANNYA YAH..
trimakasih,,

Perbedaan Sel Hewan dan Tumbuhan

PERBEDAAN ANTARA SEL HEWAN DAN SEL TUMBUHAN
Peran ekologis tumbuhan dalam ekosistem adalah sebagai produsen/pembuat makanan, sedangkan hewan berperan sebagai herbivor (pemakan tumbuhan) atau karnivor (pemakan hewan lainnya). Oleh karena itu, sel tumbuhan berbeda dengan sel hewan.

Ciri-ciri Sel Tumbuhan adalah:
• Memiliki dinding sel
• Memiliki vakuola berukuran besar
• Memiliki plastida (yang dapat berupa kloroplas/kromoplas/leukoplas)
• Tidak memiliki sentriol

sedangkan ciri sel Hewan
• Tidak memiliki dinding sel
• Memiliki vakuola berukuran kecil
• Tidak memiliki plastida
• Memiliki sentriol


Dinding Sel
Batang tumbuhan umumnya lebih keras dibandingkan tubuh manusia. Kahan dapat inencubit teman, tetapi tidak dapat mencubit potion yang berkayu. Hal ini karena bagian luar sel tumbuhan tersusun dari dinding set yang amat keras. Bahan utama penyusun dinding set berupa zat kayu, yaitu selulosa yang tersusun dad glukosa. Selain selulosa, dinding sel jugs mengandung zat lain, misalnya pektin, hemiselulosa, dan glikoprotein.
Vakuola
Vakuola merupakan organel bermembran yang berisi cairan vakuota. Vakuola terdapat pada set hewan dan sel tumbuhan. Namun, vakuola pada sel tumbuhan memiliki bentuk dan fungsi yang lebih nyata dibandingkan dengan vakuola pada set hewan. Tumbuhan yang masih muda memiliki set dengan vakuola berukuran kecil, tetapi pada tumbuhan yang bertambah besar dan dewasa, vakuola tampak membesar bahkan mendominasi sitoptasma dan mendesak sitoplasma ke tepi dinding sel.

Kloroplas merupakan organel yang mengandung klorofil. Klorofil berfungsi pada saat fotosintesis. Struktur kloroplas terdiri dari membran luar yang berguna untuk melewatkan molekul-molekul berukuran kurang dari 10 kilodalton tanpa selektivitas; membran dalam bersifat selektif permeabel dan berguna untuk memilih molekul yang keluar masuk dengan transpor aktif; stroma merupakan cairan kloroplas yang berguna untuk menyimpan basil fotosintesis dalam bentuk pati (amilum); dan tilakoid tempat terjadinya fotosintesis (Gambar 1.22).

Kromoplas:
Kromoplas adalah plastida yang berwarna kuning jingga dan merah karena mengandung karoten. Sel-sel yang mengandung kromoplas terdapat pada bunga, buah masak, dan daun yang akan gugur. Warna kromoplas bervariasi karena berasosiasi dengan pigmen bunga dan buah lainnya, yaitu antosianin yang tersimpan di vakuola.

Leukoplas

Sel Hewan
Hewan memiliki organel yang khas pada selnya, yaitu sentriol.
Sentriol merupakan sepasang struktur seperti silinder yang memiliki lubang di tengah dan tersusun dari protein mikrotubulus. Anggota pasangan sentriol biasanya terletak pada posisi menyudut ke arah kanan satu sama lain. Lihat Gambar 1.23. Sentriol tersusun dari mikrotubulus yang membentuk suatu struktur protein seperti jala yang tampak berlekatan dengan kromosom selama pembelahan sel (mitosis dan meiosis). Jala tersebut dinamakan benang spindel. l’ada ujung yang lain, jala ini berlekatan dengan bagian ujung sentriol. Sentriol berperan untuk mengatur polaritas (kutub) pembelahan sel hewan dan mengatur pemisahan kromosom selama pembelahan sel.

---------------------------------
Plastida:
Plastida adalah organel bermembran rangkap dengan bentuk dan fungsi yang bermacam-macam. Beberapa plastida yang penting ada 3 macam, yaitu :
- Kloroplas
- Leukoplas
- Kromoplas

1. Kloroplas, adalah plastida yang menghasilkan warna hijau daun, disebut klorofil. Kloroplas adalah plastida yang mengandung klorofil, karotenoid dan pigmen fotosintesis lain

Macam-macam klorofil adalah sebagai berikut :
- klorofil a: menghasilkan warna hijau biru
- klorofil b: menghasilkan warna hijau kekuningan
- klorofil c: menghasilkan warna hijau coklat
- klorofil d: menghasilkan warna hijau merah

Selubung kloroplas terdiri atas dua membran. Dalam kloroplas terdapat sistem membran lain berupa kantong-kantong pipih yang disebut Tilakoid. Tilakoid tersusun bertumpuk membentuk struktur yang disebut grana (jamak granum). Di dalam tilakoid inilah terdapat pigmen fotosintesis yaitu klorofil dan karoten. Ruangan di antara grana disebut stroma.

Proses fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Di dalam tilakoid pigmen klorofil berperan dalam penangkapan energi sinar yang akan diubah menjadi energi kimia melalui suatu proses yang disebut reaksi terang. Reaksi selanjutnya adalah reaksi gelap yaitu proses pembentukan glukosa. Reaksi gelap berlangsung di dalam stroma dengan menggunakan energi kimia hasil reaksi terang.

2. Leukoplas adalah plastida yang tidak berwarna. Leukoplas biasanya berguna untuk menyimpan cadangan makanan, seperti amilum dan protein pada sel-sel batang ketela pohon dan sel-sel akar pada kentang.
Berdasarkan fungsinya leukoplas dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

a. Amiloplas ; berfungsi menghasilkan Amilum
b. Elaioplas ; berfungsi menghasilkan lemak
c. Proteoplas ; berfungsi menghasilkan protein

3. Kromoplas, adalah plastida yang menghasilkan warna non fotosintesis atau warna selain hijau. Macam-macam warna tersebut adalah sebagai berikut:

a. Karotin : Berwarna kuning, misalnya pada wortel
b. Xantofil : Berwarna kuning pada daun yang tua
c. Fikosantin : Berwarna coklat pada ganggang Phaeophyta
d. Fikosianin : Berwarna biru pada ganggang cyanophyta
e. Fikoeritrin : Berwarna merah pada ganggang Rhodophyta
f. Antosianin : Memberi warna merah sampai kuning pada bunga
Diposkan oleh Admin

Kedelai

Tanaman Kedelai
Author: KUMPULAN MAKALAH | Posted at: 05:39 | Filed Under: Pertanian

1.1 Latar Belakang
Kalau pada postingan saya sebelumnya kita telah membahas tentang tanaman rambutan kali ini giliran tanaman kedelai yang akan kita bahas
Pada dasarnya Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan pengenalan mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam.
Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Tiongkok. kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak.
Indonesia saat ini mendapatkan pasokan kedelai terbesar dari Amerika dan Argentina. Konsumsi kedelai di negara kita adalah 2 juta ton/tahun dan komoditi kedelai telah menyedot devisa sebanyak 3 trilyun/tahun.
Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia.Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi :

tahu (tofu),
bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai hitam),
tempe
susu kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa),
tepung kedelai,
minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel


1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum lapang ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan tanaman kedelai varietas Argoporo dengan populasi dua (P2 V5), dan untuk memenuhi sayarat praktkum 3 sks.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sejarah Singkat Kedelai
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika.

2.2 Taksonomi Tanaman kedelai
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species: Glycine max (L.) Merill

2.3 Morfologi Tanaman Kedelai
2.3.1 Biji
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih. biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur, Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar air berkisar 12-13%.

2.3.2 Kecambah
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran.

2.3.3 Akar
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).


2.3.4 Batang dan Cabang
Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hopikotil dan dua keeping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil.
Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 sampai 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.

2.3.5 Bunga
Sebagian besar kedelai mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.
Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia.

2.3.6 Daun
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.

2.3.7 Buah atau Polong
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak.

2.4 Syarat Pertumbuhan
Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang berpengaruh dan pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak bisa optimal bila hanya ada satu komponen lingkungan tumbuh optimal. Hal ini dikarenakan kedua komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga pertumbuhan kedelai bisa optimal.

2.4.1 Tanah
a) Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi kedelai. Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai.
b) Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik.
c) Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup.
d) Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteri Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang panjang). Kedelai yang ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami padi akan lebih baik hasilnya, sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberi pemupukan awal.
e) Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.
f) Tanah berpasir dapat ditanami kedelai, asal air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi, sebaiknya diadakan perbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen dan tidak tergenang air waktu hujan besar. Untuk memperbaiki aerasi, bahan organik sangat penting artinya.
g) Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik.
h) Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul.
i) Ketinggian Tempat juga berpengaruh, varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5- 300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl.

2.4.2 Iklim
a. Panjang hari (photoperiode)
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman “hari pendek”. Artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam perhari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50 -60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam. Selain itu, batang tanaman pun menjadi lebih pendek dengan ukuran buku subur juga lebih pendek. Perbedaan di atas tidak hanya terjadi pada pertanaman kedelai yang ditanam di daerah tropik dan subtropik, tetapi juga terjadi pada tanaman kedelai yang ditanam di dataran rendah (<20 m dpl) dan dataran tinggi (>1000 m dpl). Umur berbunga pada tanaman kedelai yang ditanam di daerah dataran tinggi mundur sekitar 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang ditanam di datarn rendah. Kedelai yang ditanam di bawah naungan tanaman tahunan, seperti kelapa, jati, dan mangga, akan mendapatkan sinar matahari yang lebih sedikit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naungan yang tidak melebihi 30% tidak banyak berpengaruh negatif terhadap penerimaan sinar matahari oleh tanaman kedelai.

b. Suhu
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat. Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C.

c. Distribusi curah hujan
Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, system pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Namun demikian, pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai.
Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong.
Untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat kelembaban tanah sudah memadai untuk perkecambahan.
Selain itu, juga harus didasarkan pada pola distribusi curah hujan yang terjadi di daerah tersebut. Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman kekeringan maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal. Selama masa stadia pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam

Deskripsi Klapa n Mangga

deskripsi kelapa & mangga

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DESKRIPSI POHON KELAPA
Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae. Ia adalah satu-satunya spesies dalam genus Cocos, dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah pohon ini yang berkulit keras dan berdaging warna putih. Pohon kelapa biasanya tumbuh di pinggir pantai.

2.1a MORFOLOGI POHON KELAPA
A. AKAR
Kelapa termasuk tumbuhan monokotil sehingga memiliki system akar serabut , yaitu jika akar lembaga dalam perkembagan selanjutnya mati ,kemudian disususl oleh sejumlah akar yang kuarang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang .
B. BATANG
Kelapa mempunyai bentuk batang bulat ,dan permukaanya beralur –alur ,dengan arah tumbuh batang teggak lurus ,yaitu arahnya lurus ke atas .Sistem percabagan kelapa merupakan system percabagan monopodial ,yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas ,karena lebih besra dan lebih panjang daripada batang lainnya .
C. DAUN
Daun kelapa termasuk daun majemuk menyirip genap, daun kelapa merupakan daun dengan bangun garis (linieraris) ,yaitu pada penampang melintang pipih dan daun amat panjang ,dengan ujung daun runcing (acutus) , tulang daun sejajar atau bertulang lurus (rectinervis) ,daging daun seperti perkamen (perkamenteus) tipis tetapi cukup kaku dan permukaan daun licin (leavis).
D. BUAH
Buah kelapa termasuk ke dalam buah batu ,buah jenis ini mempunyai kulit buah yang terdiri dari 3 lapisan kulit yaitu ;
Kulit luar (exocarpium) yang tipis berjangat biasanya tipis mengkilat .
Kulit tengah (mesocarpium) yang tebal berserabut .
Kulit dalam (endocarpium) yang cukup tebal keras dan berkayu .Lapisan ini sangat kuat seperti batu karena ada lapisan inilah buah tersebut disebut buah batu .
E. BUNGA
Bunga kelapa termasuk ke dalam bunga majemuk (anthostaxis). Tandan bunganya, yang disebut mayang (sebetulnya nama ini umum bagi semua bunga palma), dipakai orang untuk hiasan dalam upacara perkawinan dengan simbol tertentu. Bunga betinanya, disebut bluluk (bahasa Jawa), dapat dimakan. Cairan manis yang keluar dari tangkai bunga, disebut (air) nira atau legèn (bhs. Jawa), dapat diminum sebagai penyegar atau difermentasi menjadi tuak.

2.1b MANFAAT POHON KELAPA
Kelapa adalah pohon serba guna bagi masyarakat tropika. Hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan orang. Akar kelapa menginspirasi penemuan teknologi penyangga bangunan Cakar Ayam (dipakai misalnya pada Bandar Udara Soekarno Hatta) oleh Sedyatmo.
Batangnya, yang disebut glugu dipakai orang sebagai kayu dengan mutu menengah, dan dapat dipakai sebagai papan untuk rumah.
Daunnya dipakai sebagai atap rumah setelah dikeringkan. Daun muda kelapa, disebut janur, dipakai sebagai bahan anyaman dalam pembuatan ketupat atau berbagai bentuk hiasan yang sangat menarik, terutama oleh masyarakat Jawa dan Bali dalam berbagai upacara, dan menjadi bentuk kerajinan tangan yang berdiri sendiri (seni merangkai janur). Tangkai anak daun yang sudah dikeringkan, disebut lidi, dihimpun menjadi satu menjadi sapu.


Tandan bunganya, yang disebut mayang (sebetulnya nama ini umum bagi semua bunga palma), dipakai orang untuk hiasan dalam upacara perkawinan dengan simbol tertentu. Bunga betinanya, disebut bluluk (bahasa Jawa), dapat dimakan. Cairan manis yang keluar dari tangkai bunga, disebut (air) nira atau legèn (bhs. Jawa), dapat diminum sebagai penyegar atau difermentasi menjadi tuak.
Buah kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut, bagian mesokarp yang berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi jok kursi, anyaman tali, keset, serta media tanam bagi anggrek. Tempurung atau batok, yang sebetulnya adalah bagian endokarp, dipakai sebagai bahan bakar, pengganti gayung, wadah minuman, dan bahan baku berbagai bentuk kerajinan tangan.

Endosperma buah kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang melekat di dinding dalam batok ("daging buah kelapa") adalah sumber penyegar populer. Daging buah muda berwarna putih dan lunak serta biasa disajikan sebagai es kelapa muda atau es degan. Cairan ini mengandung beraneka enzim dan memilki khasiat penetral racun dan efek penyegar/penenang. Beberapa kelapa bermutasi sehingga endapannya tidak melekat pada dinding batok melainkan tercampur dengan cairan endosperma. Mutasi ini disebut (kelapa) kopyor. Daging buah tua kelapa berwarna putih dan mengeras. Sarinya diperas dan cairannya dinamakan santan. Daging buah tua ini juga dapat diambil dan dikeringkan serta menjadi komoditi perdagangan bernilai, disebut kopra. Kopra adalah bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Cairan buah tua kelapa biasanya tidak menjadi bahan minuman penyegar dan merupakan limbah industri kopra. Namun demikian dapat dimanfaatkan lagi untuk dibuat menjadi bahan semacam jelly yang disebut nata de coco dan merupakan bahan campuran minuman penyegar.
2.1c KLASIFIKASI POHON KELAPA
Kerajaaan : Plantae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Upamfamili : Arecoideae
Bangsa : Cocoeae
Genus : Cocos
Spesies : C. nucifera
Nama binomial : Cocos nucifera


2.2 DESKRIPSI POHON MANGGA
Mangga adalah nama sejenis buah, demikian pula nama pohonnya. Mangga termasuk ke dalam marga Mangifera, yang terdiri dari 35-40 anggota, dan suku Anacardiaceae. Nama ilmiahnya adalah Mangifera indica.
Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya (habitus) termasuk kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 m. Mangga bisa mencapai tinggi 10-40 m.
Nama buah ini berasal dari Malayalam manga. Kata ini diindonesiakan menjadi mangga; dan pada pihak lain, kata ini dibawa ke Eropa oleh orang-orang Portugis dan diserap menjadi manga (bahasa Portugis), mango (bahasa Inggris) dan lain-lain. Nama ilmiahnya sendiri kira-kira mengandung arti: “(pohon) yang berbuah mangga, berasal dari India”.
Berasal dari sekitar perbatasan India dengan Burma, mangga telah menyebar ke Asia Tenggara sekurangnya semenjak 1500 tahun yang silam. Buah ini dikenal pula dalam berbagai bahasa daerah, seperti pelem atau poh (Jawa.).
2.2a MORFOLOGI POHON MANGGA




A. AKAR
Mangga termasuk ke dalam tumbuhan dikotil sehingga memiliki system akar tunggang ,yaitu jika akar lembaga tumbuh etrus menerus jadi akar pokok yang bercabang – cabang menjadi akar- akar yang lebih kecil .

B. BATANG
Batang merupakan bagian tengah dari suatu tumbuh-tumbuhan yang tumbuh lurus keatas. Bagian ini mengandung zat-zat kayu, sehingga tanaman mangga tumbuh tegak, keras, dan kuat. Bentuk batang mangga tegak, bercabang agak kuat, daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang. Kulitnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna kulit yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam.Pohon mangga meliki sistem percabagan Simpodial ,batang pokok sukar ditentukan karena dalam perkembanganya batang pokok akan kalah besar dengan batang lain.


C. DAUN
Daun terdiri dari dua bagian, yaitu tangkai daun dan badan daun. Badan daun bertulang dan berurat-urat, antara tulang dan urat tertutup daging daun. Daging daun terdiri dari kumpulan sel-sel yang tak terhingga banyaknya. Daun letaknya bergantian, tidak berdaun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran.

Macam-macam bentuk daun:
Lonjong dan ujungnya seperti mata tombok.
Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing.
Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombok.
Berbentuk segi empat, ujungnya membulat.

Tepi daun biasanya halus, tetapi kadang-kadang, sedikit bergelombang/ melipat atau menggulung. Panjang helaian daun 8-40 cm dan lebarnya 2-12,5 cm, tergantung varietas dan kesuburannya. jumlah tulang daun yang kedua (cabang) 18-30 pasang. Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan yang dikemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas berubah menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah bewarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 th atau lebih.

D. BUNGA
Bunga mangga dalah bunga majemuk. Dalam keadaan normal bunga majemuk tumbuh dari tunas ujung, sedang tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga, tetapi ranting daun biasa. rangkaian bunga biasanya berbulu, tetapi sebagian ada juga yang tidak berbulu.
Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap cabang utama ini mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua. Ada kemungkinan cabang bunga kedua ini mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari 3 bunga atau mempunyai cabang tiga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum bunga dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Jumlah bunga pada setiap bunga majemuk bisa mencapai 1000-6000.

Setiap rangkaian bunga ada bunga jantan dan bunga hermaprodit (bunga byang berkelamin dua yakni jantan dan betina). Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih banyak dari bunga hermaprodit. dan jumlah bunga hermaprodit inilah yang menentukan terbentuknya buah, dan yang mempunyai bakal buah normal kira-kira 5-10%. Bunga mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang dan baunya harum. Prosentase bunga hermaprodit bermacam-macam, tergantung dari varietasnya\, yaitu dari 1,25%-77,9%.


Kelopak bunga dan mahkota
Kelopak bunga biasanya ada 5, demikian juga mahkota bunga terdiri dari 5 daun bunga, tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8, warnanya kuning pucat, sedangkan pada bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3 sampai 5 yang warnanya sedikit tua. warna bagian tepi daun mahkota bewarna putih. Pada waktu akan layu, warna mahkota bunga tadi menjadi kemerahan.

Benang sari
Jumlah benang sari ada 5 buah, tetapi yang subur hanya satu atau dua sedangkan yang lainnya steril. Benang sari yang subur biasanya hampir sama panjang dengan putik, yakni kira-kira 2 mm, sedangkan benang sari yang steril hanya pendek.

Kepala putik dan tepung sari
Warna kepala putik kemerah-merahan dan akan berubah warnenya menjadi ungu p[ada waktu kepala sari membuka untuk memberi kesempatan kepada tepung sari yang telah dewasa untuk menyerbuki kepala putik. Bentuk tepung sari biasanya bulat panjang, lebih kurang 20-35 mikron.

Bakal buah
Bakal buah ini tidak bertangkai dan terdapat dalam suatu ruangan, serta terletak pada suatu piringan. Tangkai putik mulai dari tepi bakal buah dan ujungnya terdapat kepala putik yang bentknya sederhana. Dalam suatu bunga kadang-kadang terdapat tiga bakal buah.

E. BUAH
Buah mangga termasuk kelompok buah batu yang berdaging. Panjang buah kira-kira 2,5-30 cm.Bentuk buah ada yang bulat, bulat telur atau memanjang dan ada juga yang bentuknya pipih. Warnanya bermacam-macam, ada yang hijau, kuning, merah atau campuran. Pada bagian ujung buah,ada bagian yang runcing yang disebut paruh. Diatas paruh ada bagian yang memebengkok yang disebut sinus, yang dilanjutkan kebagian perut. Bagian belakang disebut punggung. Kulitnya tebal dan ada kelenjer, dagingnya tebal dan ada yang kuning tergantung jenisnya. Daging buah ada yang besar dan ada juga yang tidak besar, ada yang berair dan ada yang tidak berair, ada yang manis dan ada yang kurang manis.

F. BIJI
Biji letaknya didalam kulit niji yang keras, besarnya bervariasi. Biji terdiri dari dua keping, biji ada yang monoembryonal dan ada yang poliembryonal.

2.2b MANFAAT POHON MANGGA
Mangga terutama ditanam untuk buahnya. Buah yang matang umum dimakan dalam keadaan segar, sebagai buah meja atau campuran es, dalam bentuk irisan atau diblender. Buah yang muda kerapkali dirujak, atau dijajakan di tepi jalan setelah dikupas, dibelah-belah dan dilengkapi bumbu garam dengan cabai. Buah mangga juga diolah sebagai manisan, irisan buah kering, dikalengkan dan lain-lain. Di pelbagai daerah di Indonesia, mangga (tua atau muda) yang masam kerap dijadikan campuran sambal atau masakan ikan dan daging.
Biji mangga dapat dijadikan pakan ternak atau unggas; di India bahkan dijadikan bahan pangan di masa paceklik. Daun mudanya dilalap atau dijadikan sayuran. Kayu mangga cukup kuat, keras dan mudah dikerjakan; namun kurang awet untuk penggunaan di luar. Kayu ini juga dapat dijadikan arang yang baik.

2.2c KLASIFIKASI POHON MANGGA
Kerajaan : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : M.indica
Nama binomial : Mangifera indica
DIPOSKAN OLEH OKA SANSAN DI 01:45

Laporan Praktikum Pengenalan Profil Tanah


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA VI
(PENGENALAN PROFIL TANAH)

 
 
Semester :
Genap 2011/2012

Disusun Oleh :
             Nama          : Kustam
             NIM             : A1L111053
             Rombongan : 14
             Asisten         : Ratri Noorhidayah
              Soffa Zukhrofati
              Nova Margareth
              Septia Lindia


KEMENTERIAN  PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas (sets of characteristic) yang merupakan hasil kerja faktor-faktor pembentuk tanah. Akibat bekerjanya faktor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan menampakkan profil yang berbeda. Ciri-ciri morfologi suatu tanah sangat berguna untuk mengetahui jenis tanah dan tingkat kesuburan tanahnya. Tindakan budidaya tanaman akan lebih tepat, bila didasarkan pada sifat morfologi tersebut.
       Tanah secara Edhapologi adalah tubuh alam yang disintesiskan dalam bentuk penampang (ada horizon-horizon), terdiri dari berbagai hancuran mineral dan bahan organik yang menyelimuti bumi dan dapat memberi atau menyediakan makanan, air udara bagi tumbuhan.
Profil dari tanah mineral yang telah berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison, horison-horison tersebut diantaranya yaitu :
1.   Horison O adalah horison yang terdiri dari bahan serasah atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa). Horison ini ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang masih utuh. Merupakan horison organik yang terbentuk diatas lapisan tanah mineral
2.   Horison A1 adalah horison mineral berbahan organik tanah (BOT) tinggi sehingga berwarna agak gelap. A2 – Horison dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, A dan bahan organik. A3 – Horison peralihan ke B, lebih menyerupai A. Horison dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral. Merupakan horison eluvasi, yaitu horison yang mengalami pencucian.
3.   Horison E adalah horison mineral yang telah tereloviasi (tercuci) sehingga kadar BOT, liat silikat, Fe dan Al rendahtetapi kadar pasir & debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi serta berwarna terang.
4.   Horison B adalah horison illuviasi yaitu horison akumulasi bahan eluvial dari horison diatasnya.
5.   Horison C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk atau belum terjadi perubahan secara kimiawi.
6.   Horison R adalah batuan keras yang belum dilapuk sehingga tidak dapat ditembus akar tanaman.
Pengamatan profil meliputi pengamatan dalam profil itu sendiri, dan pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Yang termasuk faktor sekeliling antara lain yaitu vegetasi, kedalaman air tanah, topografi, usaha tani, ada tidaknya faktor penghambat seperti bahaya banjir, erosi, salinitas, keadaan berbatu dan sebagainya.
Untuk mengenal suatu jenis tanah, dilakukan praktikum pengenalan profil di lapang. Profil tanah yang akan diamati ciri- cirinya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu masih alami, vertikal dan bidang pengamatan profil tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.

B. Tujuan
Tujuan praktikum Acara VI Pengenalan Profil Tanah ini adalah untuk mengetahui atau mengenal suatu jenis tanah, dan untuk mengamati horizon-horizon tanah.
BAB II
 METODE KERJA
A.  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Acara VI. Pengenalan Profil Tanah ini antara lain Bor tanah, abney level (clinometer) untuk mengukur kemiringan tanah, kompas, altimeter, pH saku, botol semprot, kertas label, meteran, buku Munsell Soil Color Chart, Kantong Plastik, Spidol, buku pedoman pengamatan tanah di lapang, dan daftar isian profil.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah larutan H2O2 3%, larutan HCL 10%, larutan αα-dipridil dalam 1N NH4Oac neteral, akuades dan lahan pengamatan.

B.  Prosedur Kerja
1.   Tempat pembuatan profil dipilih, sebelumnya dilakukan pengeboran (boring) ditempat-tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3 tempat berjarak 1meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman.
2.   Lubang yang telah digali sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran panjang 2m, lebar 1,5m. Didepan bidang pengamatan profil dibuat tangga (trap) ke bawah untuk memudahkan pengamatan.

C.  Pengamatan
Pengamatan dimulai dengan mengukur dalamnya profil, diukur dari lapisan atas sampai bawah. Penarikan batas horison atau lapisan tanah dapt ditentukan dengan melihat pebedaan warna atau menusuk-nusuk piasu ke dalam tanah dengan tekanan tetap untuk meraskan perbedaan kekerasannya. Selanjutnya dilakukan penetapan horison-horison dan penncatatan pada daftar isian profil.



Dalam pengamatan tebal horison perlu diamati :
1.   Keselasan yang dibedakan atas :
a = Abrupt (nyata) jika tebalnya <2,5 cm
c = Clear (jelas), batas peralihannya 2,50-6,25 cm
g = Gradual (berangsur), batas peralihannya 6,25- 12,5 cm
d = Diffuse (baur), batas peralihannya >12,5 cm
2.   Topografi batas horison yang dibedakan atas :
s = smooth (rata), batasnya lurus teratur
w = wavy (berombak), berbentuk kantong, lebar > dalam
i = irregular (tidak teratur), berbentuk kantong, lebar < dalam
b = broken (terputus), batas horison tidak dapat disambung
Setelah masing-masing horison diketahui batasnya, masing-masing lapisan diamati; warna, tekstur, struktur, konsistensi, pH, perakaran, kedalaman, bentukan istimewa seperti konkresi, horison penciri, dan sebagainya.
Selain ciri-ciri morfologi profil, perlu juga dicatat faktor-faktor sekeliling yaitu relief, lereng (posisi, bentuk), bentuk wilayah, ketinggian tempat, bahan induk, drainase (kelas), permeabilitas, bentuk erosi, vegetasi, iklim, curah hujan, permukaan air tanah, usaha tani, keadaan batu, dan sebagainya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
DESKRIPSI PROFIL
Pemeta :
No lapang :
Tanggal :  10 Mei 2012
Nama tanah: inseptiso
Fase :
Tanda satuan peta tanah :

Lembaran : -
Peta :
Photo udara :
Propinsi : Jawa Tengah
Kabupaten : Banyumas
kecamatan : Purwokerto Utara
Desa/kel : Grendeng
Ketinggian tempat : 70 dpl
Fisiografi :aspek bentuk wiayah
Bahan Induk :
Formasi geologi :

RELIEF

Makro :                         Mikro :

Cuaca : Cerah
Iklim : Tropis Basah
Tipe (kopen) :B
Curah hujan :    -          mm/th
Bulan kering :     -        bulan
LERENG
Tunggal : -   ganda : -
Bentuk : -     Panjang : -
Arah : 50       letak : -
                                                        

DRAENASE
Permukaan :
Kedalaman air tanah: sumur
Permeabilitas :
Glei : 

Vegetasi :  bukan asli
Dominan : semak belukar/gulma
Spesialis : lampesan, rumput teki,  orok – orok,  bandhotan.


BATUAN
Di permukaan :  - % dari penampang
Dilapisan ke 5: 20% dari penampangan

EROSI
Jenis erosi : geoogi + dipercepat
Tingkatan : rendah
Usaha pencegahan : Tidak ada
PENGGUNAAN TANAH
Lamanya :
Tanaman utama:

Kemampuan wilayah :
Posisi penampang bagan (gambar) :

                                                   U

B           T
                                      S

Sumber air : tadah hujan
Pemupukan : -
Jenis Pupuk : -







 Pengamatan Profil Tanah
Nomor lapisan
1
2
3
4
5
Dalam lapisan
0 - 12 cm
12 - 25 cm
25 - 56 cm
56 - 70 cm
-
Simbol Lapisan
-
-
-
-
-
Batas Lapisan
Baur
Baur
Jelas
Jelas
-
Batas Topografi
Rata
Rata

Rata
-
Warna tanah
2,5 YR2,5/0
10 R 2,5/1
7,5 YR 3/2
2,5 YR 2,5/4
-
Tekstur tanah
S,l
S
SI
S
-
Kandungan bahan kasar (konkresi / hablur / fragmen)
Mn, Ca
FE,Mn
Mn, Ca
Mn,B
-
Struktur tanah
Ukuran l,F,Cr
Ukuran C
Ukuran l,F,sb
Ukuran l,M,pl
-
Konsistensi
Agak lekat, sangat gembur, lunak
Agak lekat, gembur
Agak lekat, sangat teguh, sangat keras
Lekat, teguh
-
Karatan
-
-
-
-
-
pH tanah (lapang)
5
56
6
5

Reaksi terhadap larutan HCl
Tidak Berbuih
Berbuih
Tidak Berbuih
Mengandung Buih
-
Perakaran
Halus
-           
Sedikit
-
-
Epipedon
Molic
Molic
Molic
Molic
-
Horison penciri bawah
Cambric
Cambric
Cambric
Cambric
-






B.     Pembahasan
Apabila kita menggali lubang pada tanah, maka apabila kita perhatikan dengan teliti pada masiing-masing sisi lubang tersebut akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan pasir berselang-seling dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedangkan di tempat lain ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat, tetapi lapisan bawah berwarna kelabu dengan bercak-bercak merah, di bagian tengah berwarna merah, dari lapisan atasnya berwarna kehitam-hitaman. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk karena dua hal, yaitu dengan adanya pengendapan berulang-ulang oleh genangan air dan karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horison tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah disebut profil. (Hardjowigeno, 2010).
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga bebatuan induk tanah (regolit),yang biasanya terdiri dari horison-horison O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca  disebut solum tanah, meskipun tanah terdiri dari beberapa horison, namun bagi tetanaman yang sangat penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai ketebalan dibawah 30cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi, palawija dan sesayuran yang berperan adalah kedalaman dibawah 20cm (Ali, 2004).

Sifat morfologi tanah adalah sifat – sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari dilapang, (Sarwono, 2011).
Sifat-sifat tanah yang diamati dalam praktikum ini, yaitu :
1.   Warna Tanah
Suatu profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna beragam antara horizon dan dalam satu horizon. Pada pemerian profil tanah, warna setiap horizon itu haruslah diperi secara lengkap. (Poerwidodo, 1991)
2.   Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2-0,05 mm, debu dengan ukuran 0,05-0.002 mm dan liat dengan ukuran <0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA. (Hanafiah, 2007)
3.   Struktur Tanah
Struktur tanah menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau ped disebut juga agregat. Struktur suatu horizon yang berbeda satu profil tanah merupakan satu ciri penting tanah, seperti warna tekstur atau komposisi kimia. (Foth, 1998)
4.   Konsistensi Tanah
Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. (Hardjowigeno, 2010)
Pada praktikum ini digunakan Larutan HCl yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan kapur pada tanah, jika tanah berbuih berarti terdapat kandungan kapur didalam tanah. Sementara Larutan H2O2 digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan bahan organik pada tanah, jika tanah berbuih berarti terdapat kandungan bahan organik didalam tanah.
Praktikum Pengamatan Profil Tanah ini bertempat di  Kelurahan/Desa Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara,  Kabupaten/ Kota Banyumas Propinsi Jawa Tengah. Hasil dari pembuatan profil tanah pada praktikum tanah tersebut dapat dimasukkan kedalam ordo inceptisol, sub ordo udep,  sub group  dystrudeis, group typic dystrudept.
                Terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975,yaitu: Alfisol,Aridisol, Entisol, Histosol, Inceptisol, Mollisol, Oxisol, Spodosol, Ultisol, Vertisol. (Hardjowigeno, 2010)
            Taksonomi tanah berdasarkan sistem Dudal-Soepraptohardjo mendasarkan pada penampilan profil tanah dan sejumlah ciri-ciri fisika dan kimia. Dasar sistem ini adalah dari Rudi Dudal, ahli tanah dari Belgia, yang dimodifikasi untuk situasi Indonesia oleh M. Soepraptohardjo. Sistem ini disukai oleh pekerja lapangan pertanian karena mudah untuk diterapkan di lapangan. Versi aslinya dirilis pada tahun 1957. Modifikasinya dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah pada tahun 1978 dan 1982. Sistem ini (dan modifikasinya) berlaku khusus untuk Indonesia, dengan mengadopsi beberapa sistem internasional, khususnya dalam penamaan dan pemberian kriteria Berikut adalah klasifikasi tanah Indonesia menurut sistem Dudal-Soepraptohardjo (D-S), diberikan dengan padanannya menurut empat sistem klasifikasi lain.
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil praktikum Pengamatan Profil Tanah yaitu bahwa tanah yang berada di daerah kampus Fakultas Pertanian Unsoed  merupakan tanah Inseptisol.


DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Hanafiah, Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pt. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah. Rajawali : Jakarta.